Gelora dan penolakan

905 14 0
                                    

Malam pertama tertunda.
By : Nairaa_R
(1)
(Bisa di baca di Wattpad, KBMapp, Joylada, dan KBMAPP INDONESIA FB)

Darahku berdesir. Dia mengunci pintu lalu bersandar sambil memandangku penuh arti. Entahlah, apa maksud pandangan itu. Dia melangkah menuju meja rias, menyentuh pundakku dengan kedua tangannya.

Aroma semerbak bunga-bunga yang bertabur di ranjang, begitu pekat. Namun, kuhirup-hirup beberapa kali karena wanginya tak tertandingi.

Dia menatapku seakan hendak menerkam mangsanya. Aku juga menatapnya, Alisnya yang tebal, matanya yang indah, hidungnya yang bagir, kemudian bibirnya yang ranum. Dia semakin mendekat, hinga hidung kami hampir bersentuhan.

Detik berikutnya, aku sudah pasrah dalam rengkuhannya. Dia menganggutku berkali-kali, akupun berani membalasnya. Ciuman kami begitu panas, sempat. Tangannya yang kekar hendak menelusup kedalam dress brokat yang kugunakan. Namun, aku mendorong wajahnya lembut.

Matanya terbuka perlahan, hatiku berdebar. Dia mengerutkan kening bertanya, "Kok sudah? Kan belum selesai." Lalu dia memanggutku lagi. Bahkan lebih panas dari sebelumnya.

Saat kami berada di fase yang sangat mengarahkan, sering ponselnya berbunyi. Dia melepas panggutan dengan tiba-tiba dan kasar. Aku terbentur di dinding.

Entah siapa yang menelponnya, dia seperti orang salah tingkah dan mengangkatnya sambil berlalu ke balkon kamar. Tentu aku penasaran. Siapa yang menelpon dan menganggu momen romantis kami.

"Nangiso nduk, kalau mau nangis. Jangan sok tegar!"

Aku tak bisa mendengar apa jawaban penelepon.

"Ingin nduk, mas janji. Nanti mas telpon lagi. Ilma di dalam."

"Iya sayang, mas temenin semaleman. Mas bilang dulu ke Ilma. Yaudah, nanti tak telpon lagi, kamu harus sudah siap."

Aku terhenyak, ketika suamiku memanggilnya sayang. Siapa dia? Melihat langkah suamiku akan memasuki kamar, aku berlari. Duduk di tempat semula saat dia meninggalkanku tadi.

Tatapan matanya berubah. Tak lagi panas sepeti tadi. Benar saja dia tak mendekatiku, dia duduk di tepi ranjang sambil sesekali menghadapku. Seperti orang yang hendak berbicara tapi tak tahu awal mulanya. Tersenyum manis kearahnya.

Aku juga bingung, namun, keberanian itu muncul. Aku menarik tangannya agar merebah. Dia tak menolak. Tubuhnya sudah tepat di atas tubuhku. Wajah kami berdekatan. Aku sudah siap dengan adengan selanjutnya.

"Maaf, aku belum bisa. Kau, istirahatlah. Aku ada urusan!" Seperti terhantar sembilu. Hatiku nyeri. Dia bangun dan meninggalkanku sendiri dengan segala hasrat yang sedari tadi mengelora.

Aku melihat punggungnya hilang di balik pintu balkon. Bertanya-tanya, kenapa dan ada apa hingga suamiku bersikap aneh. Bersikap manis, dan detik berikutnya menjadi cuek dan dingin.

Aku keluar, menghampirinya. Langsung duduk di pangkuannya dan bersandar di dadanya. Dia tak menolak, tapi juga tak kunjung merespon.
Aku bertanya apa yang membuatnya tiba-tiba tak ingin melakukannya. Dia hanya diam. Aku tetap berusaha membangkitkan hasratnya. Ku genggam tanganya, lalu mengecup telapaknya berulang kali.

"Sudahlah, Ilma. Aku hanya ingin sendiri. Istirahatlah!"

Aku bangkit dari pangkuannya. Dengan wajah kesal, aku memasuki kamar. Menangis sejadi-jadinya di bawah bantal. Kenapa aku tersia-sia 'kan di malam pertama? Apa aku kurang mempesona? Atau ada seseorang yang harus ia jaga perasaannya? Penelepon itu kah?

Pernikahan kami melalui jalur ta'aruf. Aku hanya berkomunikasi sesekali. Dan dia langsung melamarmu kemudian aku menyetujuinya.

Ku dengar dia bernada tinggi. Rasa ingin tahu ku, membawaku ngintip dari balik gorden merah marun. Ku buka sedikit jendelanya, agar suaranya terdengar jelas.

"Iya nduk, aku mencintaimu. Hanya karenamu, aku belum menyentuhnya."

Jlep. Hatiku langsung penuh sayatan dan terluka parah. Mendengar setiap percakapan mereka, hatiku terbakar cemburu, merana, dan hancur tak tersisa.

Istri mana yang rela suaminya mencintai orang lain? Istri mana yang rela tak di sentuh di malam pertamanya hanya demi orang lain? Tangisku mengalir lagi. Membanting jendela keras-keras. Lalu berhambur di kasur yang penuh bunga.

Percuma saja, bunga dan lilin disini tak ada gunanya. Tak ada sesuatu yang terjadi, juga tak ada cinta dari sepasang kekasih. Tenyata, hanya aku yang mencintainya. Mencintainya sendirian. Tanpa di ada balasan.

Yang aneh itu, kenapa dia menikahiku jika dia tak mencintaiku, kenapa dia memanggutku berulang kali jika ada hati yang harus ia jaga?

Memang, orang yang jatuh cinta akan selalu kalah dengan orang yang dia cintai. Tapi, aku juga manusia yang mempunyai hati. Tidakkah ia pikir, jika wanita yang sakit hati akan membuncah kan amarah yang tak tertandingi?

Aku pura-pura tidur saat dia kembali. Sepertinya dia memandangku lekat. Aku berdoa supaya tidak kelihatan jika sedang pura-pura tidur. Dia mendaratkan ciuman di keningku. Lembut, dalam dan sedikit basah.

Duh Gusti, kenapa amarah yang tadinya begitu membara tiba-tiba padam seketika?

Malam Pertama Yang Tertunda.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang