Prologue

21 3 0
                                    

"Alice!! Alice!!"

Aku terbangun dari tidur nyenyakku.

"Alice!! Akhirnya kau bangun."

Itu adalah suara tetanggaku. Dia membangunkanku dari tidurku yang lelap. Malam itu hujan turun dengan deras, angin bertiup dengan sangat kencang.

"Ada apa?" –tanyaku.

"Nenekmu jatuh dari atap!" –katanya cemas.

Aku terkejut mendengar perkataan itu, aku segera berlari keluar kamar dan melihat nenekku yang sudah berlumuran darah. Airmataku keluar dengan sendirinya, ada perasaan sedih dan takut dalam diriku. Kakiku lemas dan tanganku bergetar.

Tak lama kemudian polisi datang, sepertinya tetanggaku ini sudah menghubungi mereka duluan. Polisi itu menghampiriku dan ingin bertanya-tanya, tapi tak bisa. Mereka dihalangi oleh tetanggaku, karena aku menangis hebat saat itu.

"Permisi bu, saya haru bertanya pada yang bersangkutan." –kata polisi itu.

"Kau tidak lihat dia sedang menangis? Tunggu sampai tangisannya reda!" –kata tetanggaku.

Setelah tangisanku reda, mereka mengintrogasiku.

"Siapa yang berada didalam rumah saat itu?" –Tanya polisi itu.

"Ha-Hanya ada kami berdua" –Jawabku sembari sesenggukan.

"Lalu, kenapa nenekmu bisa jatuh?" –tanyanya lagi.

"A-aku tak tau, saat itu aku pergi tidur duluan. Katanya nenek masih mau menjemur beberapa baju di atas." –jawabku lagi.

"hmm..." –polisi tersebut hanya mengangguk.

"Kenapa tetanggamu bisa menemukannya lebih dulu? Apa kamu tidak mendengar suara teriakan nenekmu?" –tanyanya tiba-tiba.

"tidak, aku tidak mendengar apa-apa. Aku selalu tidur dengan mendengarkan lagu kesukaanku dan mengenakan earphone." –jelasku pada polisi.

"hmm..."

Lagi-lagi polisi itu hanya mengangguk. Sekitar satu jam aku diintrogasi, mereka akhirnya melepaskanku. Mereka berpikir aku adalah pembunuhnya, jelas-jelas aku sedang tidur saat itu. Bahkan yang menemukan duluan adalah tetanggaku, bukankah itu mencurigakan?

Tetanggaku adalah orang yang pendiam, jarang keluar rumah, apalagi anaknya yang tak pernah keluar sama sekali. Tapi anehnya, anaknya lah yang menemukan tubuh nenekku saat itu dan kini dia terlibat sebagi tersangka.

Sejak kematian nenekku, aku tinggal sendiri dan tetanggaku diasingkan di pemukiman kami. Dia mendapat julukan si pembunuh. Yah... nama yang cocok untuknya, dia bahkan pernah membuatku menjadi tersangka. Mana ada anak yang hanya mempunyai seorang sebagai keluarganya dan membunuh orang itu. Benar-benar pembunuh yang handal.

Satu bulan setelah kejadian itu, aku pindah kesebuah apartement. Yep! Aku menjual rumah itu dan pindah, bahkan aku menginvestasikan uangku untuk keberlangsungan hidupku. 

In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang