Mas Iza, Aku cinta!

327 12 0
                                    

Malam pertama yang tertunda. 
By : Nairaa_R
(Bisa si baca di Wattpad, Joylada, dan KBMAPP INDONESIA FB) 

Aku benar-benar kalut. Aku tidak tau pasti ini hanya prank nya yang selanjutnya atau dia dalam bahaya. Aku diam. Mencoba menakar logika dan perasaan. 

Ku telepon berkali-kali, hanya suara 'nutttttt!'
Kulihat, ternyata kekuatan sinyal di rumah sedari dulu sampai sekarang belum berubah.

Hari itu, aku ingat, segala sesuatu terasa kacau. Tugas kuliyah, olshop yang kujalani, sampai dunia literasi. Sinyal memang sering membuatku tak sanggup menahan amarah. 

Rumah kami, memang terbilang layak. Peninggalan ayah satu-satunya. Ibu menjadi single parent untuk waktu yang lama. Walau hanya aku tanggung jawabnya, bukankah berat menjadi ayah sekaligus ibu? 

Dari situ, aku berisiatif membantu. Dengan tidak meminta jatah paket data bulanan, kadang aku juga tak minta uang jajan, bahkan, kerap kali aku menyodorkan tagihan semester yang sudah ku bayar setengahnya. 

"Selamat ulang tahun, kami ucapkan, selamat panjang umur sehat sentosa.... "

Aku terbelalak, benar saja. Ini hanya prank nya, ibu, Mas Iza, dan Silvi menghampiriku. Mas Iza membawa sebuah cake berukuran sedang. Aku terharu, bisa-bisanya dia terus-menerus jail terhadapku. Air mataku sebab prank nya dengan Silvi tadi saja belum mengering. 

Aku tidak meniup lilin nya. Mas Iza menyerahkan cake itu kepada Silvi. Mendekat kepadaku, mencium lembut keningku.

"Maaf ya, Mas gak punya uang kalok harus buat acara ulang tahun besar-besaran. Semoga, kamu gak nyesel menikah sama mas!" Aku yang terharu langsung bercampur pada dadanya. Dia merengkuhku, kami sampai lupa ada Ibu juga Silvi. 

"Sudah, sudah. Masak cuman suami mu aja yang di peluk. Sini, ibu juga pingin di peluk."

Aku memeluk Ibu dan Silvi bergantian. Begitulah hidup. Jika kita mensyukuri kekurangan, InsyaAllah akan di tambah kenikmatan. 

Aku bersyukur, di nikahi Mas Iza, aku bersyukur memiliki Ibu, yang menjelma bak wonder mowen. Aku juga bersyukur, memiliki adik ipar secantik dan sebaik Silvi. 

Ah, Mas Iza. Tanpa dia, tentu saja aku hanya akan mengalami hari-hari sepi, berdiam diri dengan gemuruh ingin seperti teman-temanku yang menikmati kemewahan dan kenyamanan sendiri. Dengan Mas Iza, aku juga bisa merasai kehadiran ayah, kasih sayang ayah, perlindungan ayah. Sifatnya yang ngemong (mengayomi) bagaimana tak membuatku nyaman? 

***

Hujan deras sekali. Aku meraung-raung karena file pekerjaan Mas Iza tak kunjung terkirim juga. Dari posisi duduk, berdiri, mondar-mandir, sampai memanjat kursi rotan sudah aku lakukan. Tapi tetap saja, file itu tak menunjukkan sedikit kemajuan. 

Aku mulai lengah, mulai jera dan mengamuk sendiri. Mas Iza, dengan tiba-tiba merengkuhku dari belakang, mencium leherku berulang-ulang. Aku yang badmood, meronta ingin di lepaskan. Namun, dia menahan dan teruserengkuhku semakin erat. 

"Nanti hilang lo cantiknya kalok marah-marah!" Dia berkata lirih. 

"Biarin aja, terus cari istri baru yang lebih cantik!" Karena kekesalanku,kalimat yang sensitif keluar begitu saja. 

"Sayang, besok mas pasangin Wifi. Tapi janji, gak boleh dzolim lagi."

Aku melepas rengkuhannya secara paksa, apa yang dia maksud dzolim? Aku berbuat apa? 

"Jangan ngambek gitu ah, nanti aku makin cinta!" Dia meraih pinggangku. Mendekatkan wajahnya. "Ciptakan Allah yang sempurna. Sinyal kan inovatif manusia."

Dia mengunci ku dalam pandangan, pandangan yang seperti telaga. Aku semakin mendekat, namun, dia segera melibas jarak. 

"Aku kasih nasehat dulu. Yang salah kan sinyal, bukan HP nya. Kok HP nya yang di pukul. Kalok rusak, Mas gak janji bisa beliin lagi."

"Jadilah wanita yang penuh dengan kasih sayang ya!" Aku mengangguk. Terjerat dalam pandangannya. Dia meng ending-ku dengan tiba-tiba. Aku diam saja. 

"Bos juga paham kok, kan seharusnya sekarang kita hanymoon. Bukan kerja."

Sejurus kemudian, dia menggelitik perutku tanpa ampun, aku mencoba menghindar, namun, tangannya yang kekar begitu kuat. Tak mampu aku mengalahkannya. 

"Ampun Mas, ampun!" jeritku.

Dia masih asyik, menggelitik telapak kakiku, aku menendang-nendangnya berulang kali. 

"Biarin, biar kapok. Ngomel-ngomel nya, biar kapok marah-marah gak jelasnya."

Ah, Mas Iza ..., coba jelaskan bagaimana aku tak jatuh cinta. Bagaimana aku tak takut kehilanganmu. 

__________

Jangan lupa follow othor, beri love dan komen💕

Malam Pertama Yang Tertunda.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang