AM || pindah

13 5 2
                                    

"terimakasih sudah bersama saya dan membuat tawa bersama meski akhirnya meninggalkan luka."

— Kezia Adrelina Badeshwara

•••

Hari ini adalah hari kepindahan Zia sekeluarga ke Bandung, dikarenakan ayah Zia pindah mengelola perusahaan di Bandung. Reno a.k.a ayah Zia dan Reza a.k.a abang Zia mereka sedang mengangkat barang ke truk yang mereka sewa dengan orang bantuan, sedangkan Zila a.k.a bunda Zia dan Zia sedang merapihkan sisa pakaian yang belum dikemas.

Setelah semua selesai mereka siap berangkat sore ini juga, karna lusa Reno ada urusan yang tidak bisa ditunda, jadilah mereka berangkat sore ini.

Semua telah siap, Zia dan Reza duduk dibagian tengah, sedangkan Reno dan Zila sudah pasti didepan dengan Reno yang menyetir.

Zia menatap kaca jendela dengan perasaan campur aduk, perasaan ini masih ada untuk 'dia' entahlah ia bingung, di sisi lain ia juga ingin melupakan yang sudah terjadi dengannya.

'Selamat tinggal Agra, selamat tinggal Jakarta.' batin gadis itu bersamaan dengan air mata yang turun tanpa diminta.

Bagaimana pun Agra lah yang telah mengisi hari-hari nya 4 tahun ini, wajar kalau dia sulit melupakan nya.

•••

Keluarga Badeshwara itu telah sampai di Bandung, memang Reno memiliki rumah di Bandung warisan dari sang ayah yang telah tiada, meskipun ukuran rumah dibandung jauh beda dengan di Jakarta tapi rumah berlantai dua ini cukup nyaman untuk di tinggali empat orang manusia itu.

"Ayah kamar Zia dimana?." Tanya Zia pada ayah nya.

"Kamar kamu sama abang ada diatas, kalian pilih aja mau yang mana, soalnya diatas ada 4 kamar." Jawab Reno.

"Oke yah, ayah sama bunda diatas atau dibawah?." Tanya Zia.

"Ayah diatas aja biar bunda yang dibawah." Ucap Reno seraya terkekeh karna ucapannya sendiri.

"Ayah apa sih ih, gajelas." Sahut Zila seraya menatap tajam kearah suaminya.

Reno yang ditatap seperti itu pun hanya cengengesan karna dia sayang istri, ah mungkin takut istri.

"Udah ko jadi ribut gini sih ayah sama bunda, Zia mau keatas dulu soalnya abang udah ke atas biar Zia bebas pilih kamar nya." Ucap Zia seraya pergi ke atas.

•••

Saat sampai diatas mata Zia tertuju pada pintu diujung sana, seperti nya dia akan menempati kamar itu. Ia berjalan menuju kamar itu, saat dibuka sudah ada abang nya disana, ia pun berjalan ke arah abang nya,

"Abang ini kamar Zia tau, ko disini." Ucap Zia.

"Apaan lo ini kamar gue ya, gue duluan yang disini, pergi lo." Sinis Reza.

"Yaudah kalo gitu ga usah ngomong sama Zia lagi." Ucap Zia tajam, saat hendak keluar tangan nya di cekal
f

ree

"Iya iya lo disini, gausah diemin gue. Durhaka lo ntar." Ucap Reza malas.

"Hilih, bilang aja abang ga suka Zia diemin." Ucap Zia, "Udah ah sana keluar." Reza pun keluar dari kamar sang adik.

Zia merebahkan dirinya dikasur yang sudah ada, namun masih ber-seprei putih polos karna sebelum nya hanya diganti dengan seprei polos. Zia bangkit dari tidurnya lalu mengambil seprei dikoper yang sudah dibawakan sebelumnya. Ia mengambil seprei berwarna lilac, dengan selimut bermotif bola-bola berwarna lilac dan putih.

Setelah siap ia berjalan kekamar mandi yang berada dikamar nya, bersih-bersih sedikit agar tidur nyaman nantinya, siap dengan bersih bersih nya ia berjalan menuju kasur untuk tidur, ia tertidur dengan tenang.

•••

Zia terbangun dari tidurnya, berjalan mendekati jendela dan membuka gorden putih polos itu, ia belum sempat mengganti karna lelah, lagi pula ia tidak bisa memasang sendiri.

Zia berjalan menuju kamar mandi untuk mandi, setalah siap ia turun ke bawah untuk sarapan. Dimeja makan sudah ada ayah, bunda, serta abang nya yang sudah duduk disana.

Zia duduk di sebelah abang nya, menu sarapan pagi ini hanya nasi goreng dengan telur mata sapi, dan susu putih serta air putih, karna pembantu baru bekerja dan belum tau kebiasaan keluarga ini jadilah hanya memasak itu.

"Zia ayah udah daftarin kamu ke sekolah sahabat ayah, jadi kamu bisa pindah, untungnya sahabat ayah bisa mengurus kamu yang sudah kelas tiga SMA jadi gampang." Ucap Reno panjang lebar.

"Syukur deh, Zia udah mulai masuk kapan?." Ucap Zia seraya menyendok nasi dan telur.
"Senin besok, seragam nya nanti biar ayah sama bunda yang ambil."
"Okeii yah." Setelah itu mereka makan dengan khidmat karna sudah menjadi kebiasaan.

•••

Hari ini adalah hari Zia pertama masuk ke sekolah barunya dibandung, setelah tadi ia sarapan Zia diantar oleh Reza karna kuliah lelaki itu masih diurus jadilah ia belum ada kerjaan.

Sesampainya didepan gerbang sekolah, Zia turun setelah berpamitan. Melihat sekolah didepannya ini dan saat melihat papan yang terdapat didekat pos, 'SMA DIRGANTARA' not bad.

Ia berjalan masuk, saat ada siswi ia bertanya,

"Ehm misi, maaf ganggu. Aku mau tanya kelas XII IPA-2 dimana ya?." Tanya Zia pada siswi tadi. Memang saat dirumah Reno sudah memberi tahu kelasnya jadi ia tidak kerepotan.

"Oh, lo anak baru ya? kebetulan gue kelas XII IPA-2 juga si, bareng aja yo." Ucap siswi tersebut.

"Iya aku anak baru, wah kebetulan. Btw nama Aku Kezia Adrelina Badeshwara, panggil aku Zia." Ucap Zia seraya mengulurkan tangannya.

"Nama gue Nesya Afiera Azura, salam kenal ya. Udah ah ayo." Setelah itu mereka berjalan beriringan menuju kelas, memang sekolah masih sepi karna masih terlalu pagi.

•••

Sampai dikelas Zia duduk dengan Nesya karna kebetulan Nesya duduk sendiri.

"Zia gue mau cerita nih, gue tuh lagi suka samaa seseorang tapi dia itu dingin, gue juga ga berani bilang soalnya dia most wanted boy nya Dirgantara." Ucap Nesya seraya menunduk.

"Aku juga klo jadi kamu mungkin engga bakal berani si, oh ya aku engga bisa kasih banyak saran soalnya lagi lemot." Balas Zia tak enak hati.

"Aduh Zia, ko lo gemes si?." Ucap Nesya seraya mencubit pipi Zia.

Setelah itu bel berbunyi dan guru yang mengajar pun masuk, dimulai pembelajaran pertama yaitu, MATEMATIKA.

•••

hai everyone !
maaf klo banyak kesalahan kata ya !
dan jangan lupa buat komen dan vote !
wuffyuu !

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARZIA' STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang