"Anu, Yuno sih tidak apa-apa tapi... Apakah Asta benar di perbolehkan untuk mengikuti ujian ksatria sihir?" Sister Lily dan bapak pendeta kembali mengunjugi menara Grimore, setelah kejadian tak mengenakan terjadi pada Asta dan Yuno tempo hari. Membuat mereka mengkhawatirkan kepergian Asta nanti.Si kakek berjenggot putih itu tersenyum, "yah... Karena dia bilang ingin mengikutinya."
"Ya, Yuno sih bisa di mengerti. Tapi Asta sepertinya mustahil," si bapak pendeta kembali berkomentar.
"Ma... Kau hanya takut kesepian karena di tinggal Asta ke ibukota bukan?" Si kakek penjaga menara Grimore meledek.
Si bapak pendeta tercengang, "tidak bukan itu..."
"Ah bapa ternyata kau... " sister Lily ikut menambahi.
Si bapak pendeta menyela dengan cepat perkataan sister Lily, " hanya saja jika nanti ia gagal. Lebih baik ia tidak usah ikut ujian!"
"Dan juga anak-anak yang masih kecil pasti akan merindukannya, bukan aku yang akan merasa kesepian."
Sister Lily tersenyum kikuk.
"Kenapa wajahmu seperti itu?"
"Kau juga kepala menara?"
"Aku pasti akan sangat merindukan Yuno dan Asta nanti, bapa." Sister Lily menepuk pundak si bapak pendeta.
Berdehem keras, si bapak pendeta berpaling dari dua orang di hadapannya, "mungkin aku juga akan merindukannya, secara... Aku yang telah merawat dan membesarkan mereka dari bayi."
"Kalau aku bilang tidak sedih di tinggalkan mereka? Itu semua bohong, aku hanya ingin mereka berdua tetap menetap di gereja bersama kita." Sister Lily ikut berbalik, ia menatap sendu pintu ruangan menara. "Tapi aku juga ingin mereka melakukan apa saja yang mereka berdua inginkan."
"Lagi pula kalau Asta gagal nanti, ia pasti akan kembali."
Si bapak pendeta berbinar, " anda benar... Kalau Asta gagal ia pasti akan kembali lagi ke gereja!"
•••
"Woahh... Aku tidak akan berhenti berlari sebelum sampai di gereja."
Sore ini, Asta menyudahi latihan rutinnya. Ia berlari dari bukit tengkorak menuju gereja dengan tangan memanggul pedang besar.
Melihat Yuno di depannya tegah berjalan santai sambil membawa potongan kayu, membuat Asta semakin semangat mempercepat larinya. "Yuno... Aku duluan," ia melesat menjauh tanpa menghiraukan Yuno.
Yuno yang melihat itu ikut berlari menyusul Asta.
Asta yang tidak mau kalah semakin mempercepat langkah kakinya, terus seperti itu hingga mereka berdua sampai di depan pintu gereja secara bersamaan dengan nafas yang tersengal.
"Okaeri Yuno, Asta." Gadis berambut ikal menyambut mereka berdua.
"Nash! Diantara kita... Siapa yang sampai lebih dulu?" Asta bertanya di sela-sela nafasnya.
Nash menjawab malas, "hmm... Yuno-nii datang sedikit lebih cepat."
"Yang benar saja?! Apakah kamu benar-benar melihatnya?!" Asta berteriak tidak terima pada Nash, ia kemudian berbalik ke hadapan Yuno.
"Kalau begitu! Aku akan balapan denganmu masuk kedalam gereja?!"
Yuno mengerutkan keningnya, "aku tidak mau."
"Yasudah kalau begitu," Asta mulai berlari masuk kedalam gereja, sebelum tubuhnya melayang dan terjatuh dengan pedang hampir menancap di kepala.
"Aku yang menang." Yuno membuka pintu gereja dengan ekspresi datar, membiarkan Asta yang masih terbaring shock karena ulah sihir nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey! Stupid I Love You [ Yuno × Asta ]
SonstigesYuno dan Asta adalah anak yatim piatu yang di besarkan di sebuah gereja bersama anak kurang beruntung lainnya. mereka berdua di temukan di depan pintu gereja pada malam hari. Tumbuh dewasa tanpa penghalang di antara keduanya membuat mereka berdua me...