***
"Di habisin ya sayang" Jiho mengusap kepala putrinya dengan penuh kasih sayang, setelah sekian lama akhirnya dia memasak sarapan lagi untuk Ara.
Ara mengacungkan jempolnya sambil asyik mengunyah dengan lahap sarapannya.
Jiho menaruh piring-piring kotor ke dapur, di buntuti Arin di belakangnya.
"Kak, biar Arin aja yang cuci" Arin mengambil alih piring di tangan Jiho, Jiho hanya terkekeh dan membiarkan Arin melakukannya.
"Yaudah kak Jiho balik lagi ke depan ya" Saat hendak berbalik, Jiho hampir saja menabrak tubuh kekar di hadapannya.
"Loh? Maaf"
Lelaki itu tersenyum, "Jiho, saya mau bicara sama kamu"
Jiho mengangguk, mereka berdua berjalan ke samping rumah Jiho yang memang ada taman yang terawat dengan baik, mereka duduk di salah satu kursi bercat putih.
Meninggalkan Ara dengan sarapannya.
"Jiho, maaf ya mungkin saya jarang atau bahkan saya nggak pernah menghubungi kamu" Katanya dengan helaan nafas yang berat, rasa bersalah ketara jelas.
Jiho memberi tepukan halus di pundak lelaki itu, "nggak papa, aku tau kamu pasti sibuk.. Mama udah bilang semuanya sama aku"
Lelaki itu menoleh, dahinya berkerut tipis tetapi kemudian ekspresinya berubah menjadi bahagia.
"Oh ya? Syukur kalau mama kamu ngasih tau"
Jiho juga bahagia bisa bertemu kembali dengan lelaki ini.
"Jiho, kamu tau? "
"Hm? "
"Saya bakal ada di sini bersama kamu. " Kini giliran dahi Jiho yang berkerut, kalimat barusan Jiho tidak paham.
"Ya, jadi saya selama ini sibuk mengurusi berbagai hal karena saya mau perusahaan saya pindah cabang di kota ini..."
"Saya mau meneruskannya di sini" Lelaki itu bangkit dari duduknya.
Jiho masih terdiam di tempat, untuk apa dia melakukan itu?
"Kamu terkejut ya?"
Jiho ikut berdiri, "ya, cuma nggak nyangka aja.. Kenapa?"
"Padahal kamu nggak ada cerita, terus tiba-tiba dateng"
"Saya mau berada di dekat kamu dan Ara" Sayangnya lelaki itu hanya dapat mengungkapkannya dalam hati.
Lelaki itu tertawa, Tiba-tiba memegang kedua pundak Jiho.
"Kamu baik-baik saja kan selama di sini?" tanya nya meyakinkan.
Jiho mengangguk.
"Pantas, kamu kelihatan makin cantik"
Pipi Jiho merona, "ap—apaan sih!"