¤
¤
¤
¤Aku memutar tubuhku searah jarum jam. Di depan cermin aku memuji kecantikan alami diriku. Ya, walaupun aku punya fleks hitam di pipi kiriku.
Aku mengerling nakal kepada pantulan sahabatku yang sedang dirias di belakangku. Aku berbalik badan beralih ke sahabatku yang sebentar lagi akan menikah. Setelah sahabatku selesai dirias, aku maju memeluknya dari belakang saat sahabatku berdiri. Aku menuntunnya untuk bercermin di cermin yang kupakai tadi.
"Kamu sangat cantik Busur, " bisikku di telinganya.
"Oh? Masa', Gasur?" tanya Busur heran.
Setelah itu, Busur menghadap kepadaku, membelakangi cermin.
"Siapa yang bilang kalau Kasur lebih cantik daripada aku? " tanya Busur dengan tersenyum miring mengejekku.
"Kenapa namaku dijadikan obrolan tanpa diriku? Kalian tega."
Tiba-tiba di pundakku dan Busur bertengger dua lengan sedikit padat. Aku memutar bola mata malas saat melihat pantulan si pemilik nama yang sempat kita sebut tadi atau pemilik lengan sedikit padat tadi.
Kulihat Busur menatap sinis Kasur.
"Heh! Kasur! Kebisaan ya, maen ngagetin ajah. Jadi jedag-jedug jantungku. " Ucap Busur meluapkan kekagetannya.
"Iyain aja, Kasur. Jantung Busur emang jedag-jedug sejak tadi, karena sahabatmu itu mau menikah. " Ucapku lantang di kuping Busur.
Segera saja Busur mengusap telinganya yang mungkin saja berdengung karenaku. Lantas Busur mengambil tempat yang jauh dariku, namun mendekati Kasur. Aku hanya geleng-geleng kepala melihatnya.
Kulihat, dengan pelan, Kasur menepuk konde yang terpasang di kepala Busur. Aku meringis takut kalau konde Busur sewaktu-waktu jatuh, aku kembali memutar bola mata malas dengan tingkah Kasur yang antimenstrim. Tidak sengaja aku melirik penata rias yang merias Busur hingga tingkahnya yang manja bisa tertutupi dengan keanggunannya. Penata rias tadi meringis sepertiku, mungkin takut dengan konde yang akan jatuh. Aku menepuk jidat keras, meninggalkan bedak di telapak tanganku.
😑😑😑😑Salah Kaprah!😑😑😑😑
Aku melihat resepsi Busur dan Bintik di Hotel Markutet sangatlah mewah. Aku mengajak pacarku, Gunung masuk lebih dalam lagi. Agar aku bisa bertemu dengan sepasang pasutri ra nggenah .
Sudah kubilang kalau tadi ijab qobulnya sangatlah cepat. Busur tidak kuat katanya jika berhadapan dengan Bintik, yang barusaja menjadi suaminya. Bullshit. Sekarang saja, kulihat mereka rangkul-rangkulan dan bertatap-tatapan atau sesekali menyambut tamu yang baru datang.
Aku sangat suka jika dekorasinya bernuansa biru, tetapi di sini sangat dominan warna merah hati. Sangatlah tidak seru. Hu~
Di samping kananku banyak makanan ataupun minuman terjejer rapi. Di samping kiriku ada pacarku, hehehe.
Sampai aku tidak sadar jika sudah sampai podium yaitu nangkringnya sahabat manjaku, Busur dan suaminya, Bintik.
"Yeah! Kamu harus menyusulku Gasur dan... kau Gunung jangan kelamaan. Gasur bisa keriput dan lumutan jika terlalu lama menunggu kepastian kau, hahaha!" Ckk. Sahabat tidak tahu malu! Untung pacarku di samping kiriku ini sangatlah tampan, berwibawa dan bersahaja.
"Tidak apa, sayang. Kau sangatlah cantik malam ini. Jangan cemberut begitu, " ucap Gunung di sampingku.
Pipiku merona dan di perutku seperti ada yang menggilitiki. Aku malu woi! Eh? Tunggu, aku sepertinya salah tanggap. Katanya hanya malam ini aku cantik?!
Meskipun aku punya flek hitam kecil di pipi kiriku, tetapi setidaknya aku cantik alami seiap hari. Aku nggak pernah pakai bedak lohh, bukan seperti tetanggaku Berlian yang kalau keluar rumah, mukanya sudah seperti adonan tepung. Ya, kecuali hari ini.
Aku segera saja menendang betis kaki Gunung. Rasakan saja. Sudah gombal! Pasaran pula! Aku jadi salah tanggapkan!
Entahlah aku selalu salah tanggap terhadap omongan seseorang. Apalagi jika aku telah melihat mimik wajahnya.
Saat mengatakannya tadi, Gunung hanya berwajah datar. Pantaskan, jika aku menganggapnya mengejekku? Huh.
Aku menyalami sepasang pasutri di hadapanku, dan saling berpelukan. Aku jadi keinget Kasur. Di mana ya, dia?
"Busur, " panggilku.
"Iya, " kulihat kepala Busur menoleh setelah selesai berbincang dengan rekan kerja ayahnya.
"Di mana, Kasur? " tanyaku.
Belum sempat Busur menjawab, suara Kasur mengagetkanku dan Busur. Kasur hanya menyengir melas ditatap sinis oleh Gunung.
"Gunung, kamu ke sana dulu, ya? Aku mau ngobrol manja sama sahabat-sahabatku. " jariku menunjuk ke Bumi, pacar Kasur tanpa wajahku menghadap Gunung.
Aku masih marah sama Gunung!
Sebelum Gunung mengucapkan sesuatu, aku meninggalkannya langsung menuju sahabat-sahabatku. Wajahku kubuat melengos, seolah-olah aku masih marah sama dia.
Kurasakan tangan besar menggenggam pergelangan tanganku. Itu pasti tangan Gunung. Aku menghempaskannya sambil berteriak,
"Enyah kau!".Ta-tapi. Setelah aku balik badan menghadapnya... ternyata bukan Gunung!! Sialan! Kampret!
Aku teriaknya menggelegar lagi.
Nasib badai....
Aku hanya bisa meringis malu ke semua tamu undangan. Dan minta maaf ke Bintar, orang yang memegang tanganku tadi, sekaligus temanku semasa SMP.Namun, dari belakangku dua kuntil manak sedang menertawakanku. Sialan!
Aku hanya bisa merangkul pundak keduanya dan mengajak mereka ke salah satu kamar hotel. Bisa malu aku kalau gelud di depan para tamu tadi. And aku juga tidak mau merubah tempat presepsi di hotel ini menjadi arena gulat.
😑😑😑😑Salah Kaprah!😑😑😑😑
Haiii haiiii haiii
Aku kembaliii 😎
Aku mau coba buat cerita yang bagiku ini menantang banget. Genrenya action guys😟
Engga tau ya guys ini ceritanya dapet feelnya apa engga....
Papay sampai jumpa lagii 😉💙

KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Kaprah!
AcciónGara-gara Busur bicara dengan nada sedih di depan anaknya yang sedang tidur, Gasur ingin membantunya. Apalagi Busur seperti mengeluhkan Suaminya di depan anaknya, padahal anaknya sudah terlelap tidur. Gasur yang punya banyak simpati kepada sahabatn...