Mikoto mengelus sayang surai merah muda Sakura. Ia tidak bisa sekedar terlelap sejenak setelah mengetahui kenyataan sebenarnya tentang Sakura. Ternyata gadis yang terlelap ini adalah bayi kecil yang akan dikunjunginya ketika ia hamil besar Sasuke. Sayang sekali ia tak pernah sampai tujuan waktu itu.
Mikoto merapatkan satu-satunya selimut yang ada di rumahnya pada tubuh Sakura. Dengan perlahan ia beranjak meninggalkan kamarnya, menutup pintu, lantas menuju dapur berniat mengambil air minum. Onyx nya terpaku pada anak bungsunya yang tengah duduk berteman petromax.
"Apa yang kau lakukan malam-malam begini? Kenapa tidak tidur?" Bisik Mikoto.
"Dia sudah tidur?"
Mikoto mengangguk singkat lalu menuju dapur, menuang air dari kendi lantas menegaknya hingga tandas. Kakinya melangkah pelan berniat menggiring anaknya kembali ke kamarnya sebelum suara sang anak menginstrupsinya.
"Ibu ... apa ini benar? Sakura ... ini bukan tempatnya."
"Tidak, Sakura tetap di sini," Mikoto menatap dalam anak bungsunya. "dia akan menderita jika kembali ke sana."
"Tapi keluarganya ..."
"Hyuga-" Sasuke menyipitkan sebelah matanya mendengar nama asing yang keluar dari bibir ibunya. "maksud ibu si ratu Hikari itu bukan ibu kandungnya, selama dia di sana Sakura tidak akan baik-baik saja, lebih baik dia di sini."
"Hyuga?" Sasuke berujar lirih. Ia cukup yakin pernah mendengar nama itu dari gosip-gosip murahan di pasar. "bukankah dia pemimpin kerajaan seberang ... Kerajaan Konoha?" Sasuke menatap sang ibu seakan menuntut jawaban. "Sakura bilang ibunya yang sekarang adalah mantan selir, jika dia seorang Hyuga tidak mungkin menjadi selir-"
"Sepertinya kau butuh tidur sekarang juga Sasuke-kun," Mikoto menarik lengan kanan Sasuke lantas menuntunnya ke kamar anaknya. "bicara mu ngelantur kemana-mana, lekas tidur selamat malam."
Guratan samar memenuhi jidat Sasuke, onyx nya menangkap raut gelisah ibunya sebelum sang ibu pergi meninggalkannya. Entah kenapa ia merasa ibunya terkesan menghindar dan seperti menyembunyikan sesuatu darinya.
"Apa yang ibu sembunyikan?"
***
Sakura bangun dengan tubuh yang lebih segar sejak sepuluh tahun terakhir. Ia merenggangkan tubuhnya lantas memindai isi kamar Ibu Mikoto. Kamar yang sangat sangat jauh dari kata sederhana namun ia teramat menyukainya. Ia bergegas melangkah ke dapur setelah menyadari ketidak adaan ibu Mikoto di sisinya.
"Selamat pagi ibu," Sakura mencium pipi kanan Mikoto. "kenapa bangun pagi sekali? Kesannya kan aku jadi buruk didepan ibu mertua, lain kali bangun agak siang ya."
Mikoto hanya tersenyum kecil menanggapi perkataan Sakura. "Selamat pagi juga Sakura-chan, sana minum air putih dulu."
Sakura mengangguk singkat lantas menuang air kendi ke dalam gelasnya. Ia menegaknya hingga tandas tanpa menyadari Sasuke yang sedari tadi duduk di kursi ruang tamu sedang memerhatikannya.
"Kau saja yang ngebo setiap hari, lain kali bangunlah lebih pagi dari ibu ku."
Sakura menoleh cepat, ia bergegas merapikan rambutnya lantas menyimpan gelasnya. "Aku tahu, agar kita bisa berduaan sebelum ibu bangun kan?" Sakura menaik turunkan kedua alisnya. "iya kan? Tidak usah malu-malu begitu."
Mengabaikan pertanyaan Sakura yang terkesan menggodanya. Sasuke memilih diam membelah celengan bambu miliknya lantas mengeluarkan koin-koin yang sudah ditimbunnya bertahun-tahun lamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Korelasi [✓]
Teen FictionDia yang awalnya apatis terhadap sekitar diharuskan berurusan dengan gadis jelita yang ditemukannya di dekat jurang setinggi pinggangnya. Gadis jelita yang selalu membuatnya pusing hingga terpaksa menegak ramuan tradisional hampir setiap hari.