Kehidupan

4 1 0
                                        

Aku berjalan melewati kerumunan. Hendak meninggalkan hiburan malam setelah berjam-jam menghabiskan waktu melihat orang bernyanyi dan menari-nari. Kepalaku pusing.

Inilah hidupku. Setelah beranjak dewasa, aku meninggalkan rumah dan memutuskan hidup sendiri dengan segala masalah yang aku hadapi. Ini menyenangkan, aku bebas.

04.15
Suara adzan menggangguku saat baru saja terlelap. Teman kamarku membangunkan, "Fan, ayo sholat subuh!" Hah, persetan dengan ajakannya. Hidupku baik-baik saja tanpa sholat -walaupun pada kenyataannya tidak baik-baik saja.

"Kamu lakukan saja sendiri, tidak perlu mengurusi hidup orang lain." Jawabku, yang selalu dibalas senyuman olehnya. Lalu dia pergi mengambil air wudhu dan melakukan kebiasaan lima waktunya, sholat.

Terkadang aku ingin kamarku hanya untuk diriku. Tanpa ada siapapun, tapi hidup di ibu kota jauh dari orang tua mengharuskan aku menerima ini semua. Ya apalagi jika bukan biaya hidup yang mahal, aku terjebak dengan teman yang mulai tidak asik, mulai berubah menjadi orang yang membosankan.

Aku bisa menebak yang terjadi setelah ini, apa yang akan dia katakan setelah melakukan kebiasaan nya.

"Fan, kapan kamu akan mulai melaksanakan sholat?" Sudah kuduga, pertanyaan yang membuatku muak setiap kali mendengarnya. Aku tak pernah menjawab pertanyaan bodoh itu.

Temanku mulai berubah semenjak orang tuanya meninggal. Dia sudah tidak seasik dulu. Yang dia kerjakan hanya ritual ibadahnya yang terus berulang-ulang. Sesekali aku ajak ketempat hiburan untuk menghabiskan waktu, jawabannya "Aku sudah meninggalkan itu, Fan," hah payah. Saat ini aku memutuskan bahwa aku kehilangan teman kamarku dan yang kuhadapi sekarang hanya orang asing yang sedang asik dengan ritual ibadahnya.

Point Of ViewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang