Part 3. I do ... (I can't say "i don't " can I ? )

41.1K 2.4K 62
                                    

Villa yang megah. Hiasan bunga yang sangat indah. Walau di luar ruangan, pernikahan ini tetap terkesan mewah. Tetapi mengapa dia , sang pengantin perempuan justru merasa jengah, keluh Jenna dalam hati ketika papa menggandeng tangannya menuju altar. Dimana sang mempelai lelaki tampak menunggu tanpa ekspresi. Jenna mencoba sekuat tenaga untuk tidak mengacuhkan bisik-bisik para hadirin ketika mereka menyadari bahwa alih-alih si putri sulung yg menuju pelaminan justru si bungsu yang muncul.

Tuhan, ku mohon berikan aku kekuatan lebih, untuk melewati hari ini, kumohon, doa Jenna yang sedari pagi dia ulang-ulang di kepalanya. Dan akhirnya ketika dia sampai di depan altar, ketika ayahnya menyerahkan tangan Jenna kepada suaminya, alih-alih menggenggam erat layaknya pengantin pria, mempelainya itu hanya memegang dua ujung jarinya dengan enggan. Bisik-bisik semakin ramai terdengar memenuhi udara puncak yang sejuk.

Tuhan, ku mohon berikan aku kekuatan lebih , untuk melewati hari ini, kumohon. Jenna kembali mengucap doanya dalam hati.

~*~

Bola mata Jethro hampir meloncat keluar ketika mempelai wanitanya muncul. Sial!!! Makinya dalam hati. Kenapa mempelai wanitanya bisa berubah menjadi secantik itu. Dimana wajah culun, dan kaca mata anehnya? Fokus jethro, fokus!!! Rutuknya ketika untuk sesaat dia merasa desiran lembut di hatinya. Segera dipasangnya tampang dingin yang paling dingin.

Dan ketika ayah mertuanya menyerahkan tangan Jenna, dia melihat bahwa pengantin wanitanya ini menggigiti bibir dengan kalut. Sesaat, sekali lagi , hanya sesaat, ada dorongan untuk merengkuh tubuh ramping itu.

Dia pasti sudah gila!!!

~*~

Mencintai, menyayangi, menghormati, menjaga.... Dalam suka maupun duka.... Jenna mendengarkan dengan seksama sumpah pernikahannya yg dibacakan oleh pendeta. Dan butuh waktu sejenak untuk meredam perih dihatinya sebelum dia menjawab pelan ,

"Saya bersedia"

~*~

Jethro memejamkan mata, mencoba tidak mendengarkan sumpah pernikahannya yang dia tahu tidak satupun akan dia tepati. Paling tidak itu rencananya. Dia tidak akan mencintai, menyayangi, menjaga, menghormati, ....Tidak!

"Saya bersedia"

~*~

Kebisuan diantara mereka menyiksa. Paling tidak begitulah yang jenna rasakan. Mereka sedang berada di dalam limosin yang membawa mereka ke penthouse yang sudah disewa sebagai tempat malam pengantin. Jethro yang duduk membisu di sebelahnya tampak tidak peduli. Lelaki itu masih memakai tuksedonya walau sudah melepaskan carvatnya. Jenna sendiri juga sudah mengganti baju pengantinnya dengan baju malam biasa dan kembali memakai kaca matanya. Dan Jenna mendesah lega ketika limusin itu akhirnya berhenti juga di depan sebuah hotel mewah.

"Kamu tidak perlu menunggu ku. Aku akan kembali ke apartemen ku di Jakarta. "

Ucapan dingin Jethro membuat Jenna terhenyak sesaat. Dia tahu pasti bahwa malam pengantin mereka tidak akan pernah terjadi, tetapi tetap saja mendengar ucapan itu langsung dari mulut lelaki itu rasanya....menyakitkan. Bukan berarti dia menginginkan malam pengantin mereka. Hanya saja rasanya seperti.....entahlah...tidak dianggap, mungkin.

~*~

"Kau gila!!" Tama, Naratama lengkapnya, kawan karib Jethro sejak kuliah, bestman tunggalnya hari ini, melotot tak percaya ketika Jethro muncul di apartemennya menceritakan detil cerita mengapa mempelai wanita yang muncul bukan lah wanita yang pernah dia kenalkan ke sahabatnya itu beberapa bulan yang lalu.

"Tidak, aku waras, sangat waras malah. Buktinya aku tahu pasti apa yang aku lakukan."

"Jethro, kamu bersumpah dihadapan Tuhan."

The back up brideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang