Seminggu berlalu, kini mereka sudah pindah ke rumah Jungkook. Lisa juga sudah mulai bekerja di sebuah cafe tempatnya dulu bekerja yang untungnya masih mau menerimanya.
"Mau kubuatkan bekal untuk makan siang?" Tanya Lisa sebelum ia pergi bekerja.
"Tidak usah! Aku masih mampu membeli makanan diluar! Tidak usah sok peduli padaku itu memuakkan!" Decak Jungkook sebelum berlalu menuju kantornya.
Lisa membuang napasnya kasar, sejauh ini ia sudah berusaha menjadi istri yang baik tanpa peduli bagaimana perilaku pria itu padanya. Dengan pria itu tak memukulnya sehari saja sudah membuat Lisa sedikit tenang.
Setelah Jungkook pergi, Lisa segera membereskan sedikit rumahnya sebelum pergi untuk bekerja.
"Akhirnya selesai!" Lisa mengusap pelan pelipisnya yang dipenuhi keringat. Rumah sebesar ini memang ia yang mengurusnya sendiri, Jungkook tak menggunakan pekerja. Pria itu mengatakan lebih baik menggunakan tenaga Lisa saja selagi ia ada.
Gadis itu sedikit melirik pada jam dinding yang ternyata telah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Ia harus segera bekerja.
Gadis berponi itu berjalan tergesa-gesa menuju halte transportasi umum. Untung saja mobil berbadan besar itu sudah nangkring di sana. Ia jadi tak perlu menunggu lama.
Seperti biasa, Lisa akan memilih duduk di pojok dekat jendela. Ia merasa tenang jika melihat jalanan dan orang yang berlalu lalang.
"Nona, Apa kursi ini kosong?"
Lisa mengalihkan pandangannya pada seseorang yang bertanya padanya.
"Mark?" Pria itu tersenyum menampilkan deretan giginya.
"Tak ada orang disini, duduk saja" sambung Lisa lagi. Pria itu langsung menduduki kursi yang berada disamping Lisa.
"Kau sendiri?" Tanya Mark.
"Hmm, seperti biasa. Kau tumben sekali naik bis?"
"Motorku di bengkel, mungkin pulang nanti baru bisa diambil" jelasnya. Lisa hanya ber oh ria saja.
Hanya butuh waktu dua puluh menitan, bis mereka sampai di depan halte yang tak jauh dari tempat kerja mereka.
Sepanjang jalan menuju cafe, Lisa dan Mark menghabiskan waktu mereka dengan mengobrol dibarengi dengan tawa akibat tingkah konyol Mark. Di depan Lisa, pria tampan bernama Mark ini bahkan kehilangan urat malunya, berbeda dengan teman kerja lainnya. Ia akan tampak lebih cool, Lisa juga tak memahami apa isi kepala pria itu yang sudah Lisa anggap sebagai teman yang selalu mengerti dan menghibur dirinya.
"Hei, kau jangan tertawa saja. Ayo balas leluconku!" Kesal Mark yang malah dihadiahi tawa oleh Gadis itu. Percayalah! Pria itu tampak menggemaskan di mata Lisa ketika kesal.
"Sudah sampai!" Pekik Lisa ketika mereka sudah sampai di cafe tempat mereka bekerja. Sebelum berlalu masuk ke area karyawan Mark mengusap kepala Lisa pelan lalu berlari kabur.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT | Lizkook✓
Fanfic[END] Bahagia, adalah satu kata yang penuh makna. Bagi Lisa, ia hanya ingin merasakan bagaimana rasanya hidup bahagia seperti orang-orang. Anggap saja ia bermimpi, mimpi yang tak mungkin ia gapai. Sampai pada akhirnya sebuah insiden terjadi, Lisa ga...