💦💦💦Happy Reading!!!
Tepat hari ini, tahun ke 4 untuk Difya Adnianti sebagai seorang sekretaris dari Direktur Utama perusahaan Marcel Baskoro.Selama ia bekerja, belum pernah terjadi yang namanya 'hubungan' antara boss dengan sekretaris nya, semua hal pasti bersangkutan dengan pekerjaan tak lebih dari itu.
Difya-pun mengenal hampir seluruh sanak saudara boss nya, alasannya adalah setiap ada pesta kecilpun Difya pasti disangkut pautkan. Dan hasilnya pun sangat memuaskan bagi keluarga Baskoro. Namun dari semua itu Difya hanya seorang sekretaris yang hidupnya bergantung pada seorang Marcel Baskoro.
Difya sangat bersyukur bisa bertahan sampai selama ini, ia harus menghidupi adiknya yang masih duduk dibangku menengah pertama. Untuk kedua orang tua nya sudah meninggal dunia tepat 3 tahun yang lalu karena kecelakaan beruntun dan nyawa keduanya tidak tertolong. Saat itu Difya sangat terpukul tapi ia sadar bahwa tidak selamanya ia terpuruk terus menerus ada satu adik yang harus ia hidupi.
Cukup!
Pukul 8 pagi Difya sudah siap dimeja kerjanya, tinggal menunggu boss nya yang sebentar lagi akan sampai. Saat terdengar denting dari lift khusus Direktur, Difya bersiap berdiri untuk menyambut kedatangan sang bos nya ini dan membacakan schedule tuk hari ini.
"Pagi, sir." Sapa Difya dengan senyum lembut.
"Apa jadwalku hari ini?" tanya Marcel.
"Hari ini jadwal anda tidak terlalu padat, sir. Hanya menanda tanganin beberapa berkas dan satu pertemuan dengan klien dari Jepang, pukul 11 nanti. Itu saja." Jawab Difya.
"Baiklah, sehabis pertemuan nanti siang kita mampir ke penthouseku, merayakan 4 tahun kau menjadi sekretaris ku." pinta Marcel.
"Terima kasih, sir. Sepertinya tidak perlu repot repot melakukan perayaan apapun." Sebenarnya Difya sungkan dan malu, jika atasannya membuat acara yang sebenarnya sangat tak perlu.
"Lakukan saja yang ku perintahkan!" tukas Marcel.
"Baik, sir. Saya undur diri." Difya meninggalkan ruangan Marcel dengan tenang. Itulah Marcel tak banyak bicara namun sekali berbicara harus detik itu juga dilakukan. Difya paham sekali sikap, sifat atasannya, maka dari itu ia bisa bertahan sampai sekarang.
***
Sekarang Difya bersama Marcel sedang dalam perjalanan menuju penthouse milik Marcel. Lumayan jauh dari tempat klien yang mereka datangi tadi.
Sesampainya di penthouse semua terasa sepi tak ada maid satu pun, setau Difya maid yang biasanya memang tak tinggal disana hanya datang untuk membersihkan lalu pulang ke mansion utama bila telah selesai.
"Tunggulah disini aku akan membersihkan diri dulu." ujar Marcel.
"Siap, sir."
Difya menunggu disofa ruang tamu, namun beberapa saat kemudian suara bell yang sangat nyaring dan tidak sabaran, buru buru Difya menghampiri pintu tanpa melihat dimonitor mini.
"Halo Difyaa!!!!" Sapa seluruh saudara atasannya dan kedua orangtua atasan nya. Dan jugaaaa.... Adik nya...
"Oh tuhan....." Difya terkejut bukan kepalang, ia tak mengira akan mendapatkan hal ini. Apalagi adiknya yang jarang ia temui karna harus bekerja, bekerja, dan terus bekerja. Adiknya memang tak tinggal bersama nya tapi di asrama yang disediakan oleh pihak sekolah yang cukup elit jika dilihat.
"Kalian sudah datang ternyata. Ayo kita langsung saja! " Suara Marcel dari belakang Difya.
Semua orang memeluk, menyalami, dan memberi selamat pada Difya.