Akar dari Empat

10 3 0
                                        

Ok. Kembali lagi bersama saya. Masih di sini, di Hotel Markutet. Bersama dua bintang tamu kita para, kuntil manak !

Sialan! Sialan! Sialan! Astagfirullahhal'adziim, astaghfirullahhal'adziim, astaghfirullahhal'adziim.

Ya Allah, maafkanlah hamba atas kesalahan hamba, astaghfirullahhal'adziim!

Tidak ada yang bicara sama sekali antara aku, Kasur ataupun Busur. Bukan! Bukan canggung! Bukan hening!

Ini dua bocah masih menertawakanku atas kejadian aku membentak Bintar. Biarkanlah mereka tertawa dulu kawan-kawan. Kalau sudah aku beritahu nanti tentang aku besok, tidak ada yang bisa tertawa. Hahahaha.

"Aku tidak akan mengulanginya. Aku akan ke luar negeri besok! " ucapku lantang menyadarkan mereka yang gulung-gulung ketawa.

"Hah?!!" teriak mereka berdua hampir bersamaan.

"Gimana? Gimana? " ucap Busur seperti kebingungan.

Kulihat, Kasur mengangguk-anggukkan kepala seolah paham.

"Jadi, sahabatku ini, besok akan pergi kuliah di luar negeri? " ucap Kasur tajam, menusuk pikiran dan hatiku.

"Aku kira, kalian akan senang dengan kejutan ini," aku melirik sinis mereka berdua yang sekarang diam tidak berkutik.

"Sebelumnya, kamu tidak mau pergi ke luar negeri, kan?" tanya Busur sambil bersedekap.

"Aku tahu, tapi, aku sangat berharap kalian tidak kaget dengan keputusanku yang berubah-ubah." Ucapku pelan.

"Ya, kami juga tahu dengan sifat anehmu itu, " Kasur menepuk pelan pundakku yang ringkih.

Kami berpelukan seperti Teletubis. Menangis tanpa suara sangat sakit, jadi kami bertiga menangis dengan kencang. Kami melepas pelukan dengan tidak rela.

Aku lihat, Busur mengucek matanya, membuat bulu mata pasangannya menggantung menghalau matanya.

Aku dan Kasur tertawa sangat keras, dan sekarang Busur ikutan tertawa juga. Saat-saat seperti inilah yang akan aku rindukan saat di luar negeri nanti.

"Hei, para gadis tua, keluarlah. Sekarang waktunya pulang,"

Aku pun mencebikkan bibir melihat Bintik berteriak nyaring sambil memegang gagang pintu.

"Yah, padahal aku ingin menginap bersama Kasur dan Busur.... " keluhku ke Bintik. Namun Bintik malah mendecih.

"Kau tak tahu malu ya? Mau menginap bersama pengantin baru. " Bintik melirik sinis diriku.

Aku hanya cengengesan.

"Yaudah. Menginap bersama Pengantin Barunya enggak jadi aja."

Sekarang, giliran Bintik yang cengengesan.

"Lagi pula, aku mau beres-beres buat besok ke luar negeri." Lanjutku tegas sambil menatap Busur, Bintik dan Kasur bergantian.

Bintik menghela napas berat.

"Bagaimana bisa, aku melarang ketiga sahabat di hadapanku ini untuk menginap bersama? Boleh kok, " ucapnya menatapku, tersenyum kepadaku, Kasur dan Busur.

Aku ikut tersenyum.

"Aku akan menyesal, jika tidak foto-foto dengan kalian." Kasur mengatakan itu dan memberikan smartphonenya ke Bintik.

"Halah... Bilang saja kalau kau ingin memanfaatkanku...."

Kami tertawa terbahak-bahak mendengar keluhan Bintik. Sial sekali dia. Padahal dia baru saja menjadi pengantin baru.

Aku bahkan sampai gulung-gulung di lantai. Kasur ketawa sampai engga ada suaranya, hanya mangap doang. Busur jongkok sambil memegang perut dan kepalanya mendongak sampai mengap-mengap. Syukur-syukur, Busur engga kejatuhan kotoran cicak.

Cekrek!

Kami sama-sama menengok pada Bintik yang mengarahkan kamera belakang tepat ke kami. Kami sama-sama melotot.

"BINTIK!"

😑😑😑😑Salah Kaprah!😑😑😑😑

Keberangkatanku ke luar negeri, membuat semuanya mengantarku. Tak terkecuali Gunung, meskipun sempat marahan, sih. Tapi aku sudah maafin dia. Soalnya, sifat Gunung memang begitu.

Semoga saja, selama aku masih di luar negeri, mereka baik-baik saja.

Jangan tanyakan orang tuaku. Mereka telah tega meninggalkanku saat aku masih bayi di Panti Jompo. PANTI JOMPO! Gusti... Tega sekali, orang tuaku....

Bolehkan, aku sedikit menceritakan kisahku, Kasur dan Busur?

Sebenarnya, Kasur itu adalah anak dari mbah Sukinem. Mbah Sukinem itu berumur lima puluh empat tahun saat melahirkan si Kasur. Mbah Sukinem dititipin anak-anaknya di Panti Jompo, engga tahu kalau dia itu sedang menandung si jabang bayi Kasur. Ya Allah, jadi pengen nangis saja... Mbah Sukinem yang umurnya lima puluh empat tahun masih mampu melahirkan.

Kalau Busur masih beruntung banget, sih. Busur itu anak pemilik Pantai Jomponya. Wah, hebat.

Apaan, aku yang tersial di sini? Masa orang tuaku menitipkanku di Panti Jompo? Pengen ngamuk, deh, kalau inget itu.

Singkat cerita, aku, Kasur dan Busur dibesarkan di tempat yang sama. PANTI JOMPO!

Aku tersenyum dan melambai kepada orang-orang yang mengantarku ke bandara. Segera, aku naik ke pesawat.

😑😑😑😑Salah Kaprah!😑😑😑😑

Setelah sekian lama istirahat, akhirnya, update juga:)

Wadohh, hari ini aku lagee sakeettt, tipes aja, sih. Engga korona"an,mit amitt

Ngogheyyy, sampek jumpa di updatean slanjotnyeeee!

Papayy 💙

Salah Kaprah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang