Jangan lupa tekan 🌟
ngga follow gapapa kok
ngga kasi 🌟 juga gapapa.
Dimana kalian nyamannya aja ☺️Happy Reading!
Panggil saja Nana.
Aku dijodohkan oleh kedua orang tua ku dengan anak dari teman masa kecil mereka. Sebenarnya aku tak mengenal pria yang dijodohkan padaku, karna aku belum bisa membahagiakan orang tuaku maka aku menerima perjodohan ini demi kebahagiaan kedua orang tuaku.
Pagi tadi ijab kabul sudah diucapkan oleh Dimas Aditwidjaya, yang sekarang telah menjadi suamiku. Mas Dimas lebih tua 5 tahun dari umurku 25 tahun.
Saat ini kami sedang melangsungkan resepsi yang sangat mewah, dilihat dari keluarga Mas Dimas yang cukup berada pastinya banyak tamu tamu penting. Entah berapa banyak orang yang kami salami, mungkin sekitar seribuan lebih tamu undangan. Melelahkan sekali.
"Mas, aku ke mama dulu ya." ucapku pada Dimas.
"hm."
Ya, begitulah Dimas Aditwidjaya terkenal datar dan pendiam. Waktu hari pertunangan 2 bulan yang lalu, aku dan Mas Dimas bersama dari pihak WO yang menyiapkan segala keperluan menjelang pernikahan dan hampir tujuh puluh persen aku lah yang sibuk, Mas Dimas hanya mengiyakan saja apa yang kutunjukkan. Padahal Mama dan Ibu juga ingin ikut menyiapkan pernikahan ini tapi Mas Dimas bersih keras bahwa dia akan mengurusnya.
Jika kalian mengira selama 2 bulan itu aku selalu bersama Mas Dimas, kalian salah. Aku bertemu dengannya hanya beberapa kali saja dalam hitungan jari, aku memaklumi saja. Mas Dimas tidak bisa sembarangan meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Jadi mengobrolpun aku masi rada sedikit canggung apalagi tahu dia itu pendiam. Aku bisa apa??
Tamu tamu sudah mulai berkurang hanya tinggal kerabat dekat saja yang masih berada. Aku menghampiri mama susah payah karna gaunku yang sangat berat. Satu lagi soal fitting dan cincin semua dari Mas Dimas, maka dari itu tidak ada sela sela bagian tubuhku yang terlihat hanya saja lekuk tubuhku.
"aduhhh.. Nana, kenapa suami kamu ditinggalin sih?" ujar mama rempong. Ups sorry mama.
"Mas Dimas gak mau ikut, ma." jawabku seadanya.
"Kapan aku bilang gak mau ikut?"
degg..
Suara Mas Dimas menyerangku dari belakang.
"hehe, aku kira kamu gak mau Mas." aku meringis melihat ekspresi nya yang datar.
"yaudah sekarang kalian berdua kekamar, istirahat. Kita semua juga akan kekamar masing masing." perintah Ibu Indah - ibunya mas Dimas-
"cie ciee yang bakalan buka segel nihh. hahaha!!" sorak para sepupuku.
"rese ih.. kalian!" wajahku sudah merona.
"Na, nanti pelan pelan ya desah nya, takutnya nanti kita pada horny dengernya. Kasian kita PARJONES (para jomblo ngenes) hahaha!" timpal Mas Wisnu kakak sepupu ku.
"idihh, lo aja mas. Kalo gue mah punya, huuu" sahut Reiza.
"Sudah sudah, kalian sekarang kembali kekamar kalian." suara Papa menengahi.
Setelah pamit terlebih dahulu, Mas Dimas menuntunku pelan kearah lift. Sampainya dikamar aku langsung masuk kedalam kamar mandi, untung saja gaunnya tak sulit untuk dibuka, jadi aku tak perlu repot repot memanggil Mas Dimas.
Sehabis mandi aku memilih salah satu lingerie yang 'sedikit' tertutup dari semua model. Ini pasti ulah dua kakak iparnya. Apalah dayaku, huft!!
Aku keluar dari kamar mandi, Mas Dimas sedang berbaring diranjang dengan lengan yang menimpa wajah bagian mata, sepertinya dia tertidur.