Komunitas Athan

1 0 0
                                    

Em menunggu seseorang di depan gerbang sekolah. Hari ini dirinya tidak bekerja dan membuat janji dengan seseorang. Athan. Kemarin Em diajak Athan untuk pergi ke komunitas yang ia ikuti. Tentu saja Em awalnya tidak percaya, tapi ia kemudian mengiyakan dengan syarat tidak naik motor bersama. Em ingin menaiki bus umum atau apapun itu dan dengan sangat pengertiannya Athan mengiyakan.

“Kamu nggak nyesel kan aku ajak pergi naik kendaraan umum?”

“Emmm, nggak. Buat apa nyesel?”

“Siapa tahu kamu nyesel karena naik kendaraan umum. Kayaknya ketua OSIS seterkenal kamu akan jarang naik kendaraan umum,”

“Kata siapa?”

“Kayaknya, kata aku. Aku kan yang barusan bilang,”

“Emang kenapa kalau ketua OSIS kayak aku naik kendaraan umum? Aneh?”

“Mungkin agak berbahaya? Kamu kan terkenal dimana mana. Temen temen kelas aku sering bilang kamu ganteng, perhatian, terus emmm,”

“Aku ganteng? Kamu bilang aku ganteng? Perhatian?”

“Aku? Temen kelasku yang bilang, bukan aku!”

“Barusan kamu yang bilang! Disini adanya kamu, nggak ada temen kelasmu!”

“Aku cuma ‘menceritakan’,”

“Menurutmu aku ganteng, perhatian?”

“Emmm nggak tahu ya. Tipe idealku beda jauh dari kamu,”

“Jadi aku bukan tipe idealmu?”

“Bukan,”

“Coba ceritain tipe idealmu, biar aku bisa bandingin kalau ada yang kurang biar bisa aku perbaiki,”

“Rahasia. Lagian kenapa jadi bahas tipe ideal sih?”

“Kamu yang mulai!”

“Kamu yang mancing!”

“Aku lagi nggak mincing, aku lagi di kendaraan umum,”

Em mendengus.

“Jadi kayak apa tipe idealmu?”

“Enggak, aku nggak punya,”

“Tadi ktanya punya!”

“Enggak. Aku mau sekolah dulu, mau sukses dulu. Nggak ada aktu buat mikirin tipe ideal,”

“Ya nggak usah dipikirin. Lihat aku aja, siapa tahu aku bisa jadi tipe idealmu,”

“Nggak akan! Aku nggak suka sama orang yang spontan dan seenaknya,”

“Aku? Aku seenaknya?!”

“Iya, nggak sadar?”

“Oke aku akuin kalau aku seenaknya,”

“Terus maksud kamu bahaya gimana?”

“Yah siapa tahu tiba tiba deketin kamu, terus minta foto, terus minta tanda tangan, teriak teriak,”

“Pernah sih ada yang begitu. Tapi kayaknya kalau lagi sama kamu nggak mungkin mereka begitu?”

“Kenapa emang?”

“Mungkin karena takut?”

“Aku? Nakutin? Enggak ah,” Em membuang muka dan berfikir sejenak. Kadang ia memang terlihat menakutkan karena jarang berbicara, walaupun dengan teman sekelasnya. Em tidak suka banyak berbicara kecuali dengan orang yang benar benar bisa ia percaya. Sebenarnya pertanyaan itu ada benarnya, hanya saja ia tak ingin mengakuinya.
Setelah jawaban Em atas pertanyaan Athan barusan, membuat mereka diliputi keheningan. Athan dan Em tenggelam dalam pikiran mereka masing masing.

                               ***

Bus yang ditumpangi Athan dan Em berhenti di pemberhentian. Untuk ke komunitas Athan mereka harus berjalan kaki beberapa meter.

“Kamu sejak kapan ikut komunitas ini? Apa jangan kamu pendirinya?”

“Iya, aku yang mendirikan komunitas ini, kenapa?”

“Ya nggak apa apa, aku tanya aja. Kan nggak mungkin aku dateng tapi nggak tahu apa apa,”

“Ohh hahaha, aku belum pernah cerita ya?”

“Baru sadar? Baru aja inget? Selama ini kemana aja?”

“Ada yang buat aku nggak konsentrasi akhir akhir ini, susah fokus,”

Athan Dan Emine (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang