Di tengah gemerlap lampu disco, di sana lah Alisha berada. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia menginjakkan kakinya ke dalam club malam yang terletak di pinggiran kota Jakarta. Alisha merupakan seorang single parent yang berusia 25 tahun dan memiliki dua orang anak.
Jika bukan karena teman semasa SMP nya dulu yang bernama Adel yang mengajaknya ke sana, mungkin sampai saat ini Alisha tidak akan mengenal tempat hiburan malam itu.
Adel berhenti sekolah saat kelas dua SMP, dikarenakan keuangan keluarganya yang cukup buruk, hingga memaksanya untuk bekerja keras supaya bisa membantu perekonomian kedua orang tuanya.
Adel merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, karena itulah ia selalu mengalah pada adik-adiknya, termasuk masalah pendidikan. Dia rela berhenti sekolah untuk bekerja, supaya kedua adiknya bisa tetap sekolah.
Sudah tujuh tahun lamanya Adel bekerja di club malam itu, tugasnya adalah sebagai pengantar minuman pada setiap pengunjung, namun tidak jarang ia diminta untuk menemani mereka minum.
Adel menemani mereka sambil mengobrol-ngobrol dengan tutur katanya yang lembut, bahkan senyum manis di bibirnya seolah tak pernah pudar. Walaupun tak jarang ada tamu yang bersikap nakal dengan memaksanya untuk ikut minum, menyentuhnya, menggerayangi bagian sensitif tubuhnya, bahkan terkadang ia bersedia untuk ditiduri oleh tamu itu. Bukan tanpa alasan, ia melakukan itu semua supaya ia mendapatkan uang yang lebih banyak.
Alisha merasa tidak nyaman dengan suasana seperti itu karena belum terbiasa, namun ia masih tidak bergerak sedikitpun dari posisinya. Dari kejauhan, Alisha memperhatikan Adel yang duduk di antara tamu-tamunya, secara bergantian tamu-tamu itu mencium bibirnya, ada yang meremas dadanya dan ada juga yang meraba bagian bawah tubuhnya.
Adel membiarkan itu semua terjadi begitu saja, ia tidak terlihat keberatan dengan sikap para tamunya yang memperlakukannya seenak jidat mereka.
Tanpa terasa air mata Alisha mengalir di pipinya. 'Demi untuk bertahan hidup dan membantu kedua orang tuanya, ia berkorban sampai seperti itu, ia bahkan tidak peduli pada dirinya sendiri. Semoga perjuangan kamu ini tidak akan sia-sia, Del. Aku akan selalu mendoakan mu, supaya suatu hari nanti kamu mendapatkan hidayah.' Seru Alisha dalam hatinya.
Alisha sudah tidak bisa menahan perasaannya lagi, air matanya pun tidak bisa berhenti mengalir di pipinya, walaupun ia sudah berusaha menyekanya berkali-kali. Namun air matanya masih tetap saja mengalir, akhirnya ia berjalan ke kamar mandi, kemudian mencuci wajahnya dan berusaha menenangkan perasaannya.
Setelah berhasil menenangkan dirinya sendiri, Alisha kembali ke tempat duduknya semula. Ia kembali melihat Adel yang masih duduk diantara tamu-tamunya, ia melihat sepertinya Adel sedang berbicara sesuatu dengan tamunya. Namun Alisha tidak tau apa yang sedang Adel katakan kepada tamunya tersebut, karena tempat itu sangat riuh dengan suara alunan musik yang keras dan cukup memekakkan telinga.
Alisha hanya bisa melihat reaksi wajah tamu yang sepertinya kecewa saat Adel mulai berdiri dan berjalan mendekati salah satu temannya yang masih duduk santai dengan rokok di tengah bibirnya dan memegang segelas beer, wanita itu menoleh ke arah Alisha sejenak, sebelum akhirnya ia menenggak habis red wine itu dan kemudian berjalan mendekati tamu-tamu yang baru saja di tinggalkan Adel.
Adel pun berjalan menghampiri Alisha, tersenyum dan kemudian berkata dengan santai, "Maaf karena sudah membiarkanmu menunggu terlalu lama." Adel meletakkan rokok di tengah-tengah bibirnya, lalu kemudian ia menyalakan rokok tersebut.
"Tidak apa-apa, aku mengerti." Sahut Alisha menatap Adel yang sedang menghisap rokoknya sambil tersenyum tipis.
"Bagaimana, sudah buat keputusan belum?" Tanya Adel sambil meniupkan asap rokok yang baru saja ia hisap.
Alisha tidak menjawab, hanya suara batuk darinya yang terdengar karena asap rokok yang Adel tiupkan tadi.
Adel tersenyum tipis menatap reaksi temannya itu, ia tau betul kalau Alisha belum terbiasa dengan semua ini. Maka dengan sengaja ia menuang segelas beer, kemudian memberikannya kepada Alisha.
"Tidak! Terima kasih, aku tidak biasa minum," Ujar Alisha menolak beer yang Adel berikan dengan sopan.
"Kamu sudah lihat kan? Bagaimana pekerjaanku di sini? Rokok, minuman, bahkan menyerahkan tubuhku untuk tamu-tamu yang datang. Itu sudah menjadi makananku sehari-hari. jadi saranku, kalau memang kamu belum siap atau masih ragu, lebih baik jangan, karena pekerjaan seperti ini membutuhkan mental yang kuat." Adel berbicara dengan bijaksana, seakan bertolak belakang dengan penampilannya.
Alisha masih tetap diam dan tidak berkata sepatah katapun.
"Lebih baik, kamu cari saja pekerjaan lain yang lebih cocok untukmu," Lanjut Adel lembut, kemudian ia menghisap kembali rokoknya.
Alisha mengangguk kemudian berkata, "Terima kasih atas sarannya, Del." Senyuman manis pun ia berikan kepada temannya itu.
Walaupun Adel terlihat dingin dan keras, mungkin itu semua karena pekerjaan dan kehidupannya yang cukup keras, namun sebenarnya hati wanita itu sangat lembut, ia juga cukup ramah dan baik kepada teman-temannya.
Bahkan sebenarnya ia juga tidak ingin kalau temannya mengalami nasib sepertinya.
"Sama-sama." Sahut Adel singkat sambil tersenyum manis.
Karena Alisha tidak minum beer, jadi Adel memesan Coca-Cola untuknya. Mereka pun bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing, Alisha yang sudah merasa cukup tenang, akhirnya bisa menikmati suasana di club malam itu. Walaupun hanya duduk di tempatnya, sambil meminum Coca-Colanya, tapi setidaknya perasaan sedihnya itu sudah berkurang.
Hari ini adalah tanggal 12 Februari, hari ulang tahun Alisha. Namun di hari ulang tahunnya ini, ia sengaja menghindari pertemuan dengan keluarganya dan teman-temannya. Karena tepat di tanggal 12 Februari pada Lima tahun lalu, Alisha menikah dengan Zaki. Zaki sengaja memilih tanggal pernikahan mereka tepat di hari ulang tahun Alisha, alasannya karena ia mencintai Alisha dan alasan lainnya adalah karena ia tidak ingin terlupa akan hari ulang tahun istri tercintanya.
Mengingat pekerjaannya yang cukup menyita waktunya, ya itu karena Zaki adalah seorang Arsitek yang terkadang ia harus pergi keluar kota untuk urusan pekerjaannya, bahkan tidak jarang juga sampai berbulan-bulan lamanya.
Lima tahun lalu Alisha selalu antusias menyambut hari ulang tahunnya, karena di hari yang sama Alisha dan Zaki merayakan anniversary mereka. Namun tidak pada hari ini, karena hari ulang tahunnya saat ini.
Menandakan bahwa Alisha dan Zaki sudah resmi satu tahun bercerai, satu tahun yang lalu Zaki menjatuhkan talak tiga kepada Alisha. Itu semua karena Zaki ingin segera menikah dengan Vina, wanita yang menjadi selingkuhannya sejak enam bulan belakangan.
Alisha sudah berusaha untuk mempertahankan rumah tangganya, walaupun sebenarnya ia sudah merasa sangat lelah. Ya, itu semua karena Zaki yang sudah menyelingkuhinya sebanyak tiga kali.
Namun Alisha selalu berusaha untuk memaafkan perselingkuhan yang Zaki lakukan, demi kedua anaknya. Terlebih lagi ia memegang Amanah dari almarhumah ibunya yang berpesan kepadanya beberapa hari sebelum ibunya meninggal, "Sabarlah dalam menghadapi sikap suamimu, dan kalau bisa menikah itu hanya sekali dalam seumur hidup."Namun apa daya, Alisha hanyalah seorang Istri dan talak itu kuat jika seorang suami sudah mengucapkannya. Alisha tersadar dari lamunannya, saat Adel akan mengajak Alisha pulang ke kosannya dengan suara yang terdengar cukup keras di telinga Alisha. Karena sudah larut malam, maka Adel tidak membiarkan Alisha untuk pulang ke rumahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Path Of Destiny
RomanceWarning 21++ Alisha adalah seorang single parent, yang harus bekerja keras untuk bisa menafkahi anak-anaknya. Segala macam pekerjaan rella ia lakukan, asalkan itu halal dan bisa memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya. Sampai pada suatu hari, Tuhan p...