Palu 8💦

108 22 0
                                    

⚒ P A L U G A D A ⚒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚒ P A L U G A D A ⚒

⚒⚒

_____

Diatur-atur itu nggak enak, apalagi diatur sama orang yang sebenarnya nggak punya wewenang apa pun. Tim drumb band juga pasrah saja mendengarkan ceramah panjang lebar dari Lilyana, cewek itu masih memperdebatkan jarak antara pemain drumb band dan penari color guard di belakang.

Adellia yang duduk bersama teman-temannya menguap lebar, bosan. Ia berharap Sakilla yang sedang rapat di kelas segera kembali untuk menghentikan Lilyana yang bicara tanpa titik koma ini.

"Ini udah benar kok, Li. Gue udah ambil jarak paling aman biar pemain drumb band nggak kena tongkat bendera gue." Sanggah Seril, salah satu penari color guard.

Lilyana berkacak pinggang. "Nyolot banget sih, Ril. Gue cuma bilangin yang benar."

"Udah-udah istirahat aja dulu sambil nunggu Killa selesai." Lerai Alif, pemain terompet. Jika tidak segera dilerai mungkin akan menimbulkan kekacauan lebih parah.

"Nggak bisa gitu dong," sahut Lilyana, tidak terima. "Karnaval tinggal dua hari lagi, mana ada istirahat mulu. Nggak ada Sakilla 'kan masih ada gue."

Pemain drumb menaruh alatnya setengah membanting, kesal. Hanya jarak saja dipermasalahkan, memukul drumb kurang kencang aja di suruh ulang, gerakan color guard salah sedikit saja di suruh balik ke posisi awal. Pokoknya kalau latihan sama Lilyana tidak pernah ada yang benar.

Sayang sekali, pak Bagus tidak masuk hari ini dan menyerahkan tugasnya untuk mengawasi latihan marching band pada Sakilla. Tapi, cewek itu harus pamit sebentar karena mengikuti rapat kelas yang urgent, jika tidak ada dia rapat tidak berjalan katanya.

Mungkin, jika sekarang ada Sakilla. Marching band sudah memutari lapangan sebanyak dua kali, tanpa berhenti dan ada salah. Bukannya mogok seperti ini dan membuang waktu untuk mendengarkan ceramah Lilyana.

"Udahlah, ke kantin aja dulu. Del, lo chat Sakilla deh, kalau udah selesai rapat suruh buruan ke lapangan. Lama-lama bisa pingsan gue dengerin ceramah Lily terus, jum'at juga masih tiga hari lagi." Ucap Alif, berkomando pada teman-temannya yang lain untuk istirahat dulu.

Adellia mengangguk, setuju sekali. Sementara Lilyana yang hendak protes tidak digubris oleh siapa pun.

_____🍓🍓_____

Dio menatap luar kelas dengan tangan yang masih sibuk mengetukkan spidol di meja guru. Di kelas, tidak ada yang berani bicara, tidak ada yang berani makan atau hanya sekedar menoleh pada teman sebangku. Bahkan napas saja hampir tertahan semua karena merasakan aura kemarahan dari seorang Dio.

Percaya, deh. Kalau Dio sudah marah, marahnya bisa melebihi guru killer yang melegenda di sekolah mereka.

"Gini Yo, gue ada ide nih."

P A L U G A D ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang