7

5.1K 315 0
                                    

Melihat ketiga teman sekelasnya menyeru namanya membuat ia nyengir tak bersalah. Seketika Aya dan kawan-kawannya melihat tampang Dion dongkol.

"Lo ngapain?"

"Gua?" katanya menunjuk dirinya sendiri. "Gua makanlah?" jawabnya enteng.

"Eiittsss, bukan itu maksudnya. Maksud gua ngapain lo make baju ala-ala Oppa Korea gitu? Udah kena virus kan lo?" tuduh Aya.

"Enak aja gua kena virus, lah emang style gua begini dari kemarin-kemarin. Lo nya aja yang gak merhatiin," cibir Dion hendak berbalik melanjutkan santapannya namun tertahan sebab Aya menarik bajunya dari belakang.

"Terus napa lo make masker sama topi gitu? Hah?"

"Gua make masker ya karena gua kena flu, gua makai topi ya karena gua pengin saja. Emang ada aturannya tentang pemakaian topi?"

Seketika Aya terdiam mendengar jawaban dari Dion yang bukannya bikin adem malah sebaliknya—naik darah.

"Kenapa, Ya? Lo naksir ya sama gua gara-gara makai masker sama topi?" Dion menaik-naikkan alisnya.

"OGAH!" ucap Aya menggidikkan bahunya.

Dion tertawa melihat tingkah Aya yang jijik dengannya. "Gini-gini, gua sebelas duabelasa sama Oppa Asthor lo ya," bangga Dion.

"Ihhh, gantengan kemana-mana Oppa gua ya dari pada lo!" hardik Aya.

Usai berkata seperti itu, ia menarik kedua sahabatnya meninggalkan kantin Fakultas Teknik.

"Ay, kayaknya lo memang sakit deh," gumam Maudy perihatin namun masih terdengar oleh Aya sehingga dia berbalik ke sahabatnya yang selangkah di belakangnya.

"Enggak, Dy, sumpah! Gua ngeliat mata gua sendiri kok."

"Tapi kenyataannya yang kita temui menurut ciri-ciri yang lo sebutin tadi malah si Dion, Ay. Masih yakin yang lo temuin itu Kim Lee Park? Bukan Dion yang nyamar jadi Oppa Korea yang lo idolain itu? Lo tahu sendirikan, Dion tuh orangnya jahil, Ay, pekan lalu aja lo sempat berantem sama dia kan?" jelas Clara panjang kali lebar.

Sejujurnya Aya tidak terima dengan pernyataan sang sahabat yang mengatakan dia sakit, namun melihat kenyataan yang demikian Aya memilih untuk diam saja. Dia sangat yakin bahwa sosok yang ditabrak itu Kim Lee Park, bukan Dion si manusia tebar pesona itu.

"Ay, lo gak apa-apa kan? Atau beneran sakit? Gak enak badan kali?" khawatir Maudy melihat Aya Cuma berdiam usai mereka menceramahinya.

"Hmm, kayaknya perkataan kalian ada benarnya. Tiba-tiba aja gua ngerasa gak enak badan gitu," ucap Aya memegang tengkuk lehernya.

"Serius, Ay? Ya udah, kalau gitu kita ke UKK aja dulu, gimana?"

"Terserah kalian aja deh."

Langsung saja Maudy dan Clara menuntun Aya.

Ooo

Begitu masuk waktu makan siang, Pak Anta meninggalkan ruangannya menuju kantin fakultas. Namun sebelum itu, ia sempat membuka smartphone-nya memberi info kepada tiap kelas yang diampunya bahwa semester ini ia akan diganti mengajar oleh Ayara—mahasiswa jurusan bahasa Indonesia sekaligus asisten mendadaknya.

Suatu keberuntungan menjadikan Ayara sebagai penggantinya, sebab dalam waktu dekat ini ia akan disibukkan dengan urusan lain. Setidaknya, adanya Ayara bisa membantu bebannya dalam mengajar meski ia sebenarnya ia amat ragu dengan kemampuan Aya dalam hal mengajar mengingat gadis itu masihlah semester awal.

Namun, tak apa. Ia bisa menghendlenya dari jauh, lewat handphone mungkin?

Dan, sialnya. Ia tak memiliki nomor handphone Aya.

Langsung saja ia mempercepat langkahnya menuju kantin fakultas, mencari mahasiswa yang sekelas dengan Aya untuk meminta nomor handphone Aya. Ia yakin, beberapa di antara mereka ada di sana sebab hari ini sebagian besar mahasiswa jurusan bahasa memiliki mata kuliah.

Saat, melewati ruangan UKM. Tiba-tiba saja matanya tertuju pada bangku dekat secret. Di sana terdapat setumpuk buku yang tidak asing menurutnya.

Begitu mendekat, seketika itu pula kedua matanya membulat sempurna.

Buku itu adalah milikinya. Buku edisi terbatas dengan harga ratusan ribu itu kini dibiarkan begitu saja. Dan Aya? Kemana pula gadis itu?

Mendadak, aura kemarahan memenuhi diri Pak Anta.

"AYAAA!!!"

Ooo

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang