Bab 1

17 3 0
                                    

-Pagi Hari-

Aku membuka jendela kamarku dan menghirup udara segar dari lingkungan yang baru ini. Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di tempat ini, sekaligus hari pertamaku masuk sekolah. Semenjak kematian orangtuaku aku tinggal bersama nenek saja, dan sekarang hanya ada aku seorang. Aku pindah ke kota yang cukup jauh dari desaku, dan memulai hidup baruku disini.

Memang kehidupan dikota lebih menyenangkan daripada didesa, menurutku kehidupan didesa sangat menyusahkan. Memasak saja harus menggunakan kayu bakar, sedangkan di kota sudah menggunakan listrik. Disini semuanya serba canggih, membuatku orang spertiku cepat merasa nyaman.

-tiitt... tiiitt... tiiitt-

Oh!! Ini sudah waktunya untuk kesekolah, aku akan terlambat jika tidak segera berangkat. Namaku Alice Lydia, biasa dipanggil Alice. Saat ini aku berusia tujuh belas tahun. Meskipun aku tinggal sendirian aku tak berkukarangan sedikitpun. Aku mewarisi usaha mendiang ayahku dibidang ekport dan impor. Aku memiliki banyak pembantu dan pegawai. Tapi sayangnya aku tak memiliki seorang pendamping hidup.

---- Sekolah ----

Awal semester adalah hal yang menyenangkan. Ini adalah awal musim panas, aku menantikan datangnya hari ini. Aku memasuki sekolah itu dan menemui kepala sekolah. Setelah menyelesaikan beberapa dokumen aku diantar menuju kelasku.

--- Kelas 11 A ---

"Halo, aku Alice Lydia." Sapaku pada teman sekelasku dengan senyuman lebar.

"wah dia sangat cantik." –ucap salah seorang murid.

Aku tersenyum padanya setelah mendengar perkataan itu.

"benar-benar cantik." –ucap murid lainnya.

Aku sudah terbiasa dibilang cantik dan pintar. Sebenarnya banyak pria yang menyukaiku, tapi aku tak pernah mau dengan mereka. Aku cukup pemilih dalam hal ini.

Setelah perkenalan selesai akupun pergi duduk. Aku tersenyum pada teman sebangku ku.

"hai, freya!" –ucapnya sembari tersenyum.

"Alice!" –balasku dengan senyum juga.

Hanya dalam waktu singkat kami bisa menjadi sangat dekat. Banyak yang bilang kami dekat karena dulunya adalah teman, mungkin dikehidupan sebelumnya. Freya membantuku dalam berbagai hal, kepribadiannya sangat baik, dia pintar dan juga cantik. Mungkin tak ada yang bisa menolak pesonanya, aku sendiri terpesona dengan kecantikannya.

"Mau ke kantin?" –tanya freya dengan senyumnya.

"boleh" –jawabku.

Kita berjalan kekantin bersama. Selama perjalanan kami menjadi pusat perhatian. Sesampainya dikantin Freya mengenalkanku pada teman masa kecilnya Austin chaiden.

In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang