Nayya dituntut menjadi sempurna dalam segala hal, membuatnya menjadi seseorang yang egois, tidak memiliki empati dan perfeksionis. Gadis itu juga tidak mahir dalam bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya, dia hidup hanya untuk dirinya sendiri.
Hari-hari Nayya penuh dengan belajar, kursus dan beberapa les privat. Apapun untuk impian di masa depannya.
Hanya saja, hari itu seolah tuhan ingin menorehkan warna lain di kehidupan Nayya.
Gadis itu selalu memilih menghindari masalah dan menutup mata serta telinganya, dia benar-benar tidak mau tau dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
Namun kali ini, untuk pertama kalinya. Dia mendapatkan masalah dan semua bersumber dari seorang Petra.
Petra, seisi Morys high school tau, sejak kehadiran Petra di sana, ada peraturan yang menjadi rahasia umum di sekolah.
Pertama, sebisa mungkin tidak bertemu dengan Petra.
Kedua, jika tidak sengaja bertemu, jangan pernah tunjukkan wajahmu, jangan pernah berfikir untuk menarik perhatiannya.
Ketiga, jika Petra tertarik dengan keberadaanmu, sebaiknya sebisa mungkin menghilang dari pandangannya.
Keempat, jika Petra benar-benar sudah menginginkanmu. Pilihannya hanya pergi dan segera sembunyi.
Kelima, jika Petra menemukanmu, pilihan paling putus asa, serahkan dirimu padanya. Karena tidak ada yang dapat melawan Petra.
Lima peraturan khusus tentang larangan keras menjauhi sosok Petra, monster kejam berwajah rupawan yang tidak boleh di dekati. Karena jika tertangkap oleh Petra, hanya ada dua kemungkinan. Mati atau menghilang.
Rumor tentang pembunuhan, pembullyan dan tindakan kekerasan yang dia lakukan, bahkan sikapnya yang aneh, menyebar ke seluruh sekolah. Hanya saja, hingga sekarang tidak ada satupun orang yang dapat menjelaskan alasan kenapa cowok itu masih dengan tenang menjalani harinya dengan bebas, terlepas dari berbagai hal mengerikan yang dia lakukan.
Selama ini Nayya mengindari berbagai masalah, hanya saja kali ini masalah menghampirinya tanpa bisa dia cegah.
Dia telah membuat kesalahan besar. Kehidupannya dalam masalah, karena Petra, menyadari keberadaannya. Dan lebih buruk, dia tertarik akan gadis itu.
"Mau mati atau jadi mainan gue?" cowok itu tersenyum lebar, seolah yang dia katakan itu sebuah lelucon saat itu. Namun Nayya tau Petra serius akan pilihan yang dia berikan.
Nayya berada di ujung gedung, sekali dorongan dia akan jatuh dan mati. Dia akan jadi manusia terkonyol jika itu hal terjadi. Masih banyak yang harus dia lakukan dan dia tak mau menyia-nyiakan hidupnya. Dia manusia penuh ambisi dan mati seperti ini tidak pernah jadi pilihannya.
Petra berdiri di depannya, menatap Nayya dengan senyuman yang masih sama. Senyum tak berdosa yang begitu manis.
"Aku punya kamu. Lakukan apa yang kamu mau. Asal kamu nggak bunuh aku." ucap Nayya dengan matanya yang tidak berani menatap dasar gedung.
Petra tersenyum lebar, laki-laki itu menurunkan Nayya perlahan. Tangannya dibuka selebar-lebarnya. "Perintah pertama, ayo datang ke pelukan majikan."
Nayya merasakan jantungnya masih berdebar. Dia beberapa detik yang lalu hampir mati. Gadis itu menatap sosok Petra selama beberapa detik. Nayya mengigit bibir bawahnya.
Gadis itu mendekat dengan langkah pasti, melempar tubuhnya pada pelukan cowok itu. Petra segera memeluknya dengan kuat sambil mengusap rambut gadis itu.
"Pintar." Petra menyeringai lebar.
***
Note :
Halo, cerita ini akan di lanjutkan di karyakarsa, ya. Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Monster Wants Me [√]
Romance"Don't be afraid of me, I'm your cute little monster." Petra tersenyum manis, tak menggambarkan hal mengerikan yang baru saja dia lakukan pada sang korban. *** [Warning!] Cerita berisi adegan kekerasan dan kata-kata kasar. Harap bijak memilih bacaa...