« two »

2.8K 349 62
                                    

Dan di sini lah Yedam berada. Sebuah apartemen elite sesuai alamat yang Hyunsuk kirim. Ia tengah berdiri di depan pintu, menunggu penghuni di dalam membukanya setelah ia menekan bel beberapa detik lalu.

Ia pikir akan lama.

Ceklek

Pintu terbuka dan Yedam berusaha menahan tawanya. Ia tidak salah orang rupanya. Yang namanya Watanabe Haruto itu hanya satu ya di South Korea?

"Tertawa saja," ketus sosok yang membukakan pintu.

Yedam hanya terkekeh geli. Ia lalu masuk ke apartemen setelah dipersilahkan.

"Senang bertemu dengan mu setelah sekian lama, Haruto," ujar Yedam ramah dengan tawa kecil di ujung kalimatnya.

Haruto menggeleng pelan dan kemudian mendudukkan dirinya di sofa. Meraih cangkir berisi kopi miliknya tanpa peduli dengan Yedam yang kini berkeliling apartemen. Lalu ke balkon.

Pemandangan di balkon pasti menarik perhatian Yedam. Han River di malam hari. Anak itu pasti lebih senang saat pagi atau sore hari. Cahaya orange langit berpadu dengan pemandangan Han River dan gedung-gedung kota. Aesthetic.

Puas dengan balkon, Yedam kembali masuk. Yah, mengingat udara malam tidak baik untuk tubuh juga.

"So, apartemen ini milik ku, hm?" tanya Yedam sembari mendudukkan  diri di samping Haruto.

Haruto mengangguk.

" Aku  kan sudah menuliskannya di kontrak. Kau tidak membacanya?" tanyanya.

Yedam tertawa renyah. "Ku baca kok. Kan hanya memastikan."

Yap. Tadi pagi Yedam pergi ke tempat Hyunsuk. Kontrak yang Haruto buat jadi sangat cepat dan namja berdarah Jepang itu sudah menanda-tanganinya. Tinggal Yedam.

"Aturannya sedikit. Kenapa? Biasanya kalau kontrak masalah begini, aturannya belibet," tanya Yedam lagi.

"Aku tau kau tidak suka diatur," jawab Haruto tanpa mengalihkan perhatiannya dari cangkir kopinya.

Yedam tertawa mendengarnya.

"Jja, apa yang membuatmu ingin membeli ku, hm? Haruto-ssi. Sudah bosan dengan one-night stand? Kkk." tanya Yedam penasaran.

Haruto terkejut mendengarnya.

"Dari man-"

"Hyunsuk hyung. Aku tadi tanya beberapa hal tentang mu padanya," putus Yedam sebelum Haruto menyelesaikan pertanyaannya.

"Kenapa tidak cari kekasih? Kau bisa menjadikannya pemuas nafsumu kapan pun kau mau kan?"

Haruto menggeleng.

"Pacaran itu ribet," ujarnya yang kemudian membuat Yedam tertawa.

"Ada makna tersirat di kalimatmu barusan."

Haruto mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Kau belum move on dari ku. Kan? Mengaku ayo mengaku!" hardik Yedam yang kemudian tertawa terbahak-bahak.

Haruto menatap datar Yedam yang tengah tertawa. Percaya diri sekali Yedam itu.

"Dan kau sering one-night stand sebagai pelampiasan kau merindukan ku kan? Sebagai usaha move on juga kan?" tambah Yedam yang kembali tertawa.

Haruto menggelengkan kepalanya pelan.

"Beruburuk sangka itu tidak baik."

Yedam berhenti tertawa sejenak dan kemudian kembali tertawa.

"Aku kan tipe orang yang percaya pada feeling," ujar Yedam setelah memenangkan dirinya. Perutnya sakit oy.

Haruto tak menggubris. Ia mengambil cangkir kopinya dan kembali menyesap minuman berkafein itu.

•X's and O's• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang