II

1 2 0
                                    

Matahari sudah terbit dan Alice sudah bangun dari pukul 04.00 pagi tadi. Melaksanakan Ibadah shalat subuh. Setelah shalat subuh dia bersiap siap untuk berangkat kesekolah. Harapan dia hari ini. Semoga hari ini hari yang baik untuk dia.

"Gue udah siap! Sekarang waktunya berangkat!" ucap Alice lalu turun kebawah.

Akan tetapi harapannya pupus karena dia mendengar pertengkaran antara ayah dan ibunya lagi.

"Kau meminjam uang sama siapa lagi hah?!"

"Bukan urusanmu!"

"Bener bener keterlaluan kau ya! Aku capek sama kamu! Aku mau kita cerai! Hutangmu dimana mana! Makanan tidak bisa dibeli jika tidak ada aku! Semua menggunakan uangku!

"Aku tanya dapat darimana kau uang sebanyak itu?!"

"Urus saja urusanmu!"

"Jalang tetaplah jalang"  Ayahnya mengatakan itu dan tidak sadar jika alice berada disitu.

"Ayah ibu! Alice berangkat!" ucap Alice berpamitan dan membuat ayahnya kaget.

"Ayah ngga usah kaget! Alice sudah biasa dengan pertengkaran kalian berdua!"

"Pergi kamu! Menyusahkan jadi anak!" Bentak Ibunya Alice.

"Iya bu maafin Alice" Hati Alice sakit sekali mendengar ucapan Ibunya itu.

"Maafin ayah Alice" Ayahnya mengatakan dengan nada menyesal

"Aku berangkat yah" Alice berlari rasanya ia ingin sekali menangis. Kata kata yang keluar dari mulut kedua orangtuanya tidak jauh jauh dari CERAI.

"kapan ya gue hidup bahagia?" hanya itu yang ada didalam hati Alice. Tetapi cepat cepat ia tepis pikirannya itu.

"Gue harus cepet! Bentar lagi mau bel! astagaa!!!" ucap Alice tergesa-gesa.

"Pakk angkot pak!" Alice memang setiap hari menggunakan angkutan umum. Dia memang bisa meminta ayahnya mengantarnya akan tetapi ayahnya sibuk bertengkar.

"Terimakasih pak" Alice memberi uang dan berlari menuju gerbang yang sebentar lagi ditutup.

"Bapak!!!" Teriak Alice

"ASTAGFIRULLAH neng! Bapak kaget!" ucap bapak itu sambil mengelus dadanya.

"Hehe. Bapak jangan ditutup dulu ya! Alice mau masuk ni!" ucap Alice disertai cengiran.

"Sok atuh neng!" ucap Bapak itu mempersilahkan Alice masuk

"Gomawo bapak!" Lalu alice berlari menuju kelasnya.

Beginilah Alice selalu terlihat baik baik saja jika didepan orang banyak. Lalu dengan santainya Alice menuju kekelasnya.

                                    ...

"Halo alice!" Sapa teman temannya. Alice memang sangat dekat dengan teman sekelasnya. Perempuan maupun Laki laki.

"Halo cemuahhh" Sapa balik Alice dengan alay.

Semua bergidik ngeri

Alice melanjutkan jalannya ketempat ia duduk dan menjatuhkan bokongnya kekursi.

"Eh Alice! Lo tau ngga!" kata Dinda sambil memegang bahu Alice.

"Paan! Lo belum kasih tau monyet!" balas Alice sambil menoyor kepala Dinda.

"Nanti Lo ada temen sebangku. Namanya Lean!" ucap Dinda tentang teman sebangkunya nanti.

"Ohh ok makasi infonya!" cuek Alice.

"Woi monyet bener bener!" Dinda menggeleng-gelengkan kepala melihat respon temannya ini.

Lalu tidak lama kemudian bel masuk berbunyi. Datang lah seorang Ibu guru dan Murid baru. Alice berpikir itu yang akan jadi teman sebangkunya.

"Assalamu'alaikum anak anak" sapa Ibu guru itu.

"Waalaikumsalam bu"

"Perkenalan ini Murid baru dikelas ini ibu harap kalian bisa beradaptasi dengan baik dengannya. Ayo nak perkenalkan diri kamu" ucap Ibu guru itu menjelaskan.

"Hai perkenalan nama gue Leandra Casannova" perkenalan singkat dari Lean.

"Lean silahkan kamu duduk disamping Alice" ucap Ibu guru sambil menunjuk bangku Alice. Lean pun mengangguk.

"Terimakasih anak anak. Semangat belajarnya! Ibu pamit dulu"

"Siap Sama sama bu!"

Lean lalu menuju kursi yang ditunjuk ibu guru itu tadi dan mendudukkan bokongnya.

"gila ni anak kaga kenalan sama gue apa! apaan main nyelonong duduk aja!" gumam Alice dengan kesal.

Lean hanya diam sepanjang pelajaran tidak berniat bicara sedikitpun.

ALICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang