"Serius kamu baik-baik saja, Sha?" Adel ingin memastikan lagi.
"Iya," singkat Alisha tanpa keraguan sembari menatap wajah temannya itu dengan tersenyum tipis.
"Ya sudah kalau begitu, aku siapkan sarapan dulu, ya?" seru Adel yang tidak ingin memaksa Alisha untuk bercerita kepadanya.
Kosan Adel tidak besar, hanya terdiri dari tiga ruangan saja. Satu ruangan untuk ruang tamu, satu ruangan untuk kamar dan yang satu ruangan lagi adalah dapur dan kamar mandi yang masing-masing berukuran setengah dari ruangan.
Karena itulah saat Alisha berjalan menuju kamar mandi, ia melihat dengan jelas apa yang Adel akan masak untuk sarapan mereka. Adel menghaluskan bumbu untuk nasi goreng yang akan menjadi sarapan mereka nantinya.
"Wah mau masak nasi goreng ya, Del?" tanya Alisha dengan semangat.
"Iya, kesukaan kamu kan nasi goreng," sahut Adel tersenyum.
"Kamu masih ingat?" Alisha bertanya dengan berbinar-binar.
"Tentu dong, aku masih ingat semua kesukaan kamu," jawab Adel semangat.
"Termasuk tentang yang kamu takut sama kucing, ya kan? Hahahaha," lanjut Adel yang kemudian tertawa geli saat ia mengingat ekspresi wajah Alisha dulu setiap kali ada kucing yang mendekatinya.
Sementara Alisha hanya tersenyum malu dengan pipi yang memerah seperti tomat. Ia pun melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.
Setelah selesai membersihkan dirinya, ia pun keluar dari kamar mandi dan berniat untuk membantu Adel. Tapi ternyata Adel sudah selesai memasak. Sarapan sudah tersedia di ruang tamu. Nasi goreng kecap dengan telur dadar diatasnya dan tidak ketinggalan teh manis juga menjadi pelengkap menu sarapan mereka pagi ini.
Baru setengah piring nasi goreng yang mereka makan, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, Adel pun beranjak dari tempatnya dan segera membuka pintu.
"Morning, Sayang," seru laki-laki yang berada di depan pintu sembari memeluk Adel.
"Morning," sahut Adel yang membalas pelukan laki-laki itu sejenak sebelum akhirnya ia melepaskan pelukannya.
Adel mempersilahkan Chiko yang tidak lain adalah kekasihnya, untuk masuk ke dalam kosannya dan ternyata Chiko tidak sendirian, ada seorang laki-laki lagi yang berdiri di belakangnya. Laki-laki itu bernama Fachri, dia adalah teman Chiko dan Adel.
"Oh iya kenalin, ini Alisha teman SMP aku dulu," ujar Adel memperkenalkan Alisha kepada Chiko dan Fachri.
Mereka pun berbincang-bincang sembari menyantap makanan mereka, Chiko dan Fachri membawa tiga bungkus lontong sayur karena mereka pikir Adel hanya sendiri dan belum makan. Tapi ternyata Alisha berada di kosan Adel dan mereka sedang memakan nasi goreng saat Chiko dan Fachri sampai.
Setelah mereka selesai sarapan, Alisha dan Adel mencuci piring-piring dan setelah itu kembali duduk di ruang tamu. Chiko sama sekali tidak ingin berjauhan dari Adel, ia duduk di samping Adel dan terkadang meraba-raba paha Adel yang hanya memakai celana jeans berwarna hitam di atas lutut dan tank top berwarna cream.
Mungkin Chiko sudah biasa melakukan itu kepada Adel yang hanya membiarkan saja tanpa merasa risih, berbeda dengan Alisha yang melihatnya merasa malu dan risih. Kalau bukan karena Adel adalah temannya, pasti sudah dari tadi Alisha pergi dari kosan itu. Namun, Alisha menahan keinginannya dan berpura-pura tidak melihatnya. Karena sudah tak tahan menahan hawa nafsunya. Chiko pun berbisik kepada Adel, "Aku tunggu di kamar ya sayang, aku sudah ngga tahan nih."
Chico yang berbisik tepat ditelinga Adel, berhasil membuat Adel merasa geli sehingga mengangkat sedikit pundaknya ke atas.
Chiko pun melangkah ke kamar. "Sha, aku ke kamar dulu bentar, ya, kamu ngobrol-ngobrol aja dulu sama Fachri," kata Adel tanpa menunggu jawaban dari Alisha dan segera melangkah menyusul Chiko ke kamar.
Alisha merasa sedikit canggung duduk bersebelahan dengan Fachri yang sedari tadi sibuk memainkan handphonenya. Terdengar suara desahan Adel, suara desahan itu tidak terlalu kencang. Namun Alisha bisa mendengarnya dengan jelas karena ia pernah menikah jadi ia sudah paham suara desahan itu adalah suara desahan kenikmatan dan itu berhasil membuat Alisha merasa semakin tidak nyaman berada di sana dan gelisah seperti ingin segera pergi dari kosan Adel.
Alisha melirik kearah Fachri yang masih sibuk dengan telepon genggamnya, ia sama sekali tidak menghiraukan suara desahan Adel. 'Mungkin ia sudah terbiasa mendengarnya,' pikir Alisha.
Alisha pun segera mengalihkan perhatiannya pada telepon genggamnya sama seperti yang Fachri sedang lakukan saat ini, ia memasang headset ke telinganya dan memutar lagu kesukaannya dengan volume full.
Chiko mencium bibir Adel dengan agresif dan tangannya juga tidak bisa diam, ia segera meraih dada Adel dan meremasnya.
"Agggghhhh." Adel kembali mendesah.
Mendengar desahan sang kekasih, Chiko menjadi semakin bergairah. Ia segera menarik bibirnya dari bibir Adel dan segera membuka tank top dan bra kekasihnya itu hingga bertelanjang dada. Ia melumat dada Adel dengan penuh nafsu.
Sesekali Chiko menjilati dan menggigit dada Adel, membuat Adel kembali mendesah merasakan lidah Chiko yang hangat di bagian dadanya.
Tanpa sadar, Adel mencengkeram rambut cepak Chiko setiap kali Chiko menggigit lembut dadanya dengan nafsu.
Setelah puas dengan bagian atas tubuh Adel, Chiko pun segera mengambil alih bagian bawah tubuh kekasihnya itu. Ia membuka celana short jeans itu hingga meninggalkan cd berwarna putih. Dari luar cd, Chiko pun mulai menyentuh bagian sensitif itu dengan jari telunjuknya.
'Basah.' Chiko bisa merasakan bagian sensitif itu sudah basah. Ia tersenyum menatap wajah sang kekasih dan kemudian kembali melumat bibirnya dalam-dalam sehingga lidah mereka terjerat bersama, namun tangannya tetap berada di bagian sensitif itu. Ia memaju-mundurkan jari telunjuknya di bagian sensitif itu dan berhasil membuatnya menjadi semakin basah.
Setelah merasa puas memainkan dengan jarinya, Chiko pun segera menarik cd itu menjauh dari bagian sensitif Adel dan membuangnya ke sembarang arah. Ia membuka lebar kedua kaki Adel, sehingga terpampang jelas bagian sensitif kekasihnya yang berhasil membuat Chiko menelan ludahnya dan segera menjilati bagian sensitif kekasihnya. Desahan demi desahan pun terdengar keluar dari mulut sang kekasih tanpa bisa tertahan.
Chiko semakin agresif, menjilati bagian sensitif itu dengan liar dalam jangka waktu yang ia inginkan. Beberapa saat kemudian ia segera melucuti pakaiannya sendiri, sehingga Adel bisa melihat jelas barang kekasihnya yang sudah berdiri tegak dan keras secara sempurna.
Mereka pun segera melakukan hubungan intim itu dengan penuh gairah, kurang lebih satu jam mereka berhubungan diatas ranjang tersebut. Setelah mereka selesai dengan urusan ranjang mereka, mereka pun segera mandi bersama.
"Ikh, kamu nakal," kata Adel sembari tertawa kecil.
"Biarin sama calon istri sendiri ini," sahut Chiko yang juga tertawa kecil.
Ya, Chiko memang serius kepada Adel dan ingin segera menikahi Adel, seolah ia tidak peduli dengan pekerjaan sang kekasih. Toh, nantinya setelah menikah ia akan meminta sang kekasih untuk meninggalkan pekerjaannya dan menjadi ibu rumah tangga seutuhnya.
Hanya saja Adel selalu menolak lamarannya, karena ia masih belum siap untuk memiliki sebuah ikatan dengan lelaki manapun. Melihat pernikahan teman-temannya yang berakhir dengan perceraian, termasuk perceraian Alisha yang mampu membuat Adel menjadi takut untuk menikah dan hanya ingin menjalani hubungan bebas tanpa adanya ikatan pernikahan.
![](https://img.wattpad.com/cover/256080691-288-k89387.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Path Of Destiny
Lãng mạnWarning 21++ Alisha adalah seorang single parent, yang harus bekerja keras untuk bisa menafkahi anak-anaknya. Segala macam pekerjaan rella ia lakukan, asalkan itu halal dan bisa memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya. Sampai pada suatu hari, Tuhan p...