{02} Kedatangan Kawaki

719 106 50
                                    

{Peterpan Syndrome}

Bagian 2 : Kedatangan Kawaki

.

.

.

"Sarada? Lo Sarada, kan? Hei, jangan menghindar!"

Sia-sia Sarada mampir ke depan gedung fakultas Himawari. Gadis lavender itu malah membawa malapetaka. Oke, Sarada pernah dengar Kawaki akan pulang ke Konoha. Tapi, kenapa harus sampai datang ke kampus?

Tidak, tidak, ini juga salah Sarada karena tidak memperhitungkan. Tidak peduli Kawaki sudah lulus kuliah, Sarada seharusnya berpikir jauh kalau bisa saja Kawaki mengantar-jemput Himawari, ditambah mereka adalah kakak beradik.

Berbaliklah Sarada menghadap lurus ke Kawaki. Mendongak, tak lupa mengubah bentuk wajahnya dengan memajukan gigi atas. Kalau kalian tidak tahu selawak apa muka Sarada sekarang, kalian bisa mempraktekannya sendiri.

"Maaf, anda salah orang. Saya bukan Sarada, tapi... em, Syahrini," sanggah Sarada mengganti nada bicaranya menjadi manja-manja syantik.

Kawaki menjangkau helaian surai hitam Sarada. Mendekatkan wajahnya sampai-sampai derus nafas gadis itu dapat dirasakan. "Kalo lo bohong, gue bisa palak, coret meja, nyandung, atau... cium lo, loh."

Buru-buru Sarada mendorong Kawaki menjauh. "Kak, akuh itu incess Syahrini. Nih lihat, maju-mundur maju-mundur syantik-syantik."

Kawaki terkekeh geli. Semuanya masih sama, lelucon Sarada yang lucu pun begitu juga. Rasanya lama sekali dia tak bertemu Uchiha itu. Sarada menguntungkan kesempatan untuk lari sebelum Kawaki menyadarinya.

"Padahal gue udah bilang lo gak bisa kabur dari gue. Lo gak percaya?" Tangan Kawaki menyeret tas ransel Sarada, menahannya agar tak pergi.

"Kak, lepasin! Gue itu lagi memperjuangin cinta gue ke seseorang. Kalo dia lihat kita, gue takut jadi salah paham," jelas Sarada setengah menjerit.

"Oh ya? Siapa si bangs*t itu? Biar gue hancurin," ucap Kawaki tak tanggung-tanggung.

Sarada jadi terpikir kembali. Kalau dia bilang itu Boruto, apa Kawaki tega menghancurkan adiknya? Tapi Sarada tau dia Kawaki, orang yang berani berbuat apapun.

Lalu, Sarada terpaksa berbohong, "Namanya Mario Tegar. Btw Kak, noh Himawari minta tolong."

"Gue gak denger tuh," sangkal Kawaki tak mudah dibodohi.

Sarada memutar otaknya. Sayang seribu sayang, akalnya tak mampu menemukan alasan logis supaya bisa menghindar dari mantan seniornya di Sunagakure.

Nampaknya sedari tadi Boruto memperhatikan mereka sangat intens. Terbakar api cemburu, apalagi melihat Kawaki mendekatkan wajahnya ke wajah Sarada, Boruto bergegas kesana.

Sontak merangkul Sarada, "Gue ada urusan yang lebih penting dari urusan lo sama dia," pungkas Boruto menatap penuh intimidasi.

Sarada menatap Kawaki dan Boruto bergantian. Membatin kegirangan, "Buset, gue diapit dua cogan. Ya Gusti, tolong selamatkan jantung ini."

Perempuan keturunan Uchiha itu baru ingat Kawaki pernah bercerita tentang keluarganya. Kata Kawaki, dia merasa menjadi beban bagi keluarga asuhnya. Kalau tidak salah, Kawaki juga bilang kalau sang adik membencinya tanpa sebab.

"Oh, iya, siapa ya? Himawari? Tapi gak mungkin, deh. Dia aja nganterin Himawari. Berarti... Boruto?" ucap Sarada dalam hati, menatap Boruto guna menelusurinya lewat sepasang mata yang seolah tidak suka dengan Kawaki.

Meraih jari Sarada tiba-tiba, Kawaki mengecup punggung tangannya. "Dah, Sayang." Yang langsung ditepis Sarada karena Boruto ada diantara mereka. Dengan pasrah, Kawaki meninggalkan Boruto dan Sarada berdua.

Boruto melepas rangkulannya. Beranjak pergi tanpa mengungkapkan sepatah katapun. Sarada asal mengikuti, meski tidak sadar mood Boruto sedang memburuk.

"Ngerangkul sebentar doang, setiap hari, dong!" sungut Sarada menggembungkan pipi.

Boruto diam, tanpa respon yang cukup jelas. Kembali Sarada mencari perhatian Boruto dengan segenap cara, namun tetap saja Boruto sekedar berjalan, menghiraukan.

Berhenti tanpa aba-aba membuat Sarada menabrak pundaknya, Boruto memutar tubuhnya sembilanpuluh derajat. Tangan kanannya terdorong pada tembok, lalu mukanya sengaja didekatkan. Layaknya kabedon yang cuma bisa Sarada imajinasikan di sinetron.

"Kawaki ngedeket begini, kan? Terus kalian bicara apa?" tambah Boruto memainkan rambut sebahu milik Sarada.

Terlalu dekat mengakibatkan Sarada pusing setengah mati hingga tidak tahu harus menjawab apa. Rangkaian kata yang telah tersusun dalam otak dibuat bungkam lantaran lidahnya menjadi kelu. Boruto menanti kalimat yang akan dilontarkan Sarada, sampai, "Ganti pertanyaan, lo suka Kawaki?"

Lagi-lagi Sarada hanya diam dengan semu merah yang merambat sampai ke telinganya. Suhu tubuhnya menjadi tinggi bak demam, sama sekali enggan menatap mata Boruto.

Tak mendapat balasan, Boruto lantas mundur, menghentakkan kakinya menjauh dari Sarada. Perasaannya kesal, bercampur aduk dengan eksistensi Kawaki yang baginya mengkhawatirkan. Boruto berusaha mengontrol emosi yang siap-siap membuncah lantaran tiada tempat untuk melampiaskan amarah.

Tapi Sarada sengaja menabrak punggung Boruto. Mendengus sebal, perempatan imajiner muncul di dahinya. "Lo kenapa sih? Gak biasanya," imbuh Sarada.

Alis Boruto berkedut, "Ya, ini gue yang sebenernya. Kenapa? Lo gak suka?

"Kok jadi itu topiknya?"

"Ah, udah lah."

______________________________________

Vote dan komen ya minna
Maacih banyak
Lop yu all

💓💓💓

Peterpan Syndrome [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang