Hari itu hujan turun saat Luhan mulai membawa patung-patungnya ke galeri seni 'Ilumination' milik Lee Sooman untuk dipamerkan. Raut wajahnya begitu murung hingga dia hampir tidak merasakan dinginnya kabut di wajahnya. Natal tinggal dua minggu lagi dan Luhan sengsara dan kesepian. Jika beberapa bulan sebelumnya, Luhan akan menelepon Sehun dan meminta lelaki itu untuk menemuinya makan siang di kota, atau Luhan akan muncul di beberapa rapat komite atau konferensi amal di mana Sehun juga hadir, hanya untuk memberi makan hatinya yang lapar. Sekarang, Luhan tidak punya apa-apa. Hanya Kai dan kehadirannya yang tak menentu. Kai adalah seorang pria yang baik, tetapi itu lebih seperti saudara baginya. Seorang kakak yang menjadi teman minum kopinya.
Luhan membawa kotak terakhir dengan hati-hati ke pintu belakang, yang dibuka oleh Xiumin, sang manajer galeri, untuknya.
"Itu yang terakhir, Xiumin," kata Luhan pada Xiumin, tersenyum saat dia mengamati ruang penyimpanan yang berantakan. Luhan menggelengkan kepalanya. "aku tidak percaya aku mengerjakan semua itu sendiri."
"Itu memang pekerjaan yang tak mudah," Xiumin setuju, balas tersenyum. Dia membungkuk untuk membuka salah satu kotak dan sedikit mengernyit pada apa yang ada di dalamnya. "Apa kau bermaksud memamerkan ini juga?" tanya Xiumin menunjukkan patung Sehun yang tampak sangat hidup.
Wajah Luhan tertekuk. "Ya, memang begitu," katanya singkat. "Aku tidak menginginkannya."
Xiumin dengan pengertian tidak mengucapkan sepatah kata pun. "Kalau begitu, aku akan menempatkannya bersama yang lain. Katalog telah dicetak dan hasilnya sempurna, aku yang memeriksanya sendiri. Semuanya sudah siap, termasuk katering untuk buffet makanan ringan dan media masa. Kami sedang membuat motif Natal untuk dekorasi buffetnya."
Media. Luhan menggertakkan giginya. Hal terakhir di dunia ini yang ingin dia lihat sekarang adalah seorang reporter.
Xiumin, yang peka terhadap suasana, menatap Luhan meyakinkan. "Jangan khawatir. Aku yang menyeleksi mereka sendiri." tambahnya. "Mereka tidak akan mengajukan pertanyaan yang memalukan, dan apa pun yang mereka tulis untuk dicetak adalah tentang pertunjukan ini, bukan hal lain. Titik."
Luhan lega. "Apa yang bisa aku lakukan tanpamu?" dia bertanya, dan serius.
Xiumin menyeringai. "Jangan begitu. Kami sangat senang kau bisa mengadakan pameran disini."
....
Luhan sempat khawatir dengan reaksi Sehun terhadap pameran itu, karena pria itu adalah partner digaleri milik Lee Sooman ini. Mereka belum berbicara sejak kejadian yang hampir merenggut nyawa Sehun di ruang sidang dan Luhan setengah berharap Sehun mengacaukan pamerannya. Tapi Lelaki itu tidak melakukannya. Mungkin bibi Kim salah dan Sehun tidak marah karena Luhan tidak menelepon untuk menanyakan keadannya. Hanya karena Luhan tidak menelepon, bukan berarti dia tidak khawatir. Luhan melewati beberapa malam tanpa tidur memikirkan tentang apa yang bisa terjadi pada Sehun jika pria itu tidak dapat menghindar. Terlepas dari apa yang berusaha ia lakukan, perasaannya tidak berubah. Sekarang pun Luhan mencintai Sehun sama seperti sebelumnya. Ia hanya lebih baik dalam menyembunyikannya saja.
Malam pameran pun tiba. Luhan gugup, dan diam-diam dia senang Kai akan menemaninya. Luhan tidak mengharapkan Sehun muncul, ditambah dengan kehadiran media. Dia tidak ingin memberi mereka amunisi lagi untuk mempermalukannya. Namun kehadiran Kai sudah cukup membuatnya tenang.
Tapi nasib baik tidak berpihak padanya. Kai menelepon Luhan dimenit-menit terakhir, terdengar kesal karena tidak bisa datang menghadiri acara pamerannya.
"Aku benar-benar minta maaf, tapi kakakku mengalami serangan jantung," katanya singkat.
"Astaga Kai, aku turut berduka."
KAMU SEDANG MEMBACA
BELOVED
FanfictionSejak pertama bertemu, Luhan jatuh hati pada Oh Sehun. Tapi Sehun sudah menikah. Tak ingin merusak rumah tangga Sehun. Luhan akhirnya setuju menikah dengan sahabat Sehun, Johnny. Namun, ternyata pernikahan Luhan dan Johnny hanya bertahan satu bulan...