Aku seorang pengembara
Sengaja menenggelamkan diri dalam keramaian
Merekam segala bentuj ekspresi yang orang namakan "kebahagiaan"
Ku simpan, ku bawa pulang, dan ku tiru berulang kali di depan cerminEsoknya diriku diseret ke meja kebahagiaan bersama banyak teman
Ingatanku tentang wajah bahagia diuji
Ku tampakkan saja senyum hangat hingga lekuk bibir yang sempurna
Berhasil, kebahagiaanku kembali diakui seperti bubga merekah yang tak akan pernah gugurAku pulang, kembaki berdiri di depan cermin
Memastikan apakah ingatan senyum hangat itu tersimpan rapi
Namun cermin malah puas menertawaiku
Ia melempar jata seenaknya akan refleksi palsu yang tak pernah berani ku iyakanKatanya, diriku penuh kepura-puraan
Senyumku sekadar basa-basi demi pengakuan sebagau penguasa kebahagiaan
Senyumku hanya penolak kerasku untuk tak dianggap sedang terjerat resah dalam lingkungan sepi
Tingkahku katanya seperti bayi yang buta seluk beluk dunia yang membuatnya jijikAku terdiam
Segudang diksiku bersembunyi, tak ingin membela diri untuk berdebat
Hanya satu pernyataan yang sempat terucap
"Cermin benci kebohongan"Diriku menunduk, menangis sejadi-jadinya
Menyadari segala skenario kebahagiaan yang sia-sia selama ini
Parah, ternyata aku handal membohongi diriku sendiriKu peluk erat tubuhku
Pelukan hangat yang seharusnya ku berikan sejak dulu
Teriring rasa cinta, kasih yang menyeruak hingga palung jiwa terdalam
Hatiku bergeming, berucap "Kau akan baik-baik saja"Kau harus belajar menerima tentang segala hal buruk yang terjadi
Yang tak bisa kau tolak dalam hidupmu
Kegagalan, perpisahan, dan kehilangan, adalah siklus hidup yang memang seperti itu adanyaKau bebas, tak apa kau lakukan segala hal konyol sekalipun
Jika kebahagiaan fitrah itu akan datang mengecupmu dengan sempurna
Jangan lagi berniat lari kenyataan
Berhentilah menyalahkan diri sendiri
Karena hal indah sudah pasti menunggumu di masa depanAku memeluk tubuhku semakin erar, erat, dan erat.
Berbisik hingga tangisanku tumpah tak terkendali
"Diriku, kau begitu berharga. Kau sangat berharga"- ANN -
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAWA (Antologi Puisi)
RomansIni jejak tentang kita dalam dimensi hitam bercampur putih. Kutulis dari uap kopi pagi yang menyegarkan hingga senja berpamitan. Selamat saling terjebak kenangan. Catatan: 🌼 Update puisi setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. 🌼 Kuselipkan video m...