#7 Don't Love Me

414 115 15
                                    

Tzuyu hampir berteriak saat seseorang menarik tangannya begitu saja. Ia segera berontak saat orang itu menyandarkan tubuhnya pada dinding kayu itu.

Tzuyu membulatkan mata saat Jeongguk yang menarik tangannya. Satu hal yang membuat Tzuyu heran adalah hatinya yang justru merasa iba pada pria dingin di depannya.

"Ah ... Jadi kau? Kau pasti membutuhkanku 'kan?" Tzuyu melipat kedua tangannya, berusaha agar tak terlihat tertekan atas tatapan Jeongguk. "Kau bilang untuk pura-pura tak mengenalmu? Baiklah, aku akan melakukannya, jadi biarkan aku pergi."

Tzuyu terkejut saat Jeongguk kembali mendorong bahunya agar tetap bersandar pada dinding itu. "Apa lagi?"

Jeongguk meletakan tangan kanannya di sebelah kanan wajah Joohee. Perlahan matanya tergenang lelehan bening serta tangannya mulai mengepal.

Kenapa dia tiba-tiba saja menangis?

"Kenapa semua ini harus terjadi? Kenapa aku harus mengenalmu? Kenapa aku terus merasa bersalah padamu? Kenapa kau harus mengatakan kau mencintaiku?"

Tzuyu terdiam saat Jeongguk tiba-tiba saja menyandarkan dahi di bahunya. Ia hanya bisa berkedip tanpa tahu harus melakukan apa. Apalagi pria itu malah menangis.

"Joohee, kau hanya akan tiada jika kau mencintaiku." Jeongguk masih terisak, membuat Tzuyu akhirnya menepuk bahu pria itu meski dengan ragu.

"Kenapa aku harus tiada?"

"Aku tidak mau menjawabnya."

Aish, apa sulitnya menjawab pertanyaanku saja? Dengan begitu aku tidak perlu susah payah banyak bertanya nantinya. Tzuyu menghembuskan napas beratnya sebelum ia mendekap pria itu. Ia tersenyum secara tak sadar sambil memejamkan matanya.

"Apapun yang terjadi, aku benar-benar tak peduli." Tzuyu memang tak peduli. Yang terpenting, ia menemukan akar masalah Joohee dan Jeongguk kemudian menyatukan mereka kembali. Ia tak akan bisa mengembalikan bayi mereka yang tiada. Namun, ia bisa membuat mereka bersama 'kan?

"Hentikan tangisanmu. Kau akan malu untuk kembali ke kamarmu," ujar Tzuyu sambil menyeka air mata Jeongguk. Meski menyebalkan, Tzuyu tahu jika Jeongguk adalah pria yang baik. Ia yakin Jeongguk punya alasan kenapa melenyapkan calon bayinya sendiri.

Jeongguk tersenyum. Sudah cukup lama ia tak lihat senyuman itu dari Joohee. Terlebih setelah perbuatan keji yang ia perbuat sebelumnya. Ia merasa lega saat tak lagi melihat tatapan penuh dendam dari gadis itu. "Joohee, apa kau datang kemari untuk menjadi istrinya Daemung Hyung?"

"Aku?" Tzuyu mengetuk dagunya dengan telunjuk sebagai tanda jika ia tengah berpikir. "Aku kehilangan ingatanku. Jadi, aku harus bertanya padamu. Lupakan saja, aku akan merubah tujuanku."

"Lalu kau mau apa kemari?"

"Mencuri. Haha." Tzuyu tertawa meski buatan. Namun hal ini sama sekali tak membuat Jeongguk tertawa. "Setidaknya kau harus tertawa. Sia-sia saja aku melakukannya."

Jeongguk tertawa kemudian mengangguk. "Aku rasa selera humormu benar-benar rendah. Kau tidak pernah berubah."

"Aku harus pergi untuk ganti baju. Aku harus menemui Mama dan Ibu suri." Tzuyu melangkah pergi menuju sebuah tempat tinggal yang diberikan untuknya. Ia hanya berharap suatu saat ia bisa mengajak Joohyun juga ke sana. Meski baru bertemu selama beberapa kali, ia sudah menyayangi Joohyun. Ia merasa menyesal karena hanya Hareum saja yang boleh ikut.

Jeongguk terus menatap punggung Joohee yang terus menjauh. Ia tersenyum lega sebab ia tak lagi melihat tatapan sendu dari Joohee. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan menceritakan semuanya dengan hati-hati sehingga ia tak akan merusak senyuman Joohee lagi.

Joohee, aku ingin meminta maaf soal kejadian malam itu. Andai aku bisa, aku pasti akan membawa kembali bayi kita.

*
*
*

Tzuyu meletakan sabun buatannya di samping sabun buatan Gongyoo. Ia harap sabun itu tak parah. Apalagi Daeshin sempat membantunya tadi. Ia akan sangat bersalah pada Daeshin nantinya.

"Saya sangat bahagia kalian ada di sini."

Mereka semua tersenyum saat mendapat sambutan baik dari Ratu. Padahal mereka sempat berpikir jika Ratu akan sangat sinis pada mereka.

Gongyoo tersenyum culas. Nampaknya ia merasa menang sebelum pengumuman. Namun, siapa yang tahu soal hasil akhirnya 'kan?

"Kami harus pamit, Yang Mulia."

Tzuyu melirik ke sebalah kanan serta kirinya sebelum akhirnya ikut membungkuk. Ia benar-benar buta soal ini sebab Hareum sama sekali tak memberitahunya soal bagaimana membuat sabun, bukan tata krama berhadapan dengan keluarga kerajaan.

Tzuyu beranjak saat yang lainnya mulai beranjak. Namun, satu kesalahan yang ia lakukan adalah langsung berbalik. Sedangkan yang lainnya perlu melangkah mundur sebelum berbalik.

"Nona Lee?"

Tzuyu membatu kemudian menghela napasnya. Ia yakin jika ia melakukan kesalahan hingga namanya dipanggil.

Apapun yang terjadi, kau harus hadapi. Tzuyu segera berbalik, membungkukan tubuhnya untuk meminta maaf. "Saya benar-benar meminta maaf, Yang Mulia."

Tzuyu bersujud, mengikuti apa yang biasanya ia lihat pada drama sageuk. Ia harap, ia bisa terbebas dari hukum gantung jika sudah melakukan hal ini.

Ratu Ryushin tersenyum. "Nona Lee, aku hanya ingin bertanya soal sabun buatanmu."

"Ah ... Benarkah?" Tzuyu kembali duduk dengan tegak. Ia terkekeh malu sebab sudah salah sangka terhadap Ratu.

"Aku suka wanginya. Bagaimana kau membuatnya?"

Tzuyu tergagap saat harus menjelaskannya. Masalahnya, ia punya prinsip kerjakan lalu lupakan. "Eum ... Saya menggunakan beberapa rempah hingga wanginya seperti itu."

Aku harap jawabanku masuk akal.

*
*
*

Tzuyu mengintip pangeran Ahn dari balik dinding. Ia penasaran dengan yang dilakukan pangeran itu.

"Kau sedang apa?"

Suara Hareum tentunya membuat Tzuyu sangat terkejut. "Ish, kenapa kau mengagetkanku? Aku pikir dayang yang menangkap basah diriku."

"Kau mengintip?"

"Eonni, kenapa aku tidak melihatnya kemarin?" tanya Tzuyu penasaran. Pangeran itu sungguh tampan. Kulitnya juga seputih susu.

"Ah ... Dia sepertinya baru kembali dari perbatasan. Yang kutahu, dia selalu menjadi pemimpin untuk pasukan militer penjaga perbatasan."

"Benarkah?"

Hareum mengangguk. "Dia punya wajah lembut, tapi dia benar-benar kejam."

Tzuyu kembali memperhatikan pangeran Ahn yang kini terlihat merangkai bunga menjadi sebuah mahkota. Hingga seseorang menghalangi pandangannya, membuat Tzuyu mengumpat lalu berusaha untuk mengintip pangeran Ahn lagi.

Hareum membungkukan sedikit tubuhnya sebelum akhirnya meninggalkan Tzuyu di sana.

"Aish, kau mengganggu pemandangan saja," gumam Tzuyu masih dengan berusaha melanjutkan aksi mengintipnya tadi.

"Ah, kamchagi!" Tzuyu terkejut saat wajahnya begitu dekat dengan Jeongguk. "Kau mengganggu pemandangan, sungguh."

"Mengintip adalah sebuah dosa. Kau mau dihukum?"

"Baiklah, aku akan kembali ke kamarku saja." Tzuyu membungkukan tubuhnya dengan wajah malas sebelum pergi. Namun, Jeongguk memegang kepangan rambutnya hingga ia tak bisa pergi kemanapun.

"Apa lagi? Kau mau mengadukanku? Adukan saja, aku tak takut," ujar Tzuyu yang kembali berjalan. Namun kepangannya tetap tak dilepas oleh Jeongguk. "Aish, bukankah kau yang bilang jika mencintaimu, aku akan tiada? Kenapa kau bertindak seolah kau mencintaiku?"

"Apa aku mengatakan jika aku tidak boleh mencintaimu?"








TBC🖤

22 Jan 2021

Past & Future [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang