7

2.6K 455 94
                                    

Sasuke menyusuri hutan dengan perasaan kesal setengah mati. Setalah mendapati kebohongan besar dari Sakura, niat hati ingin memarahi gadis itu malah ibunya yang marah besar terhadapnya. Sungguh ia benar-benar tidak mengerti.

"Sial, kemana lagi perginya gadis itu."

Sasuke menaikkan sebelah alisnya kala menangkap pemandangan sandal jepit sebelah kiri yang sangat ia kenali. Bukankah ini sandal Sakura yang baru dibeli kemarin, artinya gadis itu berjalan dengan sandal sebelah kanannya saja. Ya Dewa, ia benar-benar meragukan jika Sakura adalah Putri Mahkota Kerajaan Suna.

Sasuke berjalan tenang mengikuti bekas pijakan pada rumput liar, ia yakin Sakura tidak jauh dari sini.

"Ibu hiks aku rindu."

'Sakura?'


"Kapan aku mati? Aku ingin hiks bertemu ibu."

Jantung Sasuke seakan diremat kuat. Ia berjanji akan menyucikan bibir Sakura agar tak bicara sembarangan lagi. Onyx Sasuke beredar cepat memindai setiap penjuru hutan berharap menemukan secuil merah muda.

Helaan napas lega lolos dari bibir Sasuke kala menangkap seoonggok manusia yang duduk membelakanginya di atas dahan pohon setinggi empat meter dengan kedua kaki yang terulur ke bawah, jangan lupakan sandal jepit kanannya yang terpasang rapi.

"Ibu, aku benci semua orang di-"

"Hoi."

Onyx Sasuke menangkap bagaimana tubuh kecil itu meneggang sepersekian detik lantas kedua tangan halus itu bergerak cepat ke dapan, kemungkinan besar menghapus air matanya.

"Ibu harus membawa kembali siluman kecebong ke telaga iblis."

"Sakura aku-"

"Dewa jangan biarkan kecebong bicara, hal itu akan membuat ketidakseimbangan di muka bumi."

Sasuke mendesah pelan, Demi Dewa gadis itu berani mengatainya kecebong. Sasuke melangkah ke depan lantas mendongak mendapati Sakura yang tengah menatapnya tajam. "Turun."

Sakura membuang mukanya asal.

"Turun Sakura."

"Aku tidak tahu sejak kapan cebong bisa bicara." Ketus Sakura.

"Kau ini ... " Sasuke menggeram lantas kembali mendesah mencoba bersabar. "bagaimana mungkin seorang gadis nangkring di atas pohon hah?"

Zamrud Sakura menatap sinis. "Kau cebong gosong pergi dari sini."

"Wajar bisa nangkring di sana, seekor kera ya?"

Sakura mendengus marah, dengan cepat ia mengambil sebelah sandalnya lantas melempar tepat pada kepala Sasuke membuat pemuda itu meringis pelan.

"Kau itu tidak sopan sekali, turun sekarang juga."

"Kau musuh ku sekarang, cepat pergi sebelum aku menghajar mu," Sakura mendelik tajam. "kau yang tidak sopan mengatai yang tidak-tidak pada gadis cantik seperti ku, dasar tidak sopan."

"Kalau kau menghajar ku bagaimana nasib Sasuke kecil, ayo turun." Bujuk Sasuke berusaha bersabar.

"Tidak peduli, aku mau cari laki-laki lain yang bisa membuat anak kecil jauh lebih lucu dari Sasuke kecil mu itu. Aku tidak suka Sasuke kecil lagi. Pergi dari sini."

Jantung Sasuke berdenyut sakit kala mendengar penuturan Sakura. "Kau hanya boleh membuat Sasuke kecil dan itu dengan ku, ingat."

"Aku tidak mau."

"Sakura turun, aku ... maaf jika aku kasar tadi. Aku tidak mengerti tentang mu, turun dan coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan mu," Sasuke menatap wajah jelita Sakura yang membuang muka. "setidaknya untuk ibu aku ... ibu khawatir."

Korelasi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang