Sebenarnya....

341 14 0
                                    

Malam Pertama yang tertunda. 
By : Nairaa_R
(Bisa di baca di Wattpad, Joylada, KBMAPP INDONESIA FB) 

"Jatuh cinta itu mudah, hanya perlu memantapkan hati jika suatu saat tersakiti."

***

Mas Iza masih terus berlutut, memohon ampun atas kejadian yang mengejutkan pagi ini. Ku paksakan untuk terlihat tegar, walau sebenarnya hatiku gusar. 

Jadi, wanita ini yang menelpon dan di telpon suamiku? Wanita yang begitu menawan, mungkin juga akan menawarkan banyak kebahagiaan. 

Lalu, untuk apa dia menikahiku? Merenggut kesucian Ku. Aku benci, aku muak, tapi aku harus tetap tegar. Menjadi wanita yang tak mudah tumbang. 

"Sebenarnya .... "

Dia terbata, sambil terus menunduk. Aku membelai rambutnya yang ikal. Sesekali menatap wanita itu. Jelas, aku tak tega jika anak itu lahir tanpa ayah, namun, aku juga tak mampu melepas orang yang kucintai begitu saja. 

"Sebenarnya .... " Dia mulai menatapku, kilatan matanya tak sanggup ku artikan. Aku tak mampu menahan tangis, ku biarkan saja mengalir deras. Yang terpenting, aku harus tetap tegar, setegar teratai yang tumbuh mekar diatas air yang keruh. 

Aku memalingkan wajah, menatap liar keluar jendela. Dedaunan riang disapu angin, aroma kembang melati yang dulu ku tanam bersama ibuk, semerbak nan wangi. 

Aku jadi teringat ibuk, teringat dawuh nya (ucapannya) yang mana jika Mas Iza menghadirkan madu. Aku harus minta cerai, dan kembali kepada ibuk. 

Aku merindukan ibuk. "Sebenarnya .... Prank!" 

Aku masih diam. Mencerna, ucapan suamiku barusan. Kemudian, suara terompet dan taburan balon dari lantai atas berjatuhan. Mas Iza menarik tanganku, memberi testpack yang di lempar wanita itu. 

Aku terbelalak, ini testpack baru. Mataku membulat, seakan bertanya pada Mas Iza. Yang hanya di balas dengan anggukan. Pandanganku beralih kepada wanita itu, dia juga tersenyum penuh kemenangan. 

Sejurus kemudian, suamiku  Bersimpuh menyodorkan seikat bungga. Aku masih kaget, masih tak percaya dengan apa yang terjadi. 

"I LOVE YOU, Ilma. Istriku tercinta!"

Ada gemuruh hebat di hatiku, entah bahagia atau apa, yang pasti aku tak sanggup mengambarkan suasana hatiku saat ini. 

"Happy wedding, kakak ipar!"

Apa katanya? Kakak ipar? Aku yang masih bingung dengan terus menatap Mas Iza dan Wanita itu bergantian. Mas Iza sudah berdiri dan meraih tanganku untuk berjabat tanggan dengan wanita itu. Dia sangat manis, langsung menyambut uluran tanganku dan langsung menciumnya. 

Perutku terasa sakit, seperti kram. Tapi tidak kaku. Mas Iza mengenalkan dia dengan tenang, ternyata namanya 'Silvi' nama yang cantik bukan? Aku tetap acuh, karena masih bingung dengan hal yang begitu mendadak ini. 

"Dia adikku, adik kandungku. Saat di panti dulu, dia rentan sakit. Beruntung ada seseorang yang baik hati dan mampu membiayai perobatannya."

Aku mengangguk saja, Mas Iza menarik tanganku keluar. Aku di buat kagum lagi. Kolam ikan sudah dia sulap sangat cantik. Ada kursi dan meja tinggi tepat di atas kolam. Kaki kursi dan mejanya menyelam kedalam air. Kolam di hiasi bunga teratai dan enceng gondok. 

"Bukan kah kau ingin jalan-jalan ke tempat yang indah?"

Aku mengangguk. Mas Iza mengendongku alasan drama Korea. Mendudukkan ku di kursi tinggi yang sudah ia siapkan. Aku sudah tak ingat dengan adik iparku di dalam. 

"Mas, kok semalem gak bilang-bilang." Aku mulai memancingnya, dia tersenyum malu-malu. 

"Heum ..., aslinya pingin. Tapi, Silvi bawel. Semalem dia demam tinggi. Mangkanya dia tak hadir di pernikahan kita."

Bukan itu yang ingin ku dengar. Yang ingin ku dengar, tentang perlakuannya semalam. Hingga membuatku sulit berjalan. 

Aku pamitan ke kamar mandi, karena merasa tak nyaman. Mungkin, efek penyatuan semalam. 

Mas Iza tersenyum, lalu berbisik lirih. Agar aku tak berlama-lama di kamar mandi. Aku terkikik pelan. 

Saat aku berdiri, sesuatu mengalir. Hangat! 

"Sayang, kamu datang bulan?" Wajahku sudah bisa di pastikan seperti kepiting rebus. Aku tersenyum simpul, lalu berjalan mundur. 

Saat aku kembali, wajahnya berubah masam. Entah kenapa, dia melamun sambil memberi makan ikan. 

"Eh, udah datang!"

Aku mengangguk, lalu duduk di sebelahnya. 

"Nanti malam gak bisa malam pertama yah?"
tanyanya lirih. Bahkan hampir tak terdengar. 

"Bukankah semalam?" Aku membekap mulutku, berarti tak terjadi apapun semalam. 
Efek, bangun tidur memang murni bukan karena penyatuan, dan darah itu mungkin aja aku datang bulan. 

Iya, aku ingat. Bukankah semalam sudah bersiap? Memakai kain tipis, karena kupikir Akan terjadi penyatuan?  Jadi, memang aku tak dia sentuh. 

"Kenapa semalam? Heum? Aku sudah tau kamu ngompol. Gak usah malu."

Apa katanya? Berarti dia tertawa, karena mengira aku mengompol? Oh Tuhan, aku yang terlalu berharap atau Engkau yang tak meridhoi penyatuan kami. 

"Seminggu lagi selesai 'kan?"

Dia berbisik. Aku merasa geli, lalu mengangguk saja. 

Dari ekor mataku, dia tersenyum. Mendekatkan wajahnya kepadaku. Hidungnya yang bagir hampir menyentuh hidungku. Sedikit lagi .... 

"Kak!" Silvi tiba-tiba muncul. 

Langsung spontan membalikkan badan, teras rumah kami memang luas, tertutup pagar tinggi. Jadi tetangga tak akan tahu. 

Mas Iza berpura-pura memainkan catur, sedang aku beralih memberi makan ikan. 

Masih dengan mata tertutup, Silvi membalikkan badan. "Aku mau makan, tapi gak tau sendoknya dimana."

Oh, aku dengan sigap mengajaknya kedapur. Mengambil sendok dan piring yang simpan di lemari dapur. Tak ada rak piring dirumah, karena sempat beberapa kali menemui piring berdebu. 

"Kakak ipar cantik!" Celetuknya membuatku tersenyum. 

"Sudahlah, ini makan!" Aku membuka tudung saji. 

"Sebenarnya kasian kakak ipar, kok mau nikah sama kakak ku yang kurang modal." Dia terbahak. 

"Tau ngak, kak. Vidio prank tadi ku masukin chanel youtube aku. Kakak subscribe dong, channel youtube aku."

Duh Gusti, adik iparku ternyata seorang youtuber. Aku duduk di sampingnya, memperhatikan detail wajahnya. Memanglah sangat mirip, alisnya yang tebal, bibirnya. Hanya mata mereka berbeda. Atau mungkin, karena Silvi mengunakan softlens. 

"Sayang!"

Suara jeritan suamiku membuatku kaget. Silvi pun sampai tersedak. Aku langsung lari saja keterasingan rumah. Tak ada siapun, ku edarkan pandangan ke sekeliling. Tak ada! 

Ku panggil Mas Iza berulang kali, namun, tetap tak ada jwaban. 

Baca ceritanya gratisan kan?
Hehe, follow juga gratisan😘

Mohon dukungannya🙏

Malam Pertama Yang Tertunda.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang