Natal tinggal menghitung hari. Luhan mengadakan pesta yang dinanti-nantikan anak-anak pada Malam Natal, untuk membantunya merasakan semangat Natal. Luhan memiliki pohon buatan yang dia simpan di ruang tamunya setiap tahun. Dia sebenarnya menyukai yang asli, dengan pot berisikan tanah sehingga bisa diletakkan di halaman setelah perayaan, tetapi Luhan sangat alergi terhadap pohon cemara. Pohon tiruan yang mahal itu terlihat sangat otentik dan begitu Luhan menghiasinya, pohon itu bisa menipu seorang ahli sekalipun.
Luhan memiliki koleksi bola-bola berlapis emas palsu dan pita foil emas yang elegan untuk digunakan sebagai dekorasi, bersama dengan untaian manik-manik emas, perak dan lampu peri yang dapat menyala hanya dengan satu sentuhan jari. Luhan juga memiliki permadani merah-putih yang mengelilingi pangkal pohon, dan di sekelilingnya ada set kereta skala Lionel "O"-yang dia lihat di jendela department store hari itu dimana ia tak sengaja betemu Sehun. Luhan tenyata kembali ke toko itu dan membeli kereta, dan sekarang dia menikmati kereta itu berjalan. Semuanya tampak sempurna dan hanya kekurangan satu atau dua bangunan kecil yang menyala di sampingnya.
Dia berdiri kembali dan mengagumi hasil karyanya. Luhan mengenakan kaftan berwarna emas-putih dengan rambutnya yang terurai. Saat itu hari Sabtu, tapi dia tidak pergi ke pesta keluarga Sehun. Faktanya, ketika Sehun membunyikan bel pintu, Luhan tidak akan membiarkan pria itu untuk masuk ke rumahnya. Luhan merasa sangat puas dengan betapa mudahnya ia menghindari Sehun.
"Bagus sekali," terdengar suara senang yang dalam di belakangnya.
Luhan berbalik dan menemukan Sehun, dalam pakaian rapih, mengawasinya dari ambang pintu.
"Bagaimana ... bagaimana kau bisa masuk?" Luhan terkesiap.
"Well, bibi Kim dengan baik hati membiarkan pintu belakang tidak terkunci untukku," kata Sehun. "Aku mengatakan kepadanya bahwa kita akan berkencan dan kau mungkin akan lupa. Dia sangat patuh. Benar-benar romantis, bibi Kim."
"Aku akan memecatnya hari Senin begitu dia kembali dari rumah saudaranya!" Luhan menggeram.
"Tidak, kau tidak akan melakukannya. Dia adalah harta karun. Kau tidak akan menemukan asisten rumah tangga lain yang seperti dia"
Luhan menyapu rambutnya ke belakang. "Aku tidak akan pergi ke Gwangju!"
"Kau akan," kata Sehun. "Entah karena kau yang ikut sendiri dan segera berganti pakaian atau aku yang menarikmu dan menggantikan pakaianmu."
"Ha!" Luhan melipat tangannya di depan dada dan menantang Sehun untuk membutikan bualannya.
Prospek itu tampaknya menghibur Sehun. Dia memegang lengan Luhan dengan tangannya yang normal dan membawanya ke lorong ke kamar tidurnya, membuka pintu dan menutupnya di belakang mereka. Sehun sudah berada di sini sebelumnya, Luhan tahu itu, karena ada gaun malam tanpa tali putih diletakkan di tempat tidur, bersama dengan pakaian dalam tipis yang cocok dengannya.
"Kau ... kau menyelinap kamarku tanpa izin!" Luhan mengamuk.
"Memang. Ngomong-omong kau tidak berpakaian seperti orang yang merayakan hari spesial sama sekali. Sebagian besar lemari pakaianmu tampaknya terdiri dari bawahan katun dan celana jins serta tank top." Sehun meliriknya. "Aku suka kaftan yang kau kenakan, tapi itu tidak cocok untuk perayaan malam ini."
"Aku tidak akan memakai gaun itu."
Sehun terkekeh pelan. "Kau akan, cepat atau lambat."
Luhan yang berjalan menuju pintu mendapati dirinya tersapu ke arah Sehun, dipegang erat oleh lengan prostesis sialan Sehun yang tampaknya bekerja persis seperti lengan asli.
"Aku tidak akan menyakitimu," janjinya lembut. "Tapi kau bisa saja melukaiku."
"Aku memang akan ... apa yang kau ... lakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BELOVED
FanficSejak pertama bertemu, Luhan jatuh hati pada Oh Sehun. Tapi Sehun sudah menikah. Tak ingin merusak rumah tangga Sehun. Luhan akhirnya setuju menikah dengan sahabat Sehun, Johnny. Namun, ternyata pernikahan Luhan dan Johnny hanya bertahan satu bulan...