Perjalanan pulang

8 5 1
                                    

Begitulah malam ini berjalan. Walaupun Arka tau perempuan di depanya ini masih mempunyai seorang Pacar tapi tetap saja Arka tidak bisa memungkiri bahwa ia telah jatuh cinta, benar-benar jatuh cinta kepada perempuan cantik di hadapannya ini.

Lagi pula menurut Arka hubungan Iren dengan kekasihnya juga sedang di ujung tanduk alias mau berakhir. Jadi tidak ada bedanya. Memulai sekarang atau nanti mendekati Iren.

Namun malam ini Arka harus sedikit kecewa karena waktu tak terasa begitu cepat berjalan. Tau-tau jam di tangan telah menunjukan pukul sepuluh dan Iren perempuan cantik yang duduk di depannya meminta untuk menyudahi sesi perjumpaan mereka malam ini.

"Tadi kesini Kamu naik apa?" tanya Arka saat berjalan bersama Iren menuju parkiran.

"Ojek online!" jawab Iren santai.

"Owh! Kalo aku anterin pulang gimana!?" tawar Arka langsung.

"Nggak usah makasih, aku pesen Go-jek aja! Lagi pula rumah kita kan beda arah? Kamu ke sana aku ke sana!" Iren menunjuk arah barat dan timur.

"Kok kamu tau?!"

"Kan dulu kamu pernah bilang? Lupa saking banyaknya yang di chet?" tuduh Iren dengan nada bercanda.

"Nggak lah!" bantah Arka kemudian. "Gapapa aku anterin ya!?" paksa Arka. Agar Iren mau diantarnya pulang dengan motor CBR hitam miliknya.

Dengan sedikit terpaksa akhirnya Iren mengiyakan tawaran Arka untuk mengantarnya pulang. "Nggak pake helm nih?"selidik Iren yang sudah naik di atas motor.

"Nggak! Di Solo kalo malem nggak ada Polisi!" canda Arka.

Iren mendengus kecil menahan senyum.

"Ngomong-ngomong rumah mu dimana pasnya?"

"Belakang Paragon, jalan tunas cemara !"

"Owh di situ! Yaudah pegangan yang kenceng!" perintah Arka.

Iren pun langsung berpegangan karena dia pikir Arka akan sungguh-sungguh melajukan motornya dengan kencang.Tapi saat motor sudah melaju, kecepatanya hanya sedang cenderung pelan malah. Iren mendengus kemudian menyindir Arka. "Aku pikir bakalan kenceng beneran!"

Arka menoleh kebelakang "Aku pikir kamu takut kalo aku kenceng!" balas Arka yang sebenarnya hanya ingin berlama-lama berboncengan dengan Iren.

"Aku, takut? Ya nggaklah!" bantah Iren dengan percaya diri.

"Baiklah kalo gitu! Jangan pegangan ya!" pinta Arka menantang Iren.

Dan benar saja di jalan yang mulai lengang Arka langsung menggeber sepeda motornya dengan kencang. Meliak-liuk menyalip beberapa mobil dan motor yang menghalangi jalan mereka. Hingga pada akhirnya Iren yang tadi sempat mengaku tidak takut dengan kecepatan mendekap erat tubuh pria jangkung yang menggoncengkannya.

"Kok diem aja? Katanya nggak takut!" ucap Arka setelah memelankan kembali laju motornya.

"Aku emang nggak takut!" tolak Iren mengakui.

"Terus ngapain tadi meluk aku kenceng banget!"

"Ya buat jaga-jaga aja kalo aku jatoh!"

"Ya itu namanya takut!" tandas Arka kemudian tertawa.

Kini telah sampailah mereka di belakang Paragon mall, di salah satu gang di depan rumah berpagar hitam bergaya minimalis berlantai duamilik Iren.

"Makasih udah mau anterin aku pulang!" seru Iren sedikit malu-malu.

"Iya sama-sama Ren!" jawab Arka. Namun setelah kata sama-sama itu terucap ada keheningan yang tercipta di antara mereka berdua Iren menatap bingung Arka yang masih duduk santai di atas motornya dan tak kunjung pergi.

"Kamu nunggu apa?" tanya Iren.

"Nunggu kamu masuk! Siapa tau ini bukan rumah kamu!" celoteh Arka dengan santainya.

Iren terbalak matanya terbuka lebar. "Emangnya aku ada tampang penipu ngaku-ngakuin rumah orang!" jawab Iren dengan langsung membuka gerbang yang tergembok dengan kunci yang di ambil dari tasnya. "Nih liat kebuka kan!!"

Arka nyengir kuda "bercanda Ren! maksut ku, aku nggak di suruh mampir dulu nih?" goda Arka.

"Enggak,,!" balas Iren santai "Udah malem soalnya lain kali aja!"

"Yah,,," keluh Arka. Iren hanya tersenyum , "Yaudah kalo begitu! selamat malam." ucap Arka dan langsung pergi.


**ON THE WAY**

Salah ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang