suara piano

87 25 0
                                    

"Terima kasih."

Begitu ucap Hyunjin saat kasir sebuah mini market memberi kembalian. Tak lama kemudian ia keluar dari mini market tersebut. Ia kembali mamasang earphone pada telinganya dan membuka kemasan nasi kepal yang ia beli.

Sebuah tangan di pundaknya menghentikan langkahnya.

"Kita bertemu lagi, Hyunjin."

Hyunjin mendengus malas.

"Tidak perlu menaruh tanganmu disitu."

Dengan segera Jeongin menarik tangannya dari pundak Hyunjin.

"Usiaku lebih tua, tidak baik memanggilku langsung dengan nama."

Ah, sial. Kenapa aku jadi teringat mimpi semalam.

Jeongin menggeleng. Itu hanya mimpi.

"Musik apa yang kau dengar?"

Belum saja Hyunjin menjawab, Jeongin sudah menarik salah satu earphone yang berada di telinga kanan Hyunjin dan menaruhnya di telinganya.

"Piano?"

"Hyunjin suka piano?"

Hyunjin mendengus malas.

"Pakai kak!"

Jeongin tersenyum meremehkan.

"Cih, baiklah kak Hyunjin. Kau suka piano?"

Hyunjin malah menghindari pertanyaan tersebut membuat Jeongin kesal.

"Aku sudah menggunakan kak, ayo jawab pertanyaanku."

Hyunjin tertawa melihat wajah kesal Jeongin. Menurutnya itu sedikit... menggemaskan?

"Tidak, aku tidak suka."

"Kalo gitu kenapa dengerin?"

"Memang tidak boleh?"

"Ih! Bukan kayak gitu, kak."

"Udah sana pulang."

Hyunjin berjalan mendahului Jeongin. Ia tidak sadar bahwa sedari tadi Jeongin masih mengikutinya. Bahkan sampai ke rumahnya.

"Wah, kak Hyunjin punya piano."

Hyunjin tersedak. Ia baru saja menyelesaikan suapan terakhir nasi kepalnya saat Jeongin dengan tidak bersalahnya mengintip ruang tengah rumahnya dari belakang punggungnya.

"Kamu ngapain? Dari tadi ngikutin?"

Jeongin mengangguk.

"Kak Hyunjinnya aja yang ga sadar. Aku boleh masuk ga nih? Sebagai tamu."

Hyunjin menghela napas. Tidak mungkin ia mengusir Jeongin. Akhirnya ia mempersilahkan Jeongin memasuki rumahnya.

Anak itu bersemangat saat piano yang tadi hanya ia intip ada di depannya.

"Uhuk! Banyak banget debu."

Mendengar Jeongin terbatuk membuat Hyunjin menghampirinya dengan terburu-buru.

"Ini ga pernah di bersihin?"

"I-iya."

"Padahal ada di ruang tengah, nanti debu nya malah nyebar loh."

Jeongin mengambil sapu tangan di saku celananya dan mengelap permukaan piano tersebut sehingga debunya menghilang.

Jeongin duduk di kursi depan piano tersebut, lalu menoleh ke Hyunjin.

"Ajarin aku, kak!"

"Maaf."

"Maaf? Kenapa?"

"Maaf, aku gabisa main piano."

Jeongin berdiri.

"Aku ga percaya."

Hyunjin menunduk.

"A-aku gabisa. A-aku gabisa nyentuh piano."

Jeongin bahkan terlalu terkejut hingga tidak bisa berpikir saat Hyunjin mulai menangis.

"Kak? Kak Hyunjin?"

"Hey, are you okay?"

"N-no, i never be okay."

Hyunjin melemas. Ia menjatuhkan badannya. Sontak Jeongin juga jatuh terduduk. Ia memeluk Hyunjin.

Sapu tangan yang biasa ia bawa sudah kotor, ia tidak punya apapun untuk mengusap air mata Hyunjin jadi ia menggunakan ibu jarinya.

"Aku gatau apa yang terjadi, tapi keluarin semuanya. Jangan ditahan."

piano | hyunjeong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang