Setelah makan siang anak perempuan itu masuk ke kamarnya. Setelah berkelutak-kelutik beberapa lama akhirnya beres.
"Hm, begini sudah lebih baik," ucapnya sambil menatap bayangannya di cermin.
Setelah berpakaian dia menyisir rambutnya yang meskipun di bawah bahu-tidak panjang-tidak dapat dibiarkan begitu saja tanpa disisir. Kemudian memakai kaca mata hitamnya yang berlensa cukup tebal.
Setelah memakai tas dan sepatu dia mengamati penampilan nya sendiri. Kaos lengan panjang berwarna kuning dan rok selutut hijau tua terpasang di tubuhnya. Tidak lupa tas ransel berwarna baby blue dan sepatu hitam-biru nya. Perpaduannya warna dan modelnya sama sekali tidak terlihat cocok.
"Huft~ aku memang tidak pernah bisa memakai pakaian yang modis dan cocok untuk diriku sendiri," keluhnya sambil memegang ujung rambut (sangat) bercabangnya yang hanya diikat satu di belakang.
Siang ini dia akan mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya. 'Gadis kecil' itu begitu bersemangat dan tidak sabar karena jarang bisa berkumpul dengan teman-temannya meski di sekolah terlebih saat di rumah. Meskipun kali ini hanya tugas kelompok namun terasa benar-benar menyenangkan karena terasa seperti bermain ke rumah teman.
Sesampainya di rumah Tia-rumah temannya yang disepakati sebagai tempat berkumpul. Tugas mereka adalah menggambar sistem pencernaan pada sapi di kertas manila A3 untuk dipresentasikan pada 4 hari lagi. Mereka saling patungan untuk membeli kertas.
"Jadi siapa yang mau membeli kertasnya ke warung? Nadzifa? Della? Tiara?" Tanya Revina.
Nadzifa yang sedang membersihkan kacamatanya tersentak dan hanya menatap Revina diam.
"Aku tidak, terlalu malu untuk pergi ke warung. Aku jarang pergi keluar saat di dusunku apalagi membeli di warung di dusun yang bukan tempat tinggal ku," kata Tiara.
"Lha lha Tiara saja yang beda dusun malu apalagi aku yang berbeda desa," serobot Della.
Nadzifa yang mendengarnya hanya diam, dia tahu Della enggan karena tidak mau bila kebetulan berpapasan dengan Dinal-sepupu gendutnya sekaligus anak pemilik warung-si gendut itu adalah teman dekat Rosyid orang yang disukai Della. Hanya karena mereka berumur 10-11 tahun bukan berarti tidak paham tentang taksir-taksiran atau cinta-cintaan, memikirkan itu membuat Nadzifa mendengus.
"Ya salah siapa pindah ke tempat nenekmu." Revina memukul bahu Della. Della memang sering pindah selama SD ini sudah pindah 2x. "Kutemani mau tidak"
"Tidak tidak tidak, kau sendiri saja," sahut Della.
"Tidak aku terlalu malas jika sendiri."
Mereka sudah pasti tidak akan menawarkan Tia. Teman sekelas mereka yang satu itu alat tulis saja masih disiapkan oleh mamanya. Nadzifa sendiri sebenarnya juga tidak mau, biasanya sudah Nadzifa, setidaknya gantian. Saat ditawari tadi Nadzifa pun hanya diam karena jika menjawab pasti yang keluar dari mulutnya adalah 'ya'.
Hening.
Apa memang tidak ada yang niat membelinya. Hanya jalan ke warung 'mbak beli kertas manila A3' lalu balik. Karena tidak betah akhirnya Nadzifa berseru.
"Biar aku saja yang membelinya!" Sedikit lebih keras dari yang diinginkan nya. Sambil berdiri dengan sedikit menghentakkan kakinya.
Setelah membeli segulung kertas yang hanya seharga Rp. 2.500,00 (berarti mereka hanya patungan masing² Rp.500,00) Nadzifa kembali dengan bersungut-sungut.
"Huh apanya yang mendekatkan hubungan pertemanan. Apanya yang kerja kelompok. Seperti biasa aku yang mengerjakan tugas yang seperti ini, padahal tugas yang kuinginkan adalah menggambar atau mewarnai," gerutu Nadzifa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kemana Mimpi Membawaku? [Harry Potter Fanfiction]
FanfictionA Hᴀʀʀʏ Pᴏᴛᴛᴇʀ Fᴀɴғɪᴄᴛɪᴏɴ Dia adalah seorang anak perempuan berusia 10 tahun baru masuk tahun ajaran baru kelas 5 SD di sebuah sekolah negeri di Indonesia. Sejak kelas 4 SD dia sangat menyukai kisah Harry Potter berawal dari buku Harry Potter and th...