Assalamu'alaikum
Hallo semua. Apa kaba? Semoga sehat selalu
Happy reading semua :)
***
Selepas makan bersama dengan Giva, Gibran meminta izin dengan sang kakak untuk pergi belajar ke rumah Beby. Nyatanya, Gibran tak ke rumah Beby. Roda mobil yang sedari tadi berputar berhenti di parkiran Cafe Lentera.
Gibran melepas seatbelt dan mengambil tas sandangnya di kursi belakang. Ia keluar dari mobil dan langsung berjalan masuk menuju cafe.
Suara lonceng pintu itu membuat sorot mata tertuju ke arah pintu. Gibran yang tak peduli dengan itu berjalan ke arah meja yang masih kosong. Meja no. 12.
"Mas," panggil Gibran.
Seorang pramusaji datang dengan membawa note dan buku menu. Lalu, ia memberikan buku menu tersebut ke Gibran.
"Choco oreo dan kentang goreng 1," ujar Gibran sambil menutup buku menunya.
Pramusaji itu menulis pesanannya. "Apa ada tambahan lainnya?" tanya pramusaji.
Gibran menggeleng pelan. Pramusaji langsung berpamitan mengantarakan pesanan menuju dapur.
Gibran mengeluarkan leptop dari tas sandangnya. Baru saja ia menghidupkan wifi leptop, sebuah pesan masuk dari e - mail miliknya. Dengan malas ia membuka pesan itu.
Sudah diduga. Batin Gibran.
Isi dari e - mail itu dari sang ayah. Gibran membaca pesan yang tertera disana.
ravliygswr@gmail.com
Kamu baca poster ini. Papa mau kamu melanjutkan kuliah kesana.Isi pesan dari sang ayah membuatnya jengah. Membaca pesannya saja ia sudah muak. Apalagi ia harus membaca poster itu. Jangan harap.
Niat awalnya yang ingin belajar hilang begitu saja. Gibran kembali menyimpan leptopnya dan ia lebih memilih memainkan HPnya.
Tak berselang lama, seorang pramusaji datang membawakan pesanannya.
"Silakan menikmati," ucap pramusaji itu lembut.
Gibran seperti tak asing dengan suaranya. Ia langsung mendongakkan kepalanya. Voila. Ia kaget dengan sosok di depannya begitupun dengan pramusaji tersebut.
Ngapain Bening disini? Batin Gibran
"Kamu??"
Gibran berusaha mengontrol mimik wajahnya agar tak terlihat kaget. Tapi, sosok didepannya masih dengan mimik kagetnya.
"Ngapain kamu disini?" tanya Bening. "Kamu ngikutin aku, yaa?" tuduh Bening.
"Lo ngapain disini?" tanya Gibran dengan watadosnya.
"Yaa, terserah aku lah aku mau dimana," jawab Bening sedikit nyolot.
"Yaudah terserah gue juga. Mau disini kek. Disana kek. Bukan urusan lo kan?" jawab Gibran tajam.
Bening menatap kesal ke arah Gibran. Kalau Gibran bukan pelanggan disini, siap - siap aja sepatunya melayang di muka songong Gibran.
"Yaudah," balas Bening enteng.
Bening langsung beranjak dari sana. Ia menghentak - hentakkan kakinya kesal. Bisa - bisanya ia bertemu lagi dengan cowok itu.
Gibran hanya menatap Bening kaget sekaligus heran. Pasalnya sikap Bening saat berhadapannya di sekolah beberapa waktu lalu berbeda dengan sekarang. Saat di sekolah, ia langsung menunduk dan meminta maaf. Sekarang, ia malah kembali membalas ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Bening
Teen FictionKetenaran disekolah didapatkan dari kepintarannya, kecantikan atau ketampanannya, atau kenakalannya. Namun, itu semua tidak berlaku bagi Bening Fabiola. Ia dikenal oleh seantero sekolah bahkan seluruh wilayah Indonesia mungkin karna ia merupakan "Ma...