"Long time no see, tanpa Busur?"
Melepaskan kacamatanya, seseorang yang baru berkata itu duduk di atas rumput halaman.
Tanpa sadar, Kasur dan aku ikut mendudukkan diri. Seperti terhipnotis oleh tindakannya.
"To the point saja. Kalian ke sini mau minta bantuan apa?"
Aku yang sempat terpaku langsung menjawab. "Begini, Lev ... kau sudah tahu kalau Busur sudah menikah bahkan punya anak. Suaminya itu entah bagaimana tidak mengabari Busur dan mengabaikan anak-anaknya, ck. Kau bisa bantu untuk menyelidiki?"
Televisi menggaruk dagunya. "Masalahnya, bapakku itu sudah meninggal. Perguruan ini aku urus juga nggak gratis. Nanti mereka kayaknya susah dibujuk buat bantuin, deh."
Iya, namanya memang Televisi. Panggilnya Levi. Levi ini anak dari pemilik perguruan ini dan bapaknya dulu pernah menjadi satpam panti jompo yang aku tempati dulu. Ibunya Levi melahirkan Levi pada saat bapaknya nonton sepak bola di televisi. Nggak tahu, deh. Dapat ide dari mana, malah ngasih nama Televisi. Apa saking nge-fans-nya sama televisi, ya? Ah, kembali ke pembicaraan.
"Atau, gini. Aku nanti bis---"
Baru saja aku akan beralibi macam-macam, seseorang memotong begitu saja perkataanku."Siapa bilang kita tidak bisa membantu, Lev. Iya, 'kan Gasur?"
Namaku disebut? Aku mengangkat pandanganku ke atas. Mengerutkan dahiku, ketika aku melihat orang yang ku kenal saat aku di luar negeri, menempuh pendidikan.
"Miss? Miss Maksur? Jadi, nama Maksur beneran Indonesia? Miss dari Indonesia? Dan kebetulan macam apa ini, kita bertemu di tempat ini?" tanyaku beruntut kepada Maksur—Dosenku di kampusku.
"Iya, tadi siang baru nyampe sini. Rencana saya, sih tinggal ber-asrama di sini buat belajar karate." Miss Maksur menepuk pundak Levi dan melanjutkan perkataannya. "Lev, kita bisa bantu meskipun sedikit-sedikit. Anggap saja ini latihan pertama kami. Nanti, apapun yang kami hadapi, pasti kami tau mau melakukan apa. Katanya kamu mau ke luar negri buat sekolah, nanti serahin ke saya saja ini masalahnya, gampang ntar, sana!"
Levi tersenyum cerah. Aku bergidik ngeri melihatnya.
"Yaudah, aku mau beberes dulu karna besok mulai berangkat ke bandara!"
Anak itu, aku kira kekhawatirannya terhadap perguruannya ini masih berlanjut. Syukurlah kalau dia ada kesadaran buat meneruskan pendidikannya.
Aku memandang punggung tegapnya. Itu dia cewek kok punya pundak cowok ya?
"Gasur, siapa gadis di sampingmu ini?"
"Oh, dia Kasur. Bujang lapuk beranak satu, bukan gadis dia, Miss." Aku tertawa keras melihat wajah masam Kasur.
Miss Maksur menyalimi tangan Kasur yang terkatung.
"Saya Maksur," Ucap Miss Maksur.
"Saya Kasur," Jawab Kasur.
"By the way, Gasur. Panggil saja aku Maksur saat kita menjalankan misi. Biar akrab," Seloroh Miss Maksur, eh Maksur maksudku.
Oh, iya kalau diingat lagi saat aku di kuliahan menggerutu dengan bahasa Indonesia beliau sering cekikikan sendiri. Duh, malunyaaaaaaaaaaa!
"Siap!"
😑😑😑😑😑SALAH KAPRAH😑😑😑😑😑
"Oh, ini doang sih kata Levi baju buat bertarung yang keren. Yah, cuma 2 doang."
"Nggak apa-apa, Maksur. Itu dua-duanya buat Maksur sama Kasur saja, aku entar gampang kok!"
Aku melebarkan pakaian itu dan mengepaskan pada badan Kasur. Syukurlah dia langsing sekarang. Kalau aku memakai dua pakaian ini, mungkin aku akan terlihat seperti orang-orangan sawah. Enggak kok, cuma bercanda.
"Beneran ini, Gasur? Eh, iya teman-teman di perguruan bagaimana bajunya?" Tanya Kasur.
"Tenang aja, Kasur. Mereka 'kan orang kaya, beli ini itu cuman ngabisin seupil harta mereka." Maksur menepuk pundak Kasur. Setelahnya menghadap padaku.
"Memangnya ini kita mau kemana sih kok pakai pakaian elastis seperti ini? Kita mau saja membantu kalian kalau jelas tujuannya apa, intinya kita setelah ini mau kemana?" Tanya Maksur dengan alis mengkerut.
"Aku ada rencana ..."
__________________________________________
Kalau kalian suka dengan ceritaku bisa pencet tombol bintang, ya
Kalau kalian hidup di cerita ini, pengen jadi Kasur, Busur, Gasur, Maksur atau malah Levi?

KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Kaprah!
AcciónGara-gara Busur bicara dengan nada sedih di depan anaknya yang sedang tidur, Gasur ingin membantunya. Apalagi Busur seperti mengeluhkan Suaminya di depan anaknya, padahal anaknya sudah terlelap tidur. Gasur yang punya banyak simpati kepada sahabatn...