#6 Sepiku dalam Ingar Bingar

8 1 0
                                    

Aku seorang pengembara
Sengaja menenggelamkan diri dalam keramaian
Merekam segala bentuj ekspresi yang orang namakan "kebahagiaan"
Ku simpan, ku bawa pulang, dan ku tiru berulang kali di depan cermin

Esoknya diriku diseret ke meja kebahagiaan bersama banyak teman
Ingatanku tentang wajah bahagia diuji
Ku tampakkan saja senyum hangat hingga lekuk bibir yang sempurna
Berhasil, kebahagiaanku kembali diakui seperti bubga merekah yang tak akan pernah gugur

Aku pulang, kembaki berdiri di depan cermin
Memastikan apakah ingatan senyum hangat itu tersimpan rapi
Namun cermin malah puas menertawaiku
Ia melempar jata seenaknya akan refleksi palsu yang tak pernah berani ku iyakan

Katanya, diriku penuh kepura-puraan
Senyumku sekadar basa-basi demi pengakuan sebagau penguasa kebahagiaan
Senyumku hanya penolak kerasku untuk tak dianggap sedang terjerat resah dalam lingkungan sepi
Tingkahku katanya seperti bayi yang buta seluk beluk dunia yang membuatnya jijik

Aku terdiam
Segudang diksiku bersembunyi, tak ingin membela diri untuk berdebat
Hanya satu pernyataan yang sempat terucap
"Cermin benci kebohongan"

Diriku menunduk, menangis sejadi-jadinya
Menyadari segala skenario kebahagiaan yang sia-sia selama ini
Parah, ternyata aku handal membohongi diriku sendiri

Ku peluk erat tubuhku
Pelukan hangat yang seharusnya ku berikan sejak dulu
Teriring rasa cinta, kasih yang menyeruak hingga palung jiwa terdalam
Hatiku bergeming, berucap "Kau akan baik-baik saja"

Kau harus belajar menerima tentang segala hal buruk yang terjadi
Yang tak bisa kau tolak dalam hidupmu
Kegagalan, perpisahan, dan kehilangan, adalah siklus hidup yang memang seperti itu adanya

Kau bebas, tak apa kau lakukan segala hal konyol sekalipun
Jika kebahagiaan fitrah itu akan datang mengecupmu dengan sempurna
Jangan lagi berniat lari kenyataan
Berhentilah menyalahkan diri sendiri
Karena hal indah sudah pasti menunggumu di masa depan

Aku memeluk tubuhku semakin erar, erat, dan erat.
Berbisik hingga tangisanku tumpah tak terkendali
"Diriku, kau begitu berharga. Kau sangat berharga"

- ANN -

CANDRAMAWA (Antologi Puisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang