Setelah kelas olahraga selesai, kami berganti baju dan beristirahat sebentar di kantin. Disinilah aku mulai bertanya mengeni identitas Freya. Menurutku pembunuh itu bisa saja sedang menyamar sebagai seorang pelajar. Yah!! Mungkin ini terdengar aneh, tapi siapa yang tau? Yakan? Ini hanya asumsiku.
"Frey!" aku memanggil Freya yang sedang menikmati makanannya.
"Hmm?" jawabnya cepat.
"Asalmu darimana?" tanyaku jelas.
"Maksudnya?" tanyanya bingung.
"Aku tau kamu bukan anak kota. Apa kamu anak pindahan?" tanyaku lagi.
"Haha... ketauan yah?" jawabnya sembari tertawa.
"Aku memang pindahan, hanya saja aku masuk sekolah ini sesuai dengan jadwalnya." Jelasnya.
"Ohh... kamu darimana?" tanyaku.
"Sebuah desa nan jauh disana." Jawabnya singkat.
"Aku juga tinggal sendiri disini, dan aku termasuk nomaden." Jelasnya lagi.
"Nomaden? Maksudnya?" tanyaku sedikit bingung.
"Jika ada sesuatu yang mengancamku, aku akan pindah saat itu juga." Jawabnya sembari meneguk kuah ramyeon itu.
"Apa kamu tau Desa Weiran?" tanyaku.
Awalnya Freya hanya menengok lalu menghabiskan ramyeonnya sampai habis.
"Frey?" tanyaku lagi.
"Aku tau, memangnya kenapa?" tanyanya balik.
"Kamu pernah tinggal disana?" tanyaku menyelidik.
Desa Weiran adalah desa dimana aku tinggal sebelumnya. Disanalah tempat nenekku meninggal dunia.
"Iya, apa itu tempat tinggalmu juga?" tanyanya balik.
Aku hanya mengangguk. Sekarang hanya satu yang aku pikirkan. Jika Freya tinggal disana bagaimana dia bisa berteman dari kecil dengan Austin?
"Dengar. Sebelumnya aku tinggal disana cukup lama sekitar satu setengah tahun. Kau pasti tahu ada banyak pembunuhan disana, awalnya aku mengabaikannya. Sampai akhirnya terjadi pembunuhan disekitar perumahanku. Menurutku itu cukup mengancam hidupku karena aku tinggal seorang diri. Hari itu hari sabtu, aku baru saja pulang dari membeli beberapa camilan. Aku tidak biasanya pulang melewati jalan belakang, entah kenapa aku saat itu melewati jalan belakang." Ucap Freya tiba-tiba terhenti.
"lalu?" tanyaku penasaran.
"Aku melihat seseorang dengan jubah hitam. Awalnya aku mengira itu hanya jemuran baju, tapi siapa sangka orang itu mendorong seseorang hingga jatuh kebawah dan meninggal ditempat. Yang lebih menakutkan lagi, orang itu menghampiri kebawah dan berkata... entah apa yang dia katakana yang jelas dia pergi dengan tersenyum. Mengerikan bukan? Itu cukup untuk mengancam hidupku, jadi saat itu juga aku segera pindah kemari." Jelasnya.
"Dimana itu terjadi?" ucapku.
"Desa Weiran, kav 5E. tempatnya disekitar situ." Ucapnya.
"Apa kau melihat wajah orang itu?" tanyaku sedikit keras.
"tidak! Memang kenapa?" tanyanya balik.
"Dia yang membunuh neneku." Jelasku.
"Ahhh... maaf." Ucap Freya.
Setelahitu kami terus bercerita. Katanya keluarga Freya itu rumit hanya Austin yangtahu kondisi keluarga merek, sehingga mereka melindungi satu sama lain.Sedangkan orang tua Freya berada diluar negeri saat ini
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silence
Misteri / ThrillerDia menatap, kemudian tersenyum melihat orang tua itu jatuh. Darah segarnya mengalir bagaikan air mengalir. Warnanya merah sesuai dengan warna kesayangannya. Dia menghampiri orang itu dan berkata "Aku tidak suka berisik!!" lalu pergi dengan tawa d...