Aku tahu jika tetangga sebelahku itu mengagumiku, tapi aku berusaha terlihat seperti biasa saja.
Setiap aku pulang kerja pasti gadis itu mengintip dari sisi tirai jendela kamarnya. Lucu sekali dia, sayangnya umurku terpaut jauh. 10 tahun.
Tapi bedanya hari ini aku membawa klien ku kerumahku untuk lebih leluasa menceritakan masalah. Waktu aku melirik dari sudut mataku tirai jendela gadis itu langsung menutup rapat.
"dia salah paham." gumamku.
"kamu ngomong sesuatu, Den?"
"hah? ga ada, ayo Mil masuk dulu." Mila ini klien ku sekaligus teman sewaktu SMA ku.
***
Besoknya Dian adikku meminta tolong untuk mengantarkan undangan tunangannya dia kerumah gadis itu.
Gadis itu hendak masuk kedalam mobil namun melihat kedatangan ku yang mungkin tak terduga, ia langsung mengurungkan niatnya.
"selamat pagi, tante." sapa ku.
"ehh nak Deni, pagi juga."
" pagi Rin." sengaja aku menyapa gadisku ini. Gadisku? ya, Karin sudah aku klaim menjadi milikku.
"he-h p-pagi." dia tampak salah tingkah.
"ada apa nak Deni, tumben pagi pagi udah mampir aja."
" ini tante, Deni cuma mau kasih undangan tunangan." aku menyodorkan sebuah kertas bermotif.
"kamu yang tunangan, Den?"
Aku hanya tersenyum tipis.
Baru saja aku akan menjelaskan, ucapanku langsung disalip oleh gadisku. Kulihat mata gadisku mulai memerah menahan air mata, gadisku salah paham lagi.
"m-ma, a-ku berangkat ya udah telat." suara nya sedikit tercekat.
"iya sudah. Kamu yang hati hati ya."
Tanpa menengok kearah ku gadisku langsung melajukan mobilnya. "Karin - Karin ga bisa gitu ya, bawa mobil pelan." dumel mama gadisku.
Aku terkekeh,
"ohh iya, nak Den. Ini kamu yang tunangan?"
"bukan tante, Dian yang tunangan." ucapku meluruskan.
"tante kira kamu, nak Den."
"iya tante, kalau gitu Deni pamit tan, mau pergi kerja dulu." pamitku seraya menyalimi tangan tante Nina.
***
Acara tunangan Dian sedang berlangsung, aku menghampiri tante Nina dan om Barka yang baru saja datang.
"selamat datang, tante om."
"haii nak Den, maaf ya kita agak terlambat." ucap tante Nina.
"ga masalah, tan. Yang penting tante dan om sudah menyempatkan untuk dateng." mata ku melirik sekitar, kemana gadisku?
"berdua aja nih om?"
"iyaa, si Karin kan sudah ga tinggal sama kita, dia pindah ke kota oma opah nya." jelas om Barka.
Deg..
Mengapa tiba tiba gadisku pergi? Apa ada masalah? Apa jangan jangan Karin salah paham obrolan beberapa hari lalu? benarkah?
"pindah?" tanya merasa tak percaya..
"betul, nak Deni. Karin juga pindah universitas, padahalkan dia sudah semester 5. Sayang banget kan, tapi tante sama om ga masalah sih kalau itu memang kemauan Karin." balas tante Nina.