kau lagi

84 21 2
                                    

Hyunjin mendengus malas. Ujian tengah semester akan segera datang namun makhluk di depannya enggan pergi.

"Bentar aja, kak."

"Udah jam segini, Jeong."

"Aku boleh nginep, kan?"

"B-boleh, tapi kamu ga belajar?"

Jeongin tersenyum bangga sambil menaruh kedua tangan di pinggangnya.

"Ini mau belajar!"

Tak Hyunjin perkirakan bahwa belajar yang Jeongin maksud adalah belajar piano. Hyunjin sudah tidak setakut itu. Justru dengan Jeongin duduk di sampingnya ketakutan itu hilang.

Hyunjin memang belum bisa bermain sebaik dulu. Namun dengan melihat Jeongin, ia merasa ia ingin memainkan suatu lagu untuk Jeongin.

Anak itu, Jeongin. Anak itu benar benar merubah hidup Hyunjin. Mungkin terlalu klise mengatakan hal seperti ini karena mereka belum lama mengenal,

Hyunjin tidak tahu bagaimana nasibnya dan piano tanpa Jeongin.

"Ayo pake lagu ini, kak!"

Jeongin dengan semangat menunjuk suatu halaman penuh not dengan judul Twinkel Twinkle Little Star diatasnya.

"Lagu anak kecil, hih."

"Gapapa, aku suka lagu ini!"

Jeongin merengut.

"Gemes banget."

Samar. Hyunjin mengucapkannya samar, dan Jeongin berpura-pura tidak mendengarnya meskipun pipinya bersemu.

Hyunjin mengambil napas dalam. Tangannya perlahan sudah berada di tuts piano. Sementara Jeongin sudah siap menyanyi.

Twinkle, twinkle, little star
How I wonder what you are

Hyunjin tidak bisa menjelaskan perasaanya saat mendengar Jeongin bernyanyi. Ini lagu anak-anak yang simpel. Namun bermakna tinggi bagi Hyunjin karena dinyanyikan oleh bintang dunianya.

Bintang yang berkelap-kelip bernama Jeongin. Sebenarnya siapa dirimu?

Up above the world so high
Like a diamond in the sky

Diatas langit sana. Kamu seperti berlian diatas langit sana, Jeong.

Up above the world so high
Like a diamond in the sky

Jeongin bernyanyi sambil memejamkan matanya, tepat setelah ia menyelesaikan baris terakhir lagu tersebut ia membuka matanya. Dan Jeongin langsung berhadapan dengan mata Hyunjin tepat saat itu.

Bintang. Bintang itu ada di mata Jeongin. Ah, tidak. Bintang itu adalah Jeongin.

Mereka terdiam sebentar. Hyunjin tidak bisa menerjemahkan tatapan Jeongin. Namun, ia menyukainya. Ia menyukai Jeongin. Itu adalah hal yang pasti.

"Itu bagus banget, kak!"

Hyunjin tersadar dari lamunannya.

"Hah?"

"Piano kakak! Bagus banget! Aku suka!"

Hyunjin tersenyum.

"Terimakasih, tapi itu gak sesulit itu kok. Bukan sesuatu yang membanggakan."

Jeongin merangkul Hyunjin. Sungguh rasanya Hyunjin lemas sekali sampai ia menahan napasnya.

"Itu membanggakan banget! Kak Hyunjin sekarang udah bisa megang piano bahkan sampe dimainin. Ini proses, aku bakal bantu sampe kak Hyunjin bisa main kayak dulu lagi."

Hyunjin terharu. Ia tahan air matanya, entahlah setelah dipikir-pikir cukup memalukan kala itu saat ia menangis di depan Jeongin.

"Itu karena aku punya alasan."

"Heum?"

Jeongin terlihat bingung dan hendak memberikan Hyunjin pertanyaan, namun lelaki itu sudah melanjutkan perkataannya.

"Aku punya alasan, untuk bermain lagi."

"Apa alasannya?"

Hyunjin menggodai Jeongin.

"Cepat tebak."

Jeongin berpikir.

"Aku?"

Deg!

Jeongin dapat melihat raut terkejut Hyunjin. Sementara Hyunjin memang terkejut karena bagaimana manusia bermata rubah itu tahu?

"Kenapa kak Hyunjin keliatan kaget banget?"

Hyunjin terdiam dan Jeongin tertawa untuk mencairkan suasana.

"Udah, aku pulang. Nanti dicari mama, bye kak Hyunjin!"

Tanpa basa-basi Jeongin langsung mengambil tas nya dan keluar dari rumah tersebut, tak lupa menutup pintu sehingga ia tak mendengar seseorang memanggilnya. Ah sial, Hyunjin belum puas dan masih ingin bertemu Jeongin.

"Cih, katanya mau nginep."

piano | hyunjeong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang