"Hyunjin!"
"Jeongin-ah, berhenti memanggilku seperti itu. Umur kita beda, sayang."
Jeongin tertawa di dalam pelukan kesayangannya.
"Baiklah, Hyunjin Hyung-nim."
Jeongin mengucapkannya dengan menekankan kata akhirnya, membuat yang lebih tua tak tahan gemas dan segera mengelus kepala yang lebih muda,
Mereka merasa sangat nyaman. Hyunjin sangat menyukai perasaan ini. Dibalik hanbok yang mereka pakai, ada hati yang berdebar.
Jika boleh, Hyunjin ingin waktu berhenti.
Duar!
"Hyung! Kembang api nya sudah dinyalakan."
Mengikuti arah telunjuk Jeongin, pandangan Hyunjin menghadap keatas dan melihat kembang api yang saling bersautan di langit malam.
"Indah."
Hyunjin bergumam pelan. Namun, Jeongin yang sekarang sedang bersandar di pelukan Hyunjin masih bisa mendengarnya.
"Iya, pemandangannya indah."
"Bukan."
Jeongin kebingungan.
"Heum? Terus apa yang indah?"
Hyunjin tersenyum sembari menundukan pandangannya. Ia memandang Jeongin yang sekarang juga sedang memandangnya.
"Perasaan ini."
Hyunjin membelai pipi orang yang paling ia sayang.
"Perasaan ini indah dan nyaman. Apapun yang terjadi di langit, jika aku bersama Jeongin, semuanya akan indah."
Setelah mengucapkan itu, Hyunjin segera mengecup pipi Jeongin.
Jeongin merasa sangat malu. Ia segera menyembunyikan wajahnya di pelukan Hyunjin. Tapi tidak beda jauh dengan Hyunjin, Jeongin juga sangat menyukai momen ini. Indah dan nyaman.
Jika boleh, Jeongin ingin waktu berhenti.
Tring!
Ponsel Jeongin yang berbunyi membuat Jeongin terbangun dari mimpinya. Sial, siapa yang mengirim pesan jam segini.
Dengan tidak sabar, Jeongin membuka ponselnya. Itu hanya pesan dari bot berita, tidak ada hal penting.
Jeongin kesal. Ia akan sulit tertidur jika sudah terbangun, terlebih mimpi tadi membuatnya sangat penasaran. Jeongin tidak melupakan alur cerita dalam mimpinya, ia mengingat bahwa drinya berada dalam mimpi tersebut.
Tapi...
Dengan siapa? Dengan siapa Jeongin di dalam mimpinya? Jeongin tidak bisa mengingat itu. Samar-samar ia mengingat Jeongin di dalam mimpinya memanggil orang tersebut dengan panggilan Hyung.
Ah masa bodo, Jeongin tidak peduli. Toh itu hanya mimpi, bunga tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
piano | hyunjeong ✓
أدب الهواةPerasaan yang didapatkan saat menyentuh piano itu membuat Hyunjin senang dan sedih. Bagaimana dengan Jeongin? Keberadaanya membuat Hyunjin senang. Namun, apakah Jeongin juga akan membuat Hyunjin sedih? Seperti piano yang dahulu kala biasa ia mainkan...