Palu 12💦

99 16 1
                                    

⚒ P A L U G A D A ⚒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚒ P A L U G A D A ⚒

⚒⚒

_____

"Gimana Yo?"

Dio menggeleng, ia menaruh nampan berisi sarapan untuk Sakilla di atas meja lalu ikut duduk di sebelah Satria yang sekarang tengah mengacak rambutnya frustasi.

"Tante mana?"

"Udah balik kerja lah, orang tua gue sama Killa mana betah di rumah."

"Kok lo gitu?"

Satria menghela napas. "Kenyataannya gitu."

Pagi tadi, Dio mendapatkan pesan dan panggilan masuk dari Satria yang bilang jika dia sudah sangat frustasi untuk menbujuk Sakilla keluar dari kamar. Dio tidak tahu jelas apa masalah mereka sampai Sakilla mengurung diri di kamar semalaman. Yang jelas, Satria tidak main-main mengatakan dirinya sedang frustasi. Terlihat jelas dari beberapa minuman kaleng yang berserakan di atas meja ruang tamu.

Pandangan Dio beralih pada sebuah benda yang menarik perhatiannya. Benda yang kemarin Sakilla dapatkan, yang membuatnya tersenyum sepanjang perjalanan pulang. Piala hasil dari karnaval. Benda itu sekarang sudah tidak berbentuk lagi. Di pinggirkan di belakang pintu utama.

Sepertinya sedang ada masalah besar di keluarga si kembar.

"Makasih Yo, udah bantuin bujuk Killa."

"Santai aja."

"Kalau nggak ingat ada Killa di rumah, gue udah cabut dari tadi," Satria menyandarkan punggungnya ke sofa.

Dio hanya diam, menunggu Satria berbicara. Tapi, tampaknya Satria tidak ingin membahas masalahnya pada Dio karena setelahnya ia tidak bicara lagi. Satria lebih memilih memejamkan mata untuk mencari ketenangan.

"Bokap lo balik?" tanya Satria, mengalihkan pembicaraan.

Dio mengangguk. "Katanya dia mau ketemu sama lo."

"Iya tahu, kemarin chat gue. Minta ditemani main catur."

Rupanya Papa sudah punya inisiatif sendiri untuk mengabari Satria duluan. Benar-benar lelaki tanpa gengsi tinggi, lain halnya dengan anaknya.

"Nanti malam gue ke sana deh, jangan lupa bilang ke Tante gue minta kopi hitam yang pahit, ya."

Dio menaikkan sebelah alisnya. "Lo mau main catur apa ngedukun?"

Satria terkekeh. "Mau guna-guna cewek komplek sebelah, susah banget dapatnya."

"Gue nggak suka ya, lo dekat sama cewek komplek sebelah itu!"

Satria dan Dio sama-sama menoleh pada sumber suara. Susah payah mereka membujuk Sakilla untuk membuka pintu kamar, nyatanya cewek itu keluar sendiri tanpa di minta.

P A L U G A D ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang