Jenandra merasa ia sangat terlambat. Mengecek lagi jam tangan yang menunjukkan pukul 15.15. Jam temu yang dijanjikan sudah lewat lima belas menit. Cowok berkemeja biru itu melangkah ke kasir untuk menanyakan meja reservasi tujuannya.
"Atas nama siapa ya Kak?"
"Bentar, Kak." Jenandra merogoh saku untuk mengecek lagi obrolan di grup yang sudah tiga hari ini ramai sekali suasananya.
"Atas nama Yirana."
"Mejanya ada di pojok kanan lantai dua ya. Meja nomor 10."
"Okay, Makasih."
Kaki panjang yang dibalut boyfriend jeans hitam itu bergegas ke tujuan. Matanya menangkap meja yang ternyata persis seperti perkiraan. Sudah hampir penuh.
"Hai, sorry sorry gue telat ya ini?"
Sepuluh kepala yang sudah hadir menoleh ke sumber suara.
"Nggak nggak belom telat telat amat. Jenandra kan?"
"Iya bener. Panggil Jeje aja."
Haikal, orang pertama yang menyapa Jenandra kini bangkit menyalami cowok itu. "Haikal. Alias Iko." Cowok itu nyengir dan memberikan Jenandra akses duduk di sebelahnya.
"Halo Jeje! Gue Reina, Rere."
Jenandra tersenyum sambil menatap semua kepala yang juga kini menatapnya.
"Ah gak asik kalau gini. Suruh tebak aja coba namanya."
Jenandra terkekeh mendengar salah satu kawan barunya memotong sesi perkenalan.
"Ribet lu Dap."
"Ini namanya bonding, Din."
"Ini niminyi binding, Din."
Kembali meja ramai dengan kekehan dan candaan.
"Okay gue tebak deh. Tapi, ini kalian udah pada kenal semua nih?"
"Udah, ini bahkan Daffa udah semena-mena ngabisin ice taro gue." Jenandra mendapat jawaban dari cewek berbaju kuning yang tadi debat sama cowok sweatshirt merah.
"Oke deh.
Mulai dari sampingnya Rere ya berarti?"
"Sok lah. Gas."
Jenandra menatap gadis dengan outer coklat susu. Dia tahu siapa pemilik aura lembut ini. Jenandra tahu gadis ini adalah tipe cewek manis, melihat dari interaksi mereka selama tiga hari terakhir via group chat, tapi gak nyangka kalau ternyata emang semanis ini orangnya.
"Lo Yirana kan? Eh Lani kan? Lani panggilannya. Iya gak?"
Semua bertepuk tangan. Padahal bukan sesuatu yang bisa dibanggakan, toh Jenandra memang tipe manusia yang suka identifikasi kanan kiri. Baginya, menghafal kawan baru bukan hal yang sulit. Apalagi kelompok KKN nya ini sudah menarik perhatian di hari pertama mereka berkumpul. Bukan tipe boring atau malu-malu.
"Iya Je. Aku Lani. Maap ya gak terlalu fasih gue-lo-an hehe." Gadis itu mengulurkan tangan, bersalaman dengan Jenandra. Senyumnya masih tetap sama. Benar-benar definisi blasteran Bumi-Surga.

KAMU SEDANG MEMBACA
KKN (Kuliah, Kerja, Nyinyinyi)
Ficção AdolescenteJiwa bertemu, menenun tawa, tersandung luka, acap kali patah, setiap hari mengunyah gundah, namun, kita semua memang mulai dari sana. This story belongs to my beloved TONGKIES, kumpulan manusia dengan tawa secerah baskara jiwa-jiwa penuh anuraga ...