Assalamu'alaikum
Annyeonghaseyo
Sebelumnya salam kenal semua😁. Jadi ini cerita pertama aku, eh bukan cerita pertama. Salah satu cerita yang pertama kali aku publish. Intinya gitu. Maap belibet.
Terima kasih semuanya yang udah baca cerita aku. Jangan lupa vote dan komen. Vote dan komen kalian buat aku semangat menulis.
Aku harap kalian suka sama cerita aku. Maaf kalau aku sedikit kaku dan masih banyak typonya. Love you guys❤
***
"Huhft.." Helaan nafas itu membuat seorang gadis sedikit tenang. Kejadian beberapa menit yang lalu membuat ia harus extra bersabar.
Pukul 06.00 WIB, ia sudah berada di dalam kelas XII MIA 1. Sendirian. Tanpa ada orang satupun. Dirinya sengaja tiba sepagi itu untuk menghindari cacian dari seluruh warga SMA Bakti.
Kini ia berpikir apa yang akan dilakukannya selama 1 jam kedepan.
"Ternyata sendirian itu gak enak," gumamnya pelan. Ia kembali menghela nafasnya berat. Ia menatap lurus ke arah depan dan menumpukan dagunya dengan kedua tangannya.
"Sampai kapan aku kayak gini?" Tanyanya kepada diri sendiri.
Bening Fabiola. Gadis itu langsung menelungkupkan kepalanya di atas meja. Tak lama terdengar suara isakan. Bening menangis. Ia masih berpikir kenapa semua kejadian buruk selalu menimpanya. Apa ia punya dosa besar? Atau, aahh sudah. Ia tak bisa menjabarkannya satu - satu.
Bening mengangkat kepalanya dan menghapus air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Bola matanya kini terfokus kepada orang yang tengah berdiri tepat di depannya.
"Udah puas nangisnya, tuan puteri?" Tanya orang itu dengan senyum manisnya.
Dia-Jelita Salsyabilla, pentolan SMA Bakti- menatap intens ke arah Bening dengan tangan yang bersedekap di depan dadanya. Sepertinya bakal dihina lagi nih. Batin Bening.
Jelita langsung menggebrak meja dan membuat lamunan Bening langsung buyar. "Kalau ditanya itu dijawab. Punya telinga gak lo?" Tanya Jelita yang sudah kesal.
"Ngapain kamu disini? Kan ini bukan kelas kamu," bukannya menjawab pertanyaan Jelita, Bening menjawab hal yang lain membuat Jelita kesal setengah mati.
"Lo gak belajar Bahasa Indonesia apa? Orang nanya itu jawab dulu."
Wajah kesal sudah dinampakkan Jelita. Sekali lagi gadis didepannya itu membuat ulah, awas saja. Ia akan berbuat sesuatu yang membuat gadis itu tak melupakan kejadian itu.
"Maafin aku, Jelita. Aku gak kapok kok nangis. Kan nangis hak aku," Bening menjawab pertanyaan dari Jelita dengan menunduk.
Jelita tersenyum sinis ke arah Bening. Ia langsung mencengkram dagu Bening dengan kasar.
"Denger gue baik - baik, ya. Lo itu cuma kulit kuaci yang gak ada harganya. Percuma lo nangis - nangis. Gak ada yang peduli," Jelita langsung melepas cengkraman itu.
"Hand sanitizer," ujarnya kepada Dina-teman seperjuangannya.
Dina tersenyum, ia langsung mengeluarkan hand sanitizer dan menyemprotkannya ke tangan Jelita. Ia juga menyemprotkan ke arah wajah Bening membuat Bening batuk dan mengibaskan tangannya.
"Banyak virus," ucap Dina.
Jelita langsung mengajak Dina pergi dari kelas itu. Sebelum pergi, Dina berbalik dan menghadap ke arah Bening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Bening
Teen FictionKetenaran disekolah didapatkan dari kepintarannya, kecantikan atau ketampanannya, atau kenakalannya. Namun, itu semua tidak berlaku bagi Bening Fabiola. Ia dikenal oleh seantero sekolah bahkan seluruh wilayah Indonesia mungkin karna ia merupakan "Ma...