{03} Mantan Meresahkan

859 112 42
                                    

{Peterpan Syndrome}

Bagian 3 : Mantan Meresahkan

.

.

.

Membuang napasnya kasar, decak sebal mengudara. Boruto asal menyalakan motor, pergi belum tentu tujuan. Emosi mengendalikan jalan logikanya, bahkan merembet kekesalannya untuk Sarada tanpa alasan.

Di lain sisi Sarada merasa tidak enak dengan Boruto. Dibilang kurang tegas pun, Sarada tahu betul dirinya tidak bisa setegas itu menanggapi Kawaki. Apalagi, Sarada bersimpati dengan penderitaan yang dialami putra tertua Uzumaki. Tidak bermaksud memberi harapan pada Kawaki, Sarada hanya ingin menyembuhkan luka dalam hatinya, sebagai teman.

Kendati kini berimbas pada kisah cintanya. Kedatangan Kawaki tampaknya menghalangi rencana Sarada untuk lebih dekat dengan Boruto. Pasalnya belum apa-apa pun Boruto sudah kesal duluan. Mungkin benar kata Kawaki bahwa Boruto membencinya lebih dari yang dia kira.

Jelas Sarada kelabakan. Bermaksud mengikuti Boruto, sayangnya Sarada tak bisa berkendara, ditambah jam mata kuliahnya akan segera dimulai. Waktu tersial baginya, Sarada menggerutu dalam hati mengapa Kawaki menggodanya tepat di depan Boruto.

Sarada ingat hal yang sempat Boruto ucapkan. "Itulah sifatnya yang sebenarnya" kan? Sarada sedikit kaget dengan perlakuan Boruto; lengkungan bibirnya yang baru kali ini sangat sebal, juga nada bicaranya yang seakan halus menusuk.

Apa Sarada masih mencintai orang yang ternyata perangainya seperti itu? Kalau ditanya, Sarada pasti akan menjawab sama seperti jawabannya dulu. Boruto benar-benar sihir terkuat yang membiusnya. Tak terelakkan lagi, Mitsuki yang memperlihatkan keburukannya saja langsung dibenci, namun Boruto berbeda.

Sarada sekarang mengerti, mungkin cinta itu tentang menerima baik-buruknya. Mampu berjalan bersamanya, menemani dalam susah-senangnya. Saling membantu, walau terkadang terisi pertengkaran kecil karena cemburu.

Tunggu, "Cemburu? Apa Boruto cemburu gue dideketin kak Kawaki?" Menggumam sendiri dalam kelas, Sarada meninggalkan pembahasan dosennya. Otaknya disarangi Boruto, Boruto, serta Boruto.

Ketika Sumire kembali terbayang, Sarada langsung menggelengkan kepala, "Bukan cemburu, deh. Kayaknya Boruto marah gara-gara dia benci kak Kawaki, toh bisa jadi dia gak mau kak Kawaki deket sama temennya." Terus beradu dengan benaknya, jam kuliahpun telah usai.

Sarada menyesal melewatkan pelajaran yang paling disukainya, meski dia setengah gembira berharap bahwa Boruto merasakan cemburu yang sama besarnya dengan Sarada cemburu pada Sumire. Masa di kala Sarada menyingkirkan malu-malunya supaya Boruto jatuh pada pesonanya, Sarada baru sadar pernah menyelipkan cemburu.

Keluar dari ruangan, Sumire mencegahnya. "Sar, ayo!"

"Kemana?"

Sumire tertegun, memperlihatkan pesannya dengan Boruto. "Boruto-kun minta gue ajak lo ketemuan ma dia. Lo gak di chat?"

"Enggak ih, kenapa sih orangnya? Lagian mau apa ketemu lagi? Mau bahas kebrengsekannya?"

"Lo marahan sama Boruto-kun?" seloroh Sumire mengantongi gawainya.

Membuka bungkus permen karet, Sarada melontar, "Tiba-tiba dia marah, padahal gak ada apa-apa. Udahlah, samperin aja kuy!"

.

.

.

JDER…

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Peterpan Syndrome [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang