Sudah tiga hari berlalu, suasana hening semakin menyapa mansion megah tersebut. Tidak ada lagi suara-suara berisik dari Seth dan Dave saat bermain game atau teriakan Valeria yang menggema saat meminta temani belanja.
Di kamar luas tersebut, tepatnya di atas ranjang kingsize, terbaring sosok wanita cantik dengan rambut cokelatnya yang tergerai. Wajahnya yang anggun terlihat redup karena sedih.
Matanya sembab akibat menangis berhari-hari. Angelica menarik selimutnya sampai batas leher. Sekilas matanya melirik jendela kamar yang terbuka.
Angelica membuang napas panjang dan memaksakan diri untuk menutup mata tetapi percuma karena ia malah ingin menangis. Berita kecelakaan pesawat itu membuatnya shock dan masih tak mempercayainya.
Kemudian terdengar pintu yang dibuka. Angelica enggan menoleh karena wanita itu memilih untuk menutupi wajahnya dengan selimut.
"Sayang.." sang suami memanggilnya dengan lembut.
Angelica diam.
Mark tersenyum tipis. Ia mendekati sang istri, duduk di tepi ranjang dan mengelus rambut Angelica yang menyembul di balik selimut. "Jangan bersedih.."
Di balik selimut, Angelica bergerak menghempas tangan Mark agar menjauh. "Bagaimana bisa aku tidak bersedih karena kehilangan putri kesayanganku!!"
"Kau.. Kau jahat, Mark."
Mendengarnya membuat Mark mengernyitkan alis disertai kekehan. "Jahat kenapa?"
"Karena kau bahkan tidak terlihat menyesal atas kepergian Devlin! Kau bahkan tidak menangis! Kau jahat sekali!" ucap Angelica diselingi isakan.
"Sayang, bagaimana aku bisa menangis atas kepergiannya yang tak nyata."
Hening. Angelica membuka selimutnya dan menatap Mark. "Apa maksudmu?"
Kali ini Mark tersenyum. Ia mendekatkan dirinya ke sang istri dan menggenggam tangannya dengan lembut. "Jangan menangis lagi ya? Aku ingin memberimu kejutan yang akan membuatmu tersenyum kembali."
Semula Angelica ingin tersenyum tetapi kesedihan masih menghampiri sehingga ia membuang pandangannya. "Tidak. Aku tidak bisa menerima kejutan sementara putriku telah pergi."
Di cubitnya pipi Angelica sehingga wanita itu meringis, menatap Mark dengan kesal. "Sakit tahu!"
Tanpa merasa bersalah Mark tertawa. Pria itu memegang bahu Angelica, membawa istrinya berhadapan dengannya dan ia pun tersenyum simpul. "Kau tidak boleh bersedih. Lagipula sebentar lagi kau akan tahu kejutannya."
Bertepatan dengan itu, suara dering ponsel terdengar dari saku celana Mark. Pria itu melempar senyum lagi kemudian mengambil benda persegi tersebut. Melihat nama pemanggil yang tertera di layar, Mark memberi ponselnya kepada sang istri.
"Baru dibilang, kejutannya sudah datang."
Angelica menatap ponsel dan Mark secara bergantian, dengan kening berkerut ia bertanya. "Mengapa kau tidak mengangkatnya sendiri?"
"Kejutan untukmu sayang."
Melihat ekspresi Mark yang meyakinkan membuat Angelica menerima panggilan tersebut. Layarnya hitam padahal Face Time sedang berlangsung.
"Halo?"
Hanya ada suara gesekan dengan layar yang masih hitam. Angelica melirik suaminya yang hanya mengangkat bahu pertanda tak tahu.
"Kau sedang mengerjaiku?" tanya Angelica mulai sebal.
"Tidak--" Mark berkedip beberapa kali.
"Eh aku lupa dimana ponselku tadi." suara yang berasal dari benda di tangan Angelica terdengar familiar. Wanita paruh baya itu menghadapkan wajahnya sejajar dengan layar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1
RomanceYOUNG-ADULT 17+ *BOOK1 ON MILLANEZ SERIES* Rank #73 dalam Percintaan (31/07/2019) Rank #68 dalam Percintaan (03/08/2019) Rank #62 dalam Percintaan (05/08/2019) Rank #3 dalam Aksi (20/06/2021) Ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis cantik, jeniu...