Laudrea|Bab 6

199 157 127
                                    

   Arraya menggembungkan kedua pipinya dengan kesal. ia menatap kearah kaca jendela yang masih menyisakan butiran-butiran kecil air hujan disekitarnya.

Siang tadi hujan cukup deras, langit begitu gelapnya dengan awan-awan berkerumun menutupi matahari, Membuat Arraya sampai ke tempat naungannya dalam keadaan baju yang basah.

Tidak seperti sebelumnya, kini langit yang dilihatnya berbeda meskipun masih sedikit berwarna kelabu.

Arraya tahu langit seharusnya kini berwarna jingga indah dalam pikirannya, tapi tidak untuk sekarang, karna saat ini hanya pemandangan itu yang dilihatnya.

Namun bukan hal itu yang menjadi masalah untuknya. Ia lagi-lagi sebal dengan kejadian sepulang sekolah yang sama sekali tidak mendapatkan hasil pencapaian apapun untuk bertemu Aaron yang terbilang famous diseantaro sekolahnya. Tentu saja tidak hanya itu, Arraya kembali memikirkan seseorang dibalik kaca jendela ruang kesehatan sewaktu ia berada diruang kesehatan dan kejadian nekatnya dikantin sekolah. Arraya kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

'sialan, baru juga masuk sekolah udah kayak gini.'

Cklek......

Terdengar suara pintu terbuka oleh seseorang. Arraya menolehkan pandangannya saat seseorang muncul dari balik pintu kamarnya sambil membawa nampan kecil dengan secangkir teh diatasnya. seseorang itu adalah Alvandy, kakak sulung Arraya.

"Ngapain sih lo kesini?." tanya Arraya sebal.

"Mau kasih lo teh. Lo kagak liat gua bawa apa." ujar Alvandy sambil berjalan menghampiri ranjang empuk Arraya dan menaruh nampan berisi secangkir teh hangat ke meja dekat kasurnya.

"Gak mau gua."tolak Arraya dengan cepat.

"Belum juga ditawarin udah nolak aja."

"Bodo. Gak mau."

"Yeuh nih bocah, pake segala kagak mau. mumpung ini real bikinan gua nih. bukan bikinan para pembantu rumah."

"Justru karna bikinan lo itu gw kagak mau."

"Emang nya lo dah pernah nyoba rasain teh buatan gua selama ini."

"Belum sih, tapi gua tau rasanya pasti udah gak enak."

"Gini nih punya adek suuzhonan terus. belum juga dirasain sama lo udah bilang gak enak."

"Emang gak enak, gua tau koq."

"Tau darimana lo rasannya gak enak."

"Alam pikiran gua sudah ngasih tau semua itu."

"Ribet amet sih lo pake alam pikiran segala. Minum tinggal minum aja lo ribet amet."

"Bodo." Tolak Arraya memalingkan tubuhnya kesamping dan menutupi tubuhnya dengan selimut bersikap tidak peduli.

"Malah ngumpet lagi di selimut"decak Alvandy. "Gw lagi kagak main petak umpet ray."

Arraya hanya menggeliat dibalik selimutnya.

"Sumpah kalo kayak gini mending gua pergi ke Mall bareng si Laundrea aja dah ke Mall, terus makan bareng disana sama dia, daripada ngurusin nih bocah, dasar papa segala nyuruh gua kasih minum hangat ke ni bocah. Udah tau gua mau pergi ke mall"

Mendengar kata Mall dengan segera Arraya bangkit dari ranjangnya dan menghampiri Alvandy yang hendak beranjak pergi dari kasurnya.

"Gua ikut." ujar Arraya bersemangat. Membuat Alvandy terkejut melihatnya.

"Kaget gua anjir." usap Alvandy mengelus dadanya."Napa sih lw?"

"Hehe.....gua ikut ya kak....."manja. Arraya.

It's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang