3

2.7K 464 112
                                    

Tadaima.”



Sasuke memasuki rumah kecilnya tanpa sambutan apapun. Kedua alisnya berkerut mendapati sosok yang di carinya hingga keliling hutan malah duduk santai sembari menyantap makan siang.

“Aku mencari mu keliling hutan dan kau malah makan di sini?!”

Sakura melanjutkan kegiatan makannya tanpa berniat menanggapi Sasuke sedikitpun.

“Kau budeg atau tuli? Sini telinga mu ku korek pakai cangkul.” Ketus Sasuke seraya menjewer keras telinga kanan Sakura.

“Apa sih,” Sakura menepis kasar tangan Sasuke, mengusap pelan telinganya yang terasa panas, lalu mendelik tajam ke arah Sasuke yang mengganggu acara makannya. “kau mau ku tendang sampai gunung Huaguo lalu menjadi selir kera-kera ku?”

Kedutan samar menghampiri jidat Sasuke kala mendengar kata selir. Ngomong-ngomong dia laki-laki dan kenapa gadis aneh itu mengatakan selir, ya Dewa. Ia mendesah pelan mencoba bersabar lalu mendudukkan dirinya di ujung kursi kayu.

“Kenapa tidak bilang jika pulang duluan?”

“Kebelet.”

“Kebelet apa?”

“Haruskah aku bilang padmu jika aku kebelet berak?”

Sasuke kembali mendesah pelan, tidak bisakah gadis di sampingnya ini bicara lebih sopan. Tahu begini ia biarkan saja gadis aneh itu jadi santapan harimau hutan, hitung-hitung sedekah sesama ciptaan Dewa.

“Dari mana kau dapat uang sebanyak ini?” Sasuke melemparkan kepingan koin ke atas meja. “penjual toko mengatakan itu kembalian mu.”

Sakura melanjutkan makannya hingga tandas. Ia benar-benar mengabaikan Sasuke hingga raut pemuda itu terlihat jelas tengah menahan kesal

“Sekarang kau bisu?”

Sakura melirik sinis. “Kau tidak lihat aku sedang makan? Nanti kalau aku tersedak memang kau mau beri napas buatan?”

Sasuke menghela napas pelan. Apa otak gadis itu di bawah rata-rata hingga tidak tahu hubungannya tersedak dengan napas buatan. Ekor matanya melirik gerakan gadis aneh itu yang meminum air langsung dari kendinya dan ia hanya bisa menggeleng pelan.

“Dari mana kau dapat uang sebanyak itu?”

“Pesugihan.” Jawab asal Sakura.

Kedua alis Sasuke mengernyit heran. “A-pa?”

“Aku bilang pesugihan dasar budeg.”

Sasuke mendelik tajam mendengar kalimat yang terlontar dari bibir gadis aneh itu. Ya Dewa mulai hari ini ia harus minta ibunya untuk membuat jamu agar sakit kepalanya berkurang.

“Kenapa? kau mau ikut cari pesugihan di gunung Huaguo?!” Sakura berujar ketus seraya mengambil piring dan kendi. Ia beranjak berdiri lalu menatap Sasuke penuh arti. “tidak tidak, kau tidak boleh ikut cari pesugihan, kau jadi tumbal ku saja agar aku dan ibu Mikoto bisa makan enak.”

Kedua alis Sasuke kembali berkedut untuk kesekian kalinya. Onyx nya mengikuti pergerakan gadis aneh itu yang meletakkan piring kotor di dapur kecil rumahnya lalu berdiri di ambang pintu belakang.

“Ibu menyuruh mu untuk makan, aku akan cuci piring setelah membantu ibu di belakang, awas saja kalau kau cuci piring.”


Blam.


Bantingan keras pintu belakang membuat Sasuke kembali menghela napas, nanti sore ia harus mencari bambu lagi untuk memperbaiki pintu rumahnya yang sudah reyot.

Korelasi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang