Assalamu'alaikum
Annyoung ❤Apa kabar kalian semua??
Semoga kalian sehat - sehat selalu ya.Maaf yaa minggu kemaren gak up. Soalnya kelelahan jadi yaa gitu.
Sebelum baca jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini. Jangan lupa follow juga.
Happy Reading 🤗🤗
***
Bening merasa kesusahan membawa tumpukan buku cetak. Saat Bening ingin balik dari toilet, ia dipanggil Bu Tuti. Beliau meminta tolong kepada Bening untuk membawa buku cetak ke kelas XII MIA 3. Mau tak mau Bening harus menolong Bu Tuti.
Cukup kesulitan Bening membawa tumpukan buku cetak yang sedikit menghalangi indra penglihatannya itu. Selama di lorong, tak ada seorang pun yang berniat menolong Bening.
Sesampainya di depan kelas XII MIA 3, Bening mengatur detak jantungnya yang sedari tadi berpompa cepat.
"Permisi," ucap Bening.
Semua mata kini tertuju kepada Bening. Bening yang ditatap langsung menundukkan kepalanya. Seorang cowok kini mendekat ke arahnya. Ia bersandar di daun pintu. Tepat di seberang Bening.
"Ngapain lo?" Tanya Dewa, salah satu siswa XII MIA 3. Ia menatap Bening tak suka.
"Umm, mau nganterin buku cetak ini," jawab Bening sambil mengangkat pelan buku - buku yang ia bawa.
"Yaudah taro sana," ucap Dewa menunjuk ke arah meja guru dengan dagunya.
Bening mengangguk kecil. "Makasih." Bening langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas.
Dewa mengangkat satu ujung bibirnya. Ia mengulurkan kakinya menghambat jalan Bening membuat Bening tersandung.
Suara tawa mengisi kelas itu. Buku - buku yang Bening bawa berjatuhan. Malu. Satu kata itu yang mendeskripsikan keadaan Bening sekarang. 1% ia merasakan sakitnya dan 99% malunya. Bening tak berani menatap ke arah siswa di kelas tersebut. Ia langsung mengumpulkan buku cetak yang berserakan di lantai.
Suara tawa hilang begitu saja. Seorang cowok masuk dan langsung membantu Bening mengumpulkan buku yang berserakan. Bening langsung berdiri dan menatap cowok itu lekat. Ia menaruh tumpukan buku cetak tersebut. Begitupun dengan cowok tersebut.
"Ma...makasih, Kak Angga," ujar Bening gugup.
Angga berdehem langsung berjalan menuju tempat duduknya. Tak mau berlama - lama, Bening langsung pergi dari kelas tersebut. Ia berjanji dirinya tidak lagi menginjakkan kakinya ke dalam kelas itu.
***
Bening berjalan cepat. Ia masih memikirkan bagaimana malunya dirinya tadi di kelas itu. Matanya menangkap sosok yang ia rindukan. Ia tersenyum mengembang.
"Mozza," panggil Bening.
Mozza yang menunduk langsung mengangkat kepalanya. Ia melihat Bening sedang melambaikan tangannya ke arahnya. Mozza yang berniat menuju kelasnya langsung memutar arah jalannya menjauhi Bening.
Bening berlari menyusul Mozza yang telah dulu berjalan. "Za, tunggu," ujar Bening.
Mozza menulikan pendengarannya. Bening berlari mendekati Mozza. Ia meraih lengan kiri Mozza dan memutar badan Mozza mengarah kepadanya.
"Za," ucap Bening. "Sampai kapan kamu jauhin aku?" Tanya Bening.
Mozza tak menjawab. Ia menghempaskan tangan Bening. Ia melewati Bening begitu saja. Bening membalikkan badannya dan menatap Mozza yang kini berjalan ke kelas XII MIA 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Bening
Teen FictionKetenaran disekolah didapatkan dari kepintarannya, kecantikan atau ketampanannya, atau kenakalannya. Namun, itu semua tidak berlaku bagi Bening Fabiola. Ia dikenal oleh seantero sekolah bahkan seluruh wilayah Indonesia mungkin karna ia merupakan "Ma...