Adel dan Chiko sudah selesai membersihkan diri mereka, kemudian mereka kembali ke ruang tamu. Saat itu pandangan mereka dimanjakan oleh Alisha dan Fachri yang sedang mengobrol, awalnya, saat mereka meninggalkan Alisha dan Fachri untuk urusan ranjang mereka tadi. Baik Alisha ataupun Fachri masih sama-sama terlihat canggung untuk mengobrol, tapi sepertinya saat ini Alisha dan Fachri sudah mulai berbicara satu sama lain, dan bahkan terkadang mereka tertawa kecil disela-sela pembicaraan mereka.
"Sepertinya asyik banget, lagi pada ngomongin apaan sih?" tanya Adel penasaran sembari melemparkan senyum manisnya dan duduk disamping Alisha.
"Hanya ngobrol tentang pengalaman pribadi masing-masing aja sih, sharing lebih tepatnya," sahut Fachri dengan santai.
"Oh, sudah lama ngobrol-ngobrolnya?" tanya Adel lagi yang menjadi semakin penasaran ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang kedekatan Alisha dan Fachri.
"Ya lumayan, sudah sekitar tiga puluh menitanlah," jawab Fachri lagi, masih dengan nada yang santai.
"Oh, lumayan juga ya," ujar Adel yang melirik ke arah Alisha sembari menggoda wanita single parent itu dengan menaikkan sebelah alisnya dan melemparkan senyuman manisnya, yang ditanggapi dengan senyuman tipis oleh Alisha.
Tiga puluh menit yang lalu, Fachri yang mulai merasa bosan dengan telepon genggamnya mulai mengajak Alisha ngobrol. Awalnya Alisha tidak menyadari kalau Fachri sedang berbicara kepadanya, karena ia menggunakan headset di telinganya dengan volume full.
Akhirnya Fachri memberanikan diri untuk menyentuh pundak Alisha, agar wanita single parent itu melihat ke arahnya. Alisha yang merasa kaget karena pundaknya disentuh pun langsung menoleh ke arah yang menyentuhnya, "Hmm, iya ada apa ya?" tanya Alisha bingung, setelah ia melepaskan headset dari telinganya.
"Maaf sebelumnya kalau saya mengganggu, hmm, boleh ngobrol-ngobrol ngga?" ujar Fachri yang merasa sedikit ragu, namun pada akhirnya kata-kata itupun keluar dari mulutnya.
"Ngobrol?" awalnya Alisha tidak terpikir kalau laki-laki yang sedari tadi sibuk memainkan telepon genggamnya itu ingin mengobrol dengannya.
"Bo..boleh," jawab Alisha, setelah ia berpikir sejenak.
Tiba-tiba terdengar suara desahan Adel lagi dan itu berhasil membuat Alisha kembali merasa risih dan menelan saliva karena ketidaknyamanan yang ia rasakan, "Hm, diminum airnya, emangnya kamu ngga haus ya? Dari tadi ngga minum-minum," seru Fachri mencoba mengalihkan perhatian Alisha, Seolah ia mengerti ketidaknyamanan yang Alisha rasakan setiap kali wanita single parent itu mendengar desahan temannya.
Adel menyediakan air putih yang dicampur dengan ice, biscuit, chips, dan cup cake setelah mereka selesai sarapan tadi.
"Akh, iya, terima kasih," ujar Alisha, kemudian ia meraih gelas yang Fachri ulurkan kepadanya, tanpa sengaja tangan Alisha dan Fachri saling bersentuhan.
Tiba-tiba Alisha merasa jantungnya berdetak cepat, ia pun menjadi gugup karena ini adalah pertama kalinya ia bersentuhan lagi dengan seorang laki-laki setelah satu tahun bercerai dari Zaki.
Melihat ekspresi Alisha yang canggung dan sedikit kaku, Fachri pun mengajak ngobrol wanita single parent itu dengan nada suara yang santai dan rileks yang akhirnya bisa membuat wanita single parent itu ikut menjadi rileks dan larut dalam pembicaraan mereka berdua. Bahkan sesekali Alisha tertawa kecil, saat Fachri menceritakan kejadian lucu yang ia alami.
Fachri juga menceritakan kepada Alisha, kalau saat ini ia sedang dekat dengan seorang wanita, mungkin lebih tepatnya gebetannya. Begitupun sebaliknya, Alisha juga menceritakan tentang anak-anaknya dan statusnya sebagai single parent.
Baik Alisha maupun Fachri merasa obrolan mereka nyambung, sehingga tidak terasa setengah jam pun sudah berlalu. Mereka tersadar dari keasyikan obrolan mereka setelah Adel dan Chiko menghampiri mereka berdua dan mereka berempat pun kembali mengobrol-ngobrol bersama, tampak jelas kalau Alisha sudah mulai bisa berbaur dengan Fachri dan Chiko.
Hari pun sudah menjelang sore, Alisha berpamitan kepada Adel, Chiko dan Fachri. Wanita single parent itu harus segera kembali ke rumahnya, karena semalam ia sudah menginap di kosan Adel tanpa memberi tahu keluarganya. Fachri pun berinisiatif untuk mengantar Alisha, "Sha, aku antar ya?" seru Fachri tanpa basa-basi lagi.
"Hm, ngga usah. Aku bisa pulang sendiri ko," sahut Alisha malu-malu, seketika pipinya pun memerah seperti tomat.
"Cie... cie... Ada yang lagi PDKT nih ceritanya," Adel menggoda Alisha dan Fachri sembari tersenyum.
"Apan sih kamu, Del?" Fachri merasa malu dengan candaan Adel.
"Ye Fachri, gitu aja marah. Hehehe..." seru Adel lagi kali ini candanya diikuti tawa kecil darinya.
Fachri tidak menghiraukan kata-kata Adel lagi, sebaliknya ia kembali berkata kepada Alisha, "Aku antar ya, kebenaran rumah kita kan searah. Jadi, biar sekalian gitu," Fachri mencoba membujuk Alisha lagi.
Alisha terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia membuka mulutnya kembali, "Baiklah kalau begitu," Alisha pun mengiyakan tawaran Fachri.
Laki-laki bertubuh tinggi dengan kulit berwarna sawo matang yang memakai kaos putih dan celana jeans itu pun mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah motornya yang sedang terparkir di depan kosan Adel, ia mengarahkan motornya ke arah Alisha dengan sempurna. Sehingga memudahkan Alisha untuk menaiki motor Yamaha tersebut, "Hati-hati di jalan, jangan kapok untuk main lagi ke sini ya, Sha," seru Adel dengan senyuman dibibirnya.
"Iya Del, terima kasih banyak ya dan maaf kalau aku sudah merepotkan kamu," sahut Alisha yang membalas senyuman Adel dengan senyum tipisnya.
Fachri pun mulai mengendarai motornya, awalnya Alisha hanya memegang erat handbagnya. Tapi di tengah jalan, Fachri menghentikan motornya secara tiba-tiba yang berhasil membuat tubuh wanita single parent itu terdorong ke depan sehingga tubuh mereka berdua pun bersentuhan.
"Maaf... maaf ya Sha, tadi ada yang nyebrang jalan ngga lihat-lihat, jadi aku ngeremnya ngedadak," seru Fachri mencoba menjelaskan kepada wanita single parent itu.
"Iya ngga apa-apa ko," sahut Alisha singkat.
"Ya sudah, kalau begitu aku lanjut lagi ya. Kamu pegangan aja biar ngga jatuh nanti kalau aku ngedadak ngerem lagi kaya tadi," kata Fachri kemudian ia melanjutkan perjalanan mereka.
Mengikuti nasehat Fachri dan demi keselamatannya juga, Alisha pun mulai menggerakkan kedua tangannya dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Fachri. Wanita single parent itu merasa benar-benar malu dan canggung. Karena ini pertama kalinya ia menyentuh pinggang seorang laki-laki setelah satu tahun perceraiannya dengan Zaki.
Jantungnya berdetak kencang dan cepat, seolah-olah ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. 'Akh sial, ada apa denganku? Kenapa aku begitu cepat menuruti kata-kata Fachri dan melingkarkan tanganku di pinggangnya? Sial, benar-benar memalukan, apa yang akan dia pikirkan tentangku nanti? Apalagi kami baru saja kenal, akh sial,' seru Alisha dalam hatinya yang merasa kesal kepada dirinya sendiri dan menyesali apa yang baru saja ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Path Of Destiny
RomanceWarning 21++ Alisha adalah seorang single parent, yang harus bekerja keras untuk bisa menafkahi anak-anaknya. Segala macam pekerjaan rella ia lakukan, asalkan itu halal dan bisa memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya. Sampai pada suatu hari, Tuhan p...