Bagian Enam

6 1 0
                                    


Komplotan anak rambut ikal itu mendadak beringas melihat bosnya takluk di tangan Richard. Mereka siap menyerbu dan beradu pukul. Audy sangat kaget melihat richard yang dengan tangkas melawan mereka. Bukannya dia tadi nampak lemah tak berdaya? Pertarungan masih berlangsung sengit dan Audy masih saja mematung sembari melihat kondisi. Richard berulang kali meninju anak rambut ikal itu,

"Sudahlah hei bodoh! Ayo kita pergi dari sini" ucap Audy dengan setengah berteriak.

Richard tidak menggubrisnya, dan tetap bertarung dengan anak rambut ikal itu.

Audy semakin panik,komplotan anak rambut ikal itu semakin mengepung mereka.

Tiba-tiba Richard menarik lengan Audy kuat, dan seketika itu mereka berlari kencang menerobos kerumunan komplotan anak rambut ikal itu.

Dengan napas terengah engah mereka berlari sampai ke dekat sungai jembatan baru.

"Stopp!! stopp" ucap Audy dengan tersengal sengal.

Richard menghentikan langkahnya, melepaskan genggamannya dari lengan Audy.

Audy terdiam sejenak,berusaha memenuhi paru-parunya dengan oksigen yang tadi serasa hilang.

"Kau ini memang bodoh ya! Kenapa tiba tiba lari? Bukannya tadi –"

Richard tertawa.

"Hei Kau ! kenapa selalu tertawa?! Memangnya ada yang lucu ya?"

"Ternyata,gadis berpenutup kepala bisa sekasar ini. Kau tau, sekali lagi kuberitau !aku bukan orang bodoh wekkk"

Ucap Richard sambil membuat muka menyebalkan.

Audy membalas Richard dengan tatapan kesal.

Audy bersandar pada pembatas jembatan,melihat langit sore yang mulai berwarna keemasan.

Tiba-tiba Richard mendekat pada Audy. Jarak mereka sangat dekat.

"Seekor kucing kecil menyelamatkan raja hutan?, ini sungguh lucu!"

Audy merasa suara Richard amat dekat, dekat sekali dengan lubang telingannya .Dengan spontan Audy menjauh melihat wajah Richard sangat dekat dengan wajahnya.

"Apa kau bilang tadi?"

"Ha?aku?aku tak bilang apapun"

"Jangan macam macam padaku"

"Mana berani aku, penyelamat nekat yang menorobos kerumunan rasanya adalah tandingan yang sulit dikalahkan"

Richard mengacungkan jempolnya pada Audy.

"Kupikir memang kau mahir berkelahi kan?kenapa pura pura lemah?"

Richard memandang ke arah sungai dengan warna permukaan yang kini keemasan.

"Yaa karena aku sedang mencari tau tentang sesuatu, dan kau tiba-tiba datang mengacaukan rencanaku Hhhh"

Audy heran mendengar ucapan Richard. Rencana?

"Jadi ini rencanamu? Ahh bodohnya aku menolong manusia ini!" Ucap Audy sambil memukul mukul kepalanya

"Terus saja kau pukul kepalamu sampai bodoh!"

Suara dering telpon masuk terdengar.

" Wa'alaikumussalam Oh hai Laila, maafkan aku telat. Tadi ada sedikit kendala dijalan ,15 menit lagi aku akan kesana. Okee daa"

Audy Merapikan pakaian dan kerudungnya yang berantakan.

" Jadi aku akan ditinggalkan?"

Ucap Richard sambil menatap kearah aliran sungai membuat ekpresi seolah olah perlu dikasihani.

Audy mendengus kesal.

"Ting- Tong!"

Suara bel rumah laila berbunyi keras.

Laila membuka pintu rumahnya sambil mulai mengoceh memarahi Audy.

" Dy, gimana sih sudah ditunggu tapi malah te- lat , Hahhh??!!"

Laila Tersentak kaget melihat dua sosok yang berdiri dibalik pintu rumahnya.

" Halo Lai!"

Audy tersenyum meringis kearahnya.

Tanpa basa-basi Laila menarik tangan Audy membawanya masuk kedalam rumah, lalu menutup pintu dengan keras.

"Brakk!"

"Hei Pelan- pelan nanti pintumu rusak"

"Aku ga peduli , Kau gila ya? siapa Laki- Laki itu? Kenapa kau membawanya kesini?

Kau menculiknya ya? Kau butuh uang sekali sampai harus menculiknya? Sadarlah Audyy!!"

Laila menggoncang bahu Audy . Lalu memeluknya erat. Audy terkekeh geli.

"Ssst pertanyaan mu terlalu banyak Lail "

Audy mendorong laila dari pelukannya.

"Baiklah akan kuceritakan semuanya"

Butuh waktu agak lama untuk meyakinkan Laila bahwa Laki laki itu adalah teman Audy.

" Lalu kenapa kau bawa dia kesini?"

Audy terdiam sejenak.

" Awalnya aku akan kemari sendiri Lai, tapi dia menyindirku dan berkata bahwa aku tak tau terimakasih padahal dia sudah menolongku, Jadi dia ikut kesini"

Laila mendengus pelan.

" Baiklahh kalau gitu kita bicara diluar saja, tidak mungkin kan kita bawa teman laki laki mu itu masuk kedalam rumah? Bisa mati aku"

Ucap Laila sambil menunjuk ke arah kamar orangtuanya.

Audy mengangguk . Lalu berjalan kearah pintu sambil mulai membukanya.

" Hei maaf sudah menunggu lama" Ucap Audy sesaat sebelum tidak mendapati keberadaan Richard.

Audy memperhatikan sekeliling.

"Dimana temanmu Dy?"

Tanya Laila setelah melihat bahwa tidak ada orang dibalik pintu rumahnya.

"Dia sepertinya sudah pergi"

"Ya kau benar dia sudah pergi, dan meninggalkan ini"

Ucap Laila sambil mengambil secarik kertas diatas meja taman . Lalu dengan keras Laila membacakan isi surat itu.

" Dear Audy, Namaku Richard Arkan bukan si Bodoh, Panggil aku jika kau butuh teman melihat langit sore di jembatan baru , Ini nomorku 08xxxx . Cieee Audy jadi tipemu laki-laki Bule yaa?"

Laila Terkikik geli sambil terus menggoda Audy.

" Hei Apaan sih! Dasar Laila Lele "

" Haahh apa kau bilangg?""

Laila  mengejar Audy  berniat memberi pukulan. 


_____________________________________________

Haloo pembaca Apostrof terimakasih sudah membaca cerita ini ,walaupun penulisnya sangat tidak konsisten melanjutkan akhir akhir ini. Tapi untuk kedepannya ingin menulis lebih banyak dan lebih konsisten lagi !


ApostrofTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang