"Kak Hyun!"
Hyunjin menoleh. Jeongin terlihat lebih bermekaran hari ini. Entah, mungkin karena ia telah menyelesaikan ujian tengah semester.
"Hai, jeong."
"Hari ini mau ngapain aja?"
Hyunjin tampak berpikir.
"Sekolah?"
"Ih, bukan itu! Ini kan kita emang lagi di sekolah."
Jeongin memanyunkan bibirnya.
"Terus apa?"
"Hari ini ada yang spesial tau."
"Apa?"
"Tebak dulu! Kalo salah harus nurutin permintaan aku."
Hyunjin benar benar tidak tahu, apa yang spesial hari ini? Seingat dia cuman ada pembagian hasil-
"Ah, masa gatau! Hari ini kan hasil ujiannya dibagiin kak."
Wow. Hyunjin tidak terpikir ternyata hal tersebut bisa dikategorikan ‘spesial’.
"Oke. Kak Hyunjin harus turutin permintaan aku."
"Fine. Kamu minta apa, Jeong?"
Jeongin tersenyum dan mengambil ponselnya dari dalam saku celana. Ia tampak mencari sesuatu di dalam ponsel itu. Hyunjin pun dengan sabar menunggu.
Setelah menemukan apa yang ia cari, Jeongin segera memperlihatkan hal tersebut ke Hyunjin.
"Ini."
Hyunjin membaca apa yang tertera di ponsel Jeongin.
"Eum, bentar. Maksudnya apa?"
"Ayo ikut lomba ini kak!"
Hyunjin tidak yakin dengan kemampuannya. Ia tau Jeongin pasti ingin mengikuti lomba itu karena Jeongin memiliki bakat bernyanyi.
Tapi lomba itu mewajibkan peserta bernyanyi diiringi piano. Dan Jeongin baru saja mengajaknya mengikuti lomba tersebut untuk bermain piano.
"Jeong, kamu yakin?"
"Iya dong, pasti! Kak Hyunjin jago, kita pasti bisa menang."
"A-ku..."
"Takut?"
Hyunjin terkejut. Entah ini sudah keberapa kali Jeongin seperti membaca pikirannya. Belum sempat Hyunjin membalasnya, Jeongin sudah melanjutkan perkataanya.
"Jangan takut. Jangan terjebak dalam ketakutan kak."
Jeongin menatap mata Hyunjin dengan teduh. Memberi efek ketenangan.
"Kan ada aku. Kak Hyunjin pasti bisa."
"Tapi-"
Jeongin meraih jemari Hyunjin.
"Kak Hyunjin ga sendiri, udah aku bilang ada aku. Kalo takut, bilang. Aku pasti bakal lindungin kak Hyunjin."
Hyunjin tidak tahu mengapa ia merasa aman hanya dengan itu. Jeongin mengangkat tangannya dan tangan Hyunjin yang ia genggam, berniat memperlihatkan hal tersebut.
"Kayak gini. Aku bakal genggam tangan kak Hyunjin kayak gini."
Oh, tidak. Hyunjin sangat ingin memeluk manusia bermata rubah di depannya. Sebelum itu, Hyunjin melihat sekitar.
Tapi, masa bodo soal siapa yang akan melihat. Detik itu juga, Hyunjin langsung memeluk Jeongin.
"Makasih, Jeong."
Jeongin tidak mengekspetasikan hal tersebut terjadi, namun ia malah senang. Tentu saja ia segera membalas pelukan hangat tersebut.
Baik Jeongin ataupun Hyunjin tidak ingin melepas satu sama lain.
Tersadar mereka menjadi bahan omongan sekitar, refleks keduanya terkejut dan segera menjauh.
Jeongin tertawa kecil, sementara Hyunjin salah tingkah.
"Sama-sama, kak."
"Nanti habis pulang sekolah, aku main ke rumah. Sambil milih lagu buat lombanya."
"Okay, aku tunggu di kelas kamu."
Jeongin mengacungkan jempol.
"Bye. Have a nice day!"
"You too."
Keduanya saling melambaikan tangan dan menuju kelas masing-masing.
Di jalan menuju ke kelas. Hyunjin memperhatikan langkah kakinya sembari berpikir, akankah ia bisa?
Hyunjin teringat genggaman Jeongin tadi, sontak membuatnya tersenyum. Bisa, Hyunjin pasti bisa karena ia memiliki Jeongin.
KAMU SEDANG MEMBACA
piano | hyunjeong ✓
Hayran KurguPerasaan yang didapatkan saat menyentuh piano itu membuat Hyunjin senang dan sedih. Bagaimana dengan Jeongin? Keberadaanya membuat Hyunjin senang. Namun, apakah Jeongin juga akan membuat Hyunjin sedih? Seperti piano yang dahulu kala biasa ia mainkan...